Bagian 23 - Teman Lama

17 8 2
                                    

aku tidak ingin dianggap sebagai tetangga saja. Tapi, sebagai sahabat.

____

Maria menegang melihat suara Laila yang makin mengecil dan suara not - not piano yang tak terdengar. Ke dua matanya membulat sama sekali tak berkedip. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Ayo... semangat Laila...!" Rapalnya dalam hati. Ke dua tangannya saling mengait. Memohon.

Bahkan terdengar dari mulut para juri sedang memperbincangkannya. Salah satu dari mereka cukup kesal.

"Apa yang sedang terjadi?"

"Penampilan macam apa ini!?"

Maria menelan ludahnya berat mendengar hal itu. Kali ini ia sama sekali tidak bisa membantunya. Hatinya tak henti - hentinya berdoa untuk Laila.

"Laila ya?"

"Cih..." 

Maria menoleh saat ia begitu mengenali suara itu.

"Vany???"  Vany duduk di kursi belakang Maria. Sedari tadi, Maria baru menyadari kalau Vany juga ada di sini.

"Vany? Kau ada di sini?"

"Sejak kapan?"

"Loh... Mila juga?"

"Iya... Hai Maria...!" ucap Mila dengan ramah.

Maria tersenyum. Kemudian Ia menggeser bola matanya. Karena, sepertinya ia juga mengenali sosok yang duduk di samping Vany selain Mila. Nug. Maria hanya diam menatapnya. Nug yang merasa di tatap, kemudian membalas tatapan itu sambil tersenyum miring.

"Oh, kau yang waktu itu ya..."

"Kau sohibnya Laila bukan???" ucap Nug.

Maria hanya diam. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan yang sama seperti saat itu. Laki - laki dengan tubuh tinggi berambut hitam sedikit kecoklatan itu kembali menarik pandangannya. Sekarang mata elangnya tertuju pada panggung yang membawa nama Laila.

"Jadi, cuma kalian bertiga kan, yang ke sini selain diriku dan Bila?"

"Itu, berarti kalian bolos kelas???" Mata Maria menyipit penuh selidik.

"Ya sorry ini ya..."

"Jangan samakan kami dengan dirimu Maria..."

"Sudah jelas kami kesini usai pelajaran sekolah." ucap Vany tersenyum miring sebelum melanjutkan ucapannya.

"Seluruh isi sekolah dibubarkan dan dipulangkan..."

"Hanya karena mereka ingin melihat penampilan Laila."

"Bahkan, termasuk jajaran para guru."

"Mereka hadir di sini." Vany menunjuk tempat duduk di mana para guru itu duduk bersama melihat penampilan Laila .

"Sekarang sudah jelaskan... siapa yang sebenarnya bolos kelas?" lanjut Vany. Hal itu sedikit membuat Maria malu. Ia kembali menghadapkan badannya ke depan. Kembali fokus menonton Laila dan Biru.

"Laila ya...?"

"Bagaimana aku bisa dekat dengannya?" ucap Nug.

Maria mendengar itu. Matanya membulat. Posisinya tetap sama. Dengan tetap memandang panggung, Maria menyimak percakapan Vany dan Nug.

Vany melirik Nug. Ia tahu yang dimaksud Nug.

"Kau ingin lebih kenal dengannya?"

"Aku bisa membantumu" ucap Vany.

"Oh ya?"

"Bagaimana caranya?"

"Serahkan saja padaku..."

Langit Biru [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang