01

13.8K 442 26
                                    

©prettybabo

Day One

Jeno menegak cairan keemasan dari gelas kaca di tangannya, ia mulai bosan. Sudah lima belas menit ia menunggu tapi kenapa tidak ada orang yang segera melayaninya. Ditatapnya gadis berpakaian minim di depannya yang dari tadi hanya menunduk dalam-dalam.

"Selamat malam Tuan, mohon maaf karena sudah menunggu terlalu lama." Sebuah suara yang tergesa-gesa muncul dari balik pintu besar, seorang laki-laki tegap muncul dengan setelan rapi serba hitam.

"Ya, ya. Cepatlah, aku tidak punya waktu semalaman." Jeno berdecak tidak sabar.

"Tentu saja Tuan, silahkan." Laki-laki itu segera mempersilahkan Jeno untuk masuk kedalam pintu dimana ia tadi keluar. Lorong itu gelap, pencahayaannya yang jarang-jarang memberi kesan seram namun berkelas.

"Kenapa pesananku datangnya lama sekali?" Jeno bertanya pada laki-laki yang berjalan tidak jauh dibelakangnya.

"Ah, maaf Tuan. Kami hanya tidak ingin Anda kecewa jadi kami meminta waktu lebih panjang. Mohon maaf telah membuat Anda menunggu lama."

"Ya, lama sekali." Jeno berkata dingin. Tidak lama kemudian laki-laki itu menunjuk sebuah pintu coklat dengan banyak ukiran indah yang berkesan mahal. Jeno menyeringai lebar didepan pintu tersebut sebelum menggerakkan gagangnya.

"Dia bernama Na Jaemin, dia suka dipanggil Nana. Kami menemukannya di kota kecil di pinggir pantai. Ia benci udara yang dingin dan ruangan yang tertutup. Kesukaannya adalah pantai, berenang dan menjahit." Laki-laki itu menjelaskan dengan singkat sekilas tentang seorang—seseorang tidak tepat, mungkin seekor—lelaki muda berumur sekitar sembilan belas tahun yang bergelung di atas kasur besar memakai gaun tidur wanita. Sebagian besar tubuhnya menyerupai manusia, hanya saja ia memiliki ekor kucing di bagian belakang tubuhnya, lalu telinganya tidaklah seperti manusia melainkan seperti kucing.

"Nana, bangun." Laki-laki disamping Jeno menyentuh kaki manusia setengah kucing itu pelan.

"Uhm ..." Jaemin membuka matanya. Matanya berwarna coklat muda, seperti karamel. Jaemin menatap dua orang di depannya dalam keadaan setengah tersadar.

"Kau akan pulang kerumah baru." Laki-laki itu berkata lagi.

"Ru-rumah baru?" Jaemin bertanya tidak nyaman. Pandangan tajam Jeno padanya membuat Jaemin bergerak tidak nyaman dalam duduknya.

"Iya, bersama Tuan ini."

"Bersama dia?" Jaemin bergerak cemas, kenapa ia harus pulang dengan laki-laki tampan namun seram ini?

"Yang sopan. Panggil—"

"Tidak apa-apa. Aku memang meminta hybrid yang belum terlatih jadi tidak apa-apa." Jeno membuka suara.

"Baik Tuan. Saya akan meninggalkan Anda bersamanya." Laki-laki itu membungkuk dalam-dalam sebelum meninggalkan ruangan remang-remang tersebut. Jeno tersenyum lebar di hadapan Jaemin, pesanannya lebih baik dari yang ia harapkan.

Jaemin terlihat sangat bersih, tampan dan juga polos, memberi kesan menggairahkan apalagi dalam balutan gaun tidur wanita yang tipis. Wajahnya yang gelisah dan tidak nyaman membuat Jeno semakin bersemangat, ia akan menjadi orang pertama yang menyentuh hybrid di depannya. Bayangkan betapa nikmatnya lubang ketat Jaemin dan segala reaksi Jaemin atas perlakuan yang pertama kali terima.

"Panggil aku Daddy Jeno."

"Da-daddy?"

"Iya. Mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku, di rumahku, di kamarku lebih tepatnya." Jeno menyeringai lebar.

TOY - NOMIN Vers.Where stories live. Discover now