Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
❝ JUST CALL MY NAME, I'M YOURS TO TAME ❞
Kinda nsfw
⠂⠂⠂
DENTINGAN RINTIK HUJAN DI LUAR JENDELA MENGISI KEHAMPAAN MALAM. Samar-samar, aroma tembakau yang membaur dengan wangi anggur menyelubungi ruang kecil itu, menghidupkan kesunyian. Di sana, [Name] kini berada—di apartemen Jonggun. Pria dengan kegilaan yang selalu sukar dipahami.
Jonggun menjemputnya di kala dunia masih lelap, tepat pukul tiga dini hari. Ya, tiga pagi. [Name], yang terperangkap dalam nyenyak mimpi, dikejutkan oleh kedatangan pria itu. Hanya untuk satu alasan sederhana namun ganjil: menemani dirinya yang sedang tenggelam dalam kesendirian, ditemani gelas demi gelas anggur merah di apartemennya yang sempit namun penuh keheningan berbicara.
"Ah, sial... Aku mengantuk. Besok aku harus sekolah, Gun," keluhnya sambil mengusap batang hidung dengan jari telunjuk dan ibu jari, berusaha menghindari kepulan asap rokok yang membubung dari tangan Jonggun.
Pria itu hanya melirik sekilas, kemudian kembali pada rokoknya, menyandarkan tubuh santai di sofa yang mulai menyerap aroma tembakau. "Besok aku yang mengantar," ucapnya ringan, seolah dunia adalah miliknya untuk diatur.
Kening sang gadis berkerut, rona merah kemarahan berpendar di wajahnya. "Seragamku masih di apartemenku, Gun," tegasnya, suaranya seperti gelombang kecil yang menghantam karang ketidakpedulian.
"Bolos saja," ucap Jonggun dengan nada acuh, seraya meniupkan asap yang berpilin-pilin menuju udara.
"AH, YA TUHAN!" seru gadis itu, nyaris kehilangan kendali. Ia bangkit dengan gerakan tegas, melangkah cepat menuju pintu apartemen tanpa ragu, seolah mencoba melarikan diri dari absurditas malam itu. Namun, sebelum jemarinya sempat menyentuh gagang pintu, sebuah tarikan lembut namun kuat menghentikan langkahnya.
Jonggun menggenggam lengannya, menariknya perlahan hingga tubuhnya bertabrakan dengan dada bidang pria itu. Detak jantungnya yang semula terburu mendadak berpacu lebih kencang. Kehangatan dari Jonggun seolah menyelimuti dirinya, memerangkap dalam keheningan yang penuh ketegangan.
"Aku akan berbicara dengan wali kelasmu," suara bariton Jonggun mengalun rendah, menerobos keheningan dan menggema di telinga [Name]. Sentuhannya, meski tidak kasar, memiliki kendali yang tak terelakkan, membuat bulu kuduk gadis itu meremang.
Lengan kekar pria itu melingkari pinggangnya dengan keakraban yang asing, menghadirkan kehangatan yang membingungkan. Deru napasnya, hangat dan dekat, menyentuh lembut tengkuk [Name], seakan berbisik tanpa kata.
"Biarkan seperti ini sebentar saja," pintanya, lebih kepada malam daripada pada dirinya. [Name] memilih bungkam, membiarkan keheningan menjadi jawabannya. Di sudut pandang Jonggun, matanya menangkap jejak-jejak samar kemesraan lampau—hickey yang menghias leher dan selangka sang gadis, seolah menjadi rahasia yang tak perlu diucapkan, namun sulit untuk diabaikan.