Viginti Unum • 12 Crystallis Sublimis

288 60 30
                                        

A lot of hint on this chapter! Read carefully

Aku masih tak diperkenankan kembali usai menjalani pengobatan, kabarnya di luar sedang kacau karena dugaan racun yang tersebar di antara siswa, para ahli sedang mencari tahu asal racun yang kukonsumsi, juga dilakukan investigasi dan pemeriksaan se...

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Aku masih tak diperkenankan kembali usai menjalani pengobatan, kabarnya di luar sedang kacau karena dugaan racun yang tersebar di antara siswa, para ahli sedang mencari tahu asal racun yang kukonsumsi, juga dilakukan investigasi dan pemeriksaan semua bahan makanan dan air yang digunakan.

Sret

Tirai bangsalku terbuka menampilkan Tabib dengan pangeran Ian didampingi Mrs. Selene.

"Kirei...kau tak apa?" tanya Ian menghampiri.

"Sekarang sudah baik-baik saja...eum kenapa kau bersama mereka?"

"Kami membawa pangeran Ian untuk menjelaskan mengenai kesaksianmu tadi. Kau bilang hari ini kau baru saja sarapan sup rumput laut buatannya kan? Selain itu kau tidak mengonsumsi hal lain lagi?"

"Jadi kalian menuduh Pangeran Ian yang sengaja meracuniku?"

"Bukan begitu, kami hanya memastikan, karena seluruh air putih dalam asrama telah diperiksa dan aman-aman saja. Jadi kami harus mencari tahu penyebab racun bisa tersebar."

"Lupakan Mrs. Aku makan sup rumput laut dan sarapan buatan pangeran Ian hampir setiap hari, bahkan kadang kami semangkuk berdua dan dia tidak kenapa-kenapa." tuturku menjelaskan.

"Pangeran Ian, darimana kau mendapat bahan baku setiap membuat sarapan?"

"Aku hanya menggunakan bahan yang tersedia di dapur kamar kami, aku juga hanya memasak yang biasa kumakan saat masih di kerajaanku."

Mrs. Selene memijat pelipisnya "Apakah ditemukan sesuatu yang aneh di kamar mereka?"

"Tidak ada, Mrs."

"batalkan seluruh kelas sampai sumber racun ditemukan." Pintanya, mereka semua langsung melenggang terburu setelahnya, namun Ian masih di sini memilih untuk menemaniku daripada menghabiskan waktu dengan yang lainnya.

"Aku jadi khawatir kau benar-benar sakit karenaku....maksudku sejauh ini kau hanya memakan masakanku."

"tidak mungkin, Yan. Kita kan makan bersama. Jangan terlalu risau, kita tunggu pernyataan para guru, lagipula aku sudah baik-baik saja."

Ia hanya mengulum bibirnya lalu mengangguk...aku jadi merasa bersalah, ia sudah berkali-kali berada dalam situasi seperti ini karenaku.

Tak punya banyak hal untuk dibicarakan, Ian memilih tidur dengan tetap di kursinya dan kepala yang disandarkan di tempat tidurku.
Kulihat kalung kristal biru lautnya menggantung di leher jenjangnya, sial aku merindukan kristalku.

Batuan biru tersebut nampak menyala-nyala, seolah ada lautan di dalamnya, dengan ombak, dan pantulan sinar matahari musim panas, tanganku tergerak untuk menyentuhnya, kulitnya terasa dingin sekali.

Sring

'Apa ramalan itu benar? Kurasa ia tidak cukup kuat'

'Ialah pangeran terkuat era ini, namun kekuatannya tersegel dalam—'

God's Diary • We're Levanters #1Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt