Bagian 15 - Bersamamu

61 45 30
                                    

Aku ingin di sini... di sampingmu...
berjalan bersama...

_________

Sore ini awan - awan putih berjejer di langit biru. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Matahari masih cukup menyengat. Laila berjalan menatap langit. Biru mensejajarkan langkahnya dengan Laila. Menatap Laila.

"Apakah kau menyukai langit biru Laila?" Biru memecah keheningan. Membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang sama seperti ketika Biru baru pertama kali bertemu Laila.

"Ya" jawab Laila. Senyumnya mengembang. Tatapannya tidak berubah sama sekali. Ke dua matanya berbinar menatap awan - awan yang menggantung menghiasi perjalanan mereka berdua.

Biru mengangkat alisnya, melanjutkan pertanyaannya.

"Kenapa seperti itu?"

"Apakah butuh alasan untuk itu" jawab Laila.

"Kenapa tidak kau coba sendiri...?"

"Lihatlah... dan tataplah langit itu..." lanjut Laila.

Biru mengikuti perintah Laila. Ia mendongakkan kepalanya. Menatap awan - awan yang berjalan pelan ditiup angin. Ternyata seperti ini rasanya. Sejuk dan menenangkan jiwa. Pantas saja Laila selalu melihatnya. Tak pernah bosan. Atau bisa jadi hal inilah yang selama ini bisa menjadi penghibur hatinya. Terutama disaat kehilangan orang tuanya. Pikir Biru.
Biru kembali menatap Laila. Wajahnya tidak seperti yang pertama kali Biru temui. Kini lebih berseri. Tidak seperti dulu, yang selalu murung. Biru tertawa kecil.

"Tidak peduli sedih ataupun senang... dia sama sekali tidak pernah memalingkan wajahnya pada langit Hingga tak peduli dengan sekitarnya..." batin Biru.

Laila segera menatap Biru saat ia mendengar suara tawa kecil darinya.

"Kenapa?" Kening Laila berkerut.

"Ah, tidak apa - apa" Biru tersenyum.

Terdengar suara ice cream truck dengan nada khasnya. Membuat anak - anak yang sedang bermain di lapangan berhamburan dan berlari mengunjungi mobil yang menjual es krim itu.

"Mau es krim? " Biru bertanya pada Laila.

"Boleh"

Mereka berdua berjalan menuju segerombolan anak - anak yang mengerumuni kendaraan roda empat itu. Mereka saling berdesakan - desakan. Saling mendorong karena tidak sabar.
Biru datang diantara mereka.

"Halooo adik - adik..."

Mereka semua berbarengan menoleh ke arah Biru. Biru tersenyum. Menundukkan badan agar sejajar dengan tubuh mereka.

"Apakah kalian juga beli es krim?"

Mereka lekas menggangguk. Tak lama dari itu mereka kembali lagi berteriak - teriak tidak sabar. Membuat penjual es krim menjadi bingung.

"Dengarkan dulu adik - adik..."

Mereka menoleh kembali memperhatikan Biru.

"Apakah kalian sudah bawa uang untuk membeli es krim?"

Mereka menunjukkan uangnya masing - masing.

"Sudah kak,"

"Kak, tolong jangan ganggu kami dengan pertanyaan kakak... kami mau beli es krim nih..." ucap salah satu dari mereka yang merasa kesal dengan pertanyaan - pertanyaan Biru.

Biru tertawa begitu juga Laila.

"Bukan seperti itu maksudku"

"Kalau kalian benar - benar beli..."

"Diutamakan untuk mengantri"

"Lihatlah... penjualnya kebingungan"

"Pantas saja kalian tidak segera dilayani"

Langit Biru [END]Where stories live. Discover now