17. New Student 🌈

22 4 1
                                    

☁💦

"Kita mirip, ya. Mulai sekarang kita teman."

~Amitola Qirani Adijaya~

"Jangan! Jangan samakan antara aku dan kamu, tentu kita jelas berbeda."

~Brishti Pevita Khaisa~

✏☁💦✏


17. New Student 🌈

"Mi," panggil seorang gadis yang baru saja membuka matanya. Dia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, hanya terlihat dinding putih dan bau obat-obatan yang tidak dia sukai.

"Mi," panggilnya lagi. Masih berupa gumaman pelan. Lalu, gadis itu mencoba untuk duduk. Suara dari pintu yang terbuka mengalihkan atensinya yang semula ingin duduk dan bersandar.

"Ami," seru seorang wanita paruh baya yang baru saja datang. "Are you okey, Sayang?" tanyanya penuh kekhawatiran.

"I'm okey, Mami Sayang," jawab Ami, dia menatap lembut ke arah Maminya itu. Lalu, tatapannya beralih pada kantong plastik yang ada di genggaman tangan Kalyna.

"Itu apa, Mi?" tanya Ami tanpa melepaskan pandangan pada kantong plastik itu.

"Ini sarapan buat kamu, Sayang. Mami belikan bubur. Kamu sarapan dulu, ya," ujar Kalyna.

Ami mengangguk, lagi pula dirinya saat ini juga sedang lapar.

Kalyna membuka penutup mangkok berbahan sterofoam itu, meletakkannya di atas meja khusus, lalu mengarahkannya pada Ami.

"Cepat sembuh, Sayang. Mami nggak mau kamu sakit kayak gini. Masa baru aja balik dari Yogya terus sakit, sih," ujar Kalyna, setiap ucapan darinya selalu tersirat kekhawatiran.

Ami tersenyum lalu memeluk Maminya. "Maafin Ami, Mi, karena udah buat Mami khawatir."

"Makanya, kamu jangan sakit lagi, ya, Sayang," ujar Kalyna, dia mengelus lembut rambut anaknya.

"Iya, Mi. Ami nggak akan sakit lagi, dan nggak akan buat Mami khawatir," ujar Ami, dia ikut tersenyum lembut menatap Maminya. "Tapi, Ami nggak bisa janjikan itu," lanjutnya dalam hati.

"Papi ke mana, Mi?" tanya Ami setelah menyuapkan sesuap bubur ke mulutnya.

"Papi lagi urus administrasi tadi, sebentar lagi mungkin ke sini," jawab Kalyna, dia masih duduk di samping Ami.

Bertepatan dengan itu, suara pintu terbuka, menampilkan seorang pria yang masih saja nampak muda diusianya yang sudah paruh baya.

"Papiii ...." Ami berucap cukup nyaring saat melihat orang yang dicarinya tadi.

"Hai, kesayangannya Papi." Andres memeluk sejenak putrinya itu, lalu mengecup singkat pucuk kepala Ami. "Jangan sakit lagi, ya," ujar Andres lembut. Wajahnya tentu masih menunjukkan kekhawatiran.

"Iya, Papi," jawab Ami.

"Pi," panggil Ami kembali.

"Kenapa, Sayang? Kamu perlu apa?" tanya Andres penuh kasih sayang.

"Ami nggak perlu apa-apa, Pi. Ami cuma mau nanya ...," ucap Ami, sedangkan Andres, pria itu masih menunggu kelanjutan ucapan Ami. "... gadis yang tadi malam ... dia gimana, Pi? Dia baik-baik aja, 'kan?" lanjut Ami.

Satu tangan Andres terangkat, dia mengusap pelan rambut Ami sembari berkata, "Dia pasti baik-baik aja, Sayang. Dia gadis yang kuat, Papi yakin kita pasti akan bertemu dengannya lagi," jawab Andres.

Story of Brishti | ENDWhere stories live. Discover now