Bagian 39 - Tak Disangka

9 2 0
                                    

Pendiam memang akan membiarkanmu berbicara. Tapi, sekali saja mereka angkat bicara ia bisa membuat egomu diam seribu bahasa.

______

Kita tetap bisa memandang langit biru yang sama meski di tempat yang berbeda. Perkataan itu masih membekas dalam benak Laila. Ia segera membuka pintu dan menatap langit biru di atas balkon. Menghirup udara segar pagi. Burung - burung saling terbang. Berkicauan saling bersahutan. Air sisa hujan menetes di tiap - tiap daun. Tak lupa aroma tanah yang telah terguyur hujan semalam.
Laila segera menuruni tangga. Mengenakan seragam rapi seperti biasa. Ia sangat semangat. Sampai di halaman asrama ia menatap langit lagi. Berpikir bahwa dia yang jauh di sana juga tengah menatap langit biru yang sama.

"Laila...!" teriak Maria dari atas balkon.

"Kau mau pergi kemana hah???" lanjutnya sambil mengunyah sepotong roti.

"Sekolah lah Maria..."

"Ayo Maria... cepat mandi dan ganti bajumu atau aku akan berangkat sendiri lagi meninggalkanmu!" teriak Laila yang terlihat kecil jika dilihat dari atas balkon.

"Aku tidak mau datang terlambat" lanjutnya.

Terdengar suara gelak tawa Maria membuat Laila menautkan alis. Bingung.

"Ujian telah berakhir Lailaaaaa!!!"

"Pelajaran telah usai..."

"Untuk apa kau pergi ke sekolah???"

"Untuk mempersiapkan festival dan wisuda nanti lah Maria!"

"Apa katamu???"

"Asal kau tahu Laila... tim kita akan datang ke sini untuk membahas itu"

"Sungguh????"

"Ya. Aku yang menyuruhnya, karena aku ketuanya"

"Oleh karena itu, naiklah ke atas. Mereka sudah datang"

Mereka sudah datang? Apa aku tidak salah dengar? Sedari tadi aku berdiri di halaman, kenapa tidak ada seorang pun yang terlihat lewat sini? Jangan - jangan Maria mengerjaiku. Awas saja ya...  Laila ngedumel sepanjang menaiki tangga hingga ia sampai pada kamarnya.

"Di mana ada orang datang Maria...?"

"Jangan membo-"

"Hong"

"Ngi..."

"Ku"

Kalimat akhir Laila terdengar semakin mengecil. Ia setengah kaget melihat Mila dan Bila yang tengah asyik makan keripik kentang sudah berada di kamarnya.

"Hai Laila!" sapa Mila.

"H-hai!"

"Apa yang kau katakan tadi Laila?"

"Kau menganggapku berbohong?" ucap Maria yang berdiri di samping pintu dengan tangan terlipat.

"Lupakan saja Maria..."

"T-tapi bagaimana bisa kalian tiba - tiba ada di sini???"

"Sejak kapan???"

"Sejak zaman purba Laila..."

"Mereka terbang dari zaman purba hingga ke zaman sekarang ini!!!" elak Maria. Ia menepatkan bibirnya tepat di telinga Laila.

"Aku tidak sedang bercanda Maria. Dan bisakah kau tidak bicara tepat di telingaku??? Bisa - bisa gendang telingaku copot"

"Kalau copot tinggal pasang, jangan dibuat ribet" Maria tertawa puas mengerjai Laila. Laila hanya menatap datar dan sebal pada Maria. "Dan lagi, aku tidak sedang bertanya padamu... Kenapa kau yang menjawab???"

Langit Biru [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang