4. Kehidupan Baru🕐

33 7 3
                                    

Hai, Sobat SoB👋

Story of Brishti comeback, yeayy😊

Selamat membaca, ya❤

✏☁💦✏

"Kehidupanmu tidak akan sama seperti dulu. Ingat itu!"

~Story of Brishti~

✏☁💦✏

4. Kehidupan Baru🕐

Brishti selesai membereskan semua pakaian dan barang-barangnya. Dia meletakkan semuanya dalam lemari yang lumayan besar. Setelah menyimpan tas kuno itu, Brishti berjalan dan duduk di sisi ranjang.

Ranjangnya cukup besar, lebih besar dari miliknya dulu. Wajar saja, tantenya itu orang kaya. Jadi, Brishti tidak akan heran dengan hal itu.

Brishti merebahkan badannya di atas ranjang, menghilangkan rasa penatnya sejenak. Tangannya meraih benda yang ada di lehernya. Digenggamnya benda mungil itu. "Mama, Pevi kangen. Mama ... mulai sekarang Pevi akan tinggal di sini. Maafin Pevi ninggalin rumah kita dulu. Pevi bakalan kangen banget sama rumah itu. Rumah yang menjadi tempat tumbuh Brishti, tempat yang paling indah saat bersama Mama. Semua kenangan masa kecil Pevi di sana, Pevi akan selalu merindukan itu, Ma."

"Mama, Mama bisa lihat Pevi? Pevi kangen, Pevi ingin peluk Mama sekarang," ucap Brishti pelan.

Dia menghela napasnya sejenak, "Mama, Pevi akan cari Papa, Pevi yakin akan menemukan Papa, sesuai amanat Mama," ujarnya pelan.

✏☁💦✏

Brishti keluar dari kamar, dirinya pergi menghampiri Bi Santi di dapur.

Dapur tempat Bi Santi memasak tidak jauh dari kamarnya. Bahkan, tanpa sekat sama sekali. Sehingga, Brishti dapat melihat dengan jelas Bi Santi dari pintu kamarnya tadi.

"Bi," panggil Brishti setelah berada di dapur. Dilihatnya Bi Santi yang sibuk memotong sayuran, mungkin untuk makan siang.

Bi Santi menoleh saat mendengar namanya dipanggil. "Non-- eh, maaf, Brishti maksud Bibi," ujarnya sedikit merasa tidak enak.

Brishti hanya menunjukkan senyumnya. Kemudian tangannya mengambil sayur yang ada di baskom untuk membantu Bi Santi memotongnya.

"Eh, Brishti mau ngapain? Biar Bibi aja," kata Bi Santi dengan suaranya yang terdengar lembut.

"Aku mau bantuin Bibi masak," jawab Brishti. Tangannya sudah terdapat pisau dan sayur. Dia sudah siap untuk memotongnya.

Bi Santi hanya menghembuskan napasnya, menatap Brishti yang sekarang memotong sayur dengan sangat lihai. Bibir Bi Santi membentuk sebuah lengkungan, benar-benar anak yang baik, batinnya.

Brishti sudah biasa melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, dulu saat di rumah dia sering memasak bersama mamanya. Mengingat mamanya, dia kembali rindu dengan wanita yang sangat berharga di dalam hidupnya itu.

Bi Santi melihat perubahan dari raut wajah Brishti. Rasa penasaran pun muncul dalam benak Bi Santi, tapi wanita paruh baya itu tidak berani untuk menanyakan apapun.

"Brishti!" pekik Bi Santi heboh, tangannya segera menjauhkan tangan Brishti dari pisau. Pasalnya, gadis itu hampir saja melukai tangannya sendiri jika saja Bi Santi tidak segera menjauhkan pisau tersebut.

Brishti kaget karena pergerakan dari Bi Santi secara tiba-tiba. Dadanya naik turun, napasnya tidak beraturan, bahkan tangan dan badannya sedikit bergetar.

Story of Brishti | ENDWhere stories live. Discover now