God's Diary • We're Levanters #1

Quattordecim • Soulmate

"Mau menjadi pasangan dansaku?" tanya Chris yang sukses membuat pikiranku kosong

"eh?"

"tidak mau ya?" tanyanya lagi

Bisa diam dulu tidak? Aku belum selesai memroses.

"bukan begitu, hanya saja...tiba-tiba?"

Ia tertawa kecil sampai lesung di kedua pipinya terlihat jelas "tiba-tiba bagaimana? Kan sudah diumumkan kalau salah satu rundown kegiatan malam ini adalah pesta dansa, jadi wajar kan kalau aku mengajakmu?"

"a-ah...begitu ya, iya aku paham, tapi-"
Tidak, aku tidak gugup, hanya saja ini pertama kalinya seorang pria mengajakku ke berdansa

"kenapa? Sudah ada yang mengajakmu lebih dulu ya?"

"tidak! Belum, maksudku tapi aku tidak bisa berdansa."

"hanya gerakan waltz biasa." tetap tidak, bahkan jika itu adalah gerakan dansa paling dasar, aku sama sekali belum pernah melakukannya seumur hidup.
"Ya sudah kalau tidak mau, ayo turun! Kita harus masuk 5 menit lagi!"

"a-aku mau!"

"kau mau?" ulangnya memastikan yang kujawab pula dengan anggukan kikuk
"bagus! Kau cukup ikuti langkahku! Jangan khawatir."

Senyumnya berakhir menenangkanku baru kemudian aku menyusulnya turun menuju aula.

"kenapa sih kau sering sekali terlambat." tegur Cakra begitu aku tiba.

Aku spontan melirik Rafael yang menjadi jawaban dari teguran Cakrawala barusan. Jika bukan karena dia dengan standar kecantikannya yang tinggi itu, aku tidak akan terlambat.

Namun Rafael malah balas dengan senyuman bangga tanpa tersirat sedikitpun rasa bersalah "tapi tidak sia-sia! Maksudku lihat dirimu sekarang! Kau cantik sekali Kirei!"

"Rafael benar! Kau nampak berbeda, cantik sekali Putri Kirei!" Tambah Luna, aku tahu dia selalu berkata jujur, jadi aku tersipu karenanya.

Momen ini adalah pertama kali ada yang memujiku cantik, rasanya berbeda dengan pujian 'cerdas' atau 'hebat' yang biasa kudengar.

"Oke, karena semuanya sudah berkumpul, ayo kita masuk!" sela Pangeran Chris kemudian berjalan disusul oleh kami semua.