Kalian dah pada bobo ya???
Dari semalam suasana hati Jena gelisah tak karuan, sebab Dirgantara sama sekali tak membaca ataupun membalas pesan yang ia kirim. Apalagi tadi pagi ia juga tak melihat keberadaan laki-laki itu di rumahnya. Di tambah lagi sekarang ia tak melihat batang hidung Dirgantara dan para antek-anteknya di sekolah. Kemana perginya?
"Pagi Jena jenul" sapa Sindi, raut wajahnya terlihat lebih segar dari hari sebelumnya.
"Kenapa pagi-pagi udah masang wajah kusut gitu?"
"Deo ke mana Sin, lo tau?"
"Hah? ngapain nyariin Deo"
"Ck, Dirgantara ga bales chat gue, di rumahnya juga ga ada, sekarang di sekolah pun gue ga liat dia"
Sindi menganggukkan kepalanya paham. "Gue juga gatau, coba kirim chat ke Deo apa si Rizqi. Mereka berdua kan belum dateng juga. Siapa tau Dirgantara sama mereka"
"Udah, tapi ga ada yang bales satupun"
Harusnya Jena merasa senang, karena Dirgantara tak berada di sampingnya. Namun sekarang ia merasa cemas. Takut jika terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan.
"Udah deh palingan mereka bertiga bolos, ga usah khawatir kaya gitu." ucap Sindi berusaha menenangkan perasaan tak karuan Jena. Gadis itu hanya mengangguk.
.
.
.
.
Dalam perjalanan pulang, kepala Dirgantara masih terasa berat. Semalam ia mabuk dan di haruskan menginap dirumah Deo. Tak ada yang bisa mengantarkannya pulang, karena mereka bertiga semuanya mabuk. Pikiran Dirgantara masih terus terbayang atas kejadian semalam. Kiara mengirim sebuah foto yang didalamnya terdapat Jena, Diana dan Gibran yang terlihat sedang berbincang. Motor semakin ia lajukan dengan kencang, ternyata ada alasan mengapa Jena tak izin dengannya."Sialan" desis Dirgantara. Perasaannya kacau sampai tak membalas pesan yang dikirim Jena. Ia hanya melihatnya lewat notifikasi atas.
15 menit berlalu Dirgantara mengendarai motornya, ia berhenti sejenak di depan gerbang rumahnya untuk melihat rumah di sebrang. Terlihat sepi karena sekarang Jena pasti sudah berangkat sekolah. Lagi-lagi ia menarik nafasnya kasar, kemudian memasukkan motornya ke dalam pekarangan rumah.
Dirgantara turun dari motor sedikit terhuyung. Kepalanya kembali berputar.
"Tara" panggilan tersebut membuat detak jantung Dirgantara berdegup keras. Ia mengangkat kepalanya, lalu menatap seseorang wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.
Dahinya mengerut, merasa aneh.
"Kamu kenapa?"
"Kenapa ada di sini?" bukannya menjawab, Dirgantara malah melayangkan pertanyaan lain.
"Ada satu berkas mama yang ketinggalan, mama bawa oleh-oleh dari Amerika buat kamu. Kamu kenapa?"
"Oh Tara kira mama kangen, ternyata cuma mau ambil berkas. Pantes engga hubungin Tara duluan" cibir Dirgantara seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGANTARA: Vol 01
Adventure"Lo cantik, boleh gue cium?" tanya Dirgantara blak-blakan. Jena mengerutkan keningnya, menatap tidak suka cowok yang ada di depannya sekarang. Tangannya mendorong kasar tubuh orang itu agar memberi jarak antara mereka. "Gak, minggir lo"ketus Jena, k...