Bagian 24 - Hukuman

21 8 2
                                    

Kesalahan kecil itu jangan dibenarkan... karena itu akan menjadi sebuah kebiasaan
_____

Laila sendiri di ruang sepi. Sudah tiga hari berlalu sejak perlombaan itu. Ia membolak - balik kertas halaman buku dan duduk di antara banyaknya buku - buku yang tersusun rapi dalam rak. Matanya membaca setiap tulisan yang tertulis. Sepi. Benar sekali. Hanya ada suara tiap hembusan napasnya dan suara kertas buku yang dibuka halamannya. Pandangannya tiba - tiba saja kabur. Tulisan - tulisan itu tiba - tiba saja menjadi ganda. Laila mengusap - usap matanya berharap penghilatannya normal kembali. Tapi, tetap saja. Detik berikutnya ia memegangi kepalanya yang sedikit pening. Ia mengalihkan pandangannya menuju pintu. Sepertinya, ia lelah karena terlalu banyak membaca.

*Ceklek

"Ternyata kau di sini???" Maria muncul dari balik pintu.

"Ku kira ada di ruang musik"

"Tumben sekali berada di sini???"

Laila tidak menjawab. Ia terus membaca bukunya.

"Sebenarnya, buku apa yang kau baca Laila?" Merasa diacuhkan. Maria mendesak Laila untuk bicara.

"Lihatlah, bagaimana kau bisa membaca dengan buku terbalik seperti itu"

Laila segera melihat cover depan buku yang ia pegang. Maria malah tertawa.

"Tapi, boong..."

"Hahahaha"

"Sebenarnya, kau itu serius baca atau enggak sih???"

"Mau aja dibohongin"

"Kalau kau memang serius baca, seharusnya kau tidak perlu memastikan cover bukunya dong... karena, dari tulisan dalamnya yang kau baca sudah terlihat jelas kalau sebenarnya memang tidak terbalik"

"Bilangnya baca ke perpustakaan... Ternyata cuma buat alasan biar bisa melamun, benar bukan???"

"Bilangnya baca... tapi pikiran ke mana - mana" goda Maria.

Laila menghembuskan napas. Ia terlihat sedikit kesal.

"Entah Maria, kenapa akhir - akhir ini penglihatanku menjadi sedikit kabur"

"Halah... gak perlu ngeles..."

Laila memutar bola mata. Lalu menurunkan buku yang ia pegang.

"Ya Ampun Laila..."

"Pelit banget bicara..."

"Sedikit banget kau bicaranya..."

"Hati - hati loh... dikatain bisu"

"Sekali - kali kek... Kau yang bicara..."

"Kau yang banyak bercerita..."

"Agar aku juga bisa menjadi pendengar untukmu..."

"Agar lukamu tidak menumpuk keras menjadi batu dan semakin menambah sakit menghimpit"

"Apakah kau masih tidak percaya padaku???" cerocos Maria.

Laila menghembuskan napas kembali.

"Lagian, apa yang mau aku bicarakan???"

"Barusan saja aku bicara tentang kenyataan... kau bilang aku ngeles" ucap Laila.

"Hehe... iya iya..." Maria nyengir kuda.

"Lebih baik, segera dibawa ke dokter spesialis mata saja"

"Mau kuantar sekarang???" lanjut Maria.

"Jangan bilang... kalau ini hanyalah alibi dan kesempatan untuk bolos kelas... bukankah begitu???"

"Hehe..." Maria menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tebakan Laila hampir tepat. Tapi, Maria mengelak untuk kali ini.

Langit Biru [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang