07

6.2K 150 6
                                    

Day Fifty Five

"Mhhmm.."

"Lebih dalam Jaemin...shhh..."

"Uhuk..nghh..nghh.."

"Good. Ssshhh...nikmat sekali..."

"Nghh..uhukkhh..hhh..."

"Daddy sudah dekathh..ahhh.."

"Mhhmm...nhhmm..."

"Great, great. Lebih dalam Jaemin, shithh.."

"Mnhhmm..nghhkkk..."

"Jilat seperti itu kucing baik...ahhh.."

"Uhuk..mhhmm...uhuk.."

"AH!"

Laki-laki berparas sangat tampan dengan rambut berantakan dan tanpa kaus yang menunjukkan lengan kekarnya, tangannya mencengkram rambut seekor hybrid kucing yang mengulum penisnya begitu dalam hingga terlihat menahan rasa mual dan sesak.

"Nana semakin hari semakin hebat." Laki-laki itu mengelap bibir Jaemin, hybrid kucingnya yang berlumuran spermanya. Jaemin hanya tersenyum lebar setelah seluruh sperma yang tadi pemiliknya tumpahkan pada mulutnya ia telan habis.

Laki-laki bernama Lee Jeno itu memandang wajah peliharaannya dengan sedikit sedih juga rasa bersalah, sudah beberapa hari terakhir ia tahu kalau ia bersikap terlalu kasar pada Jaemin. Setiap malam Jaemin hampir tidak pernah tidur karena Jeno selalu menggagahi tubuh langsing itu hingga nyaris pagi. Kegiatan bercinta semakin lama semakin liar, semakin panas dan semakin menyiksa Jaemin.

Setiap pagi pula Jeno akan meminta Jaemin untuk memberinya blow job atau satu ronde seks sebelum ia berangkat bekerja. Stamina Jaemin benar-benar dikuras oleh Jeno selama lima hari terakhir, namun Jaemin tetap tersenyum dan bersikap manja pada Jeno, membuat Jeno diliputi rasa bersalah karena memperlakukan Jaemin begitu kasar setiap kali mereka bercinta dan Jaemin tidak pernah mengeluh atau marah padanya sedikitpun.

Ini adalah hari kelima sejak kedatangan orang tua Jeno ke apartemen Jeno dan sudah lima hari pula Jeno merasakan mimpi buruknya kembali. Dari cara Jeno memanggil kedua orang tuanya sudah jelas jika hubungan antara orang tua dan anak itu tidak begitu harmonis. Jeno adalah anak satu-satunya dari sepasang suami istri yang cukup berada di kota kecil di Korea Selatan, Donghae dan Hyukjae.

Sejak kecil Jeno nyaris tidak pernah mendapat kasih sayang orang tuanya karena alasan yang klise: sibuk bekerja. Selalu itu alasan mereka ketika Jeno memohon perhatian mereka hingga akhirnya Jeno terbiasa tumbuh tanpa kasih sayang orang tuanya. Sesungguhnya keretakan hubungan Jeno dengan orang tuanya bukan karena kesibukan Donghae dan Hyukjae semata, ada orang yang lain yang membuat hubungan mereka yang sudah renggang menjadi sangat jauh.

Jeno ingat bagaimana keberadaan dirinya seolah seperti sampah setiap orang itu ada, dia selalu dibandingkan bahkan hingga dipukul oleh Donghae atau Hyukjae karena mereka menganggap Jeno sama sekali tidak bisa dibanggakan. Bertahun-tahun Jeno hidup menelan pahitnya seluruh perkataan orang tuanya padanya yang lebih tajam dari pisau, bertahun-tahun pula Jeno hanya mendapatkan kasih sayang dari seorang bibi pengasuh yang kini sudah meninggal.

Di Umur enam belas tahun Jeno meninggalkan rumah dan orang tuanya tidak pernah mencarinya. Di Umur delapan belas Jeno terlibat belasan tindakan kriminal tingkat rendah hingga menengah untuk membiayai hidupnya yang terlantar. Di umur dua puluh Jeno mencuci tangannya dari dunia kriminal dan mulai masuk bangku kuliah karena itu adalah permintaan terakhir bibi asuhnya sebelum meninggal.

"Daddy? Daddy? D-daddy?"

"H-huh?"

"Daddy melamun lagi." Jaemin merengut melihat Jeno yang ternyata sama sekali tidak mendengarkannya berbicara dari tadi.

TOY - NOMIN Vers.Where stories live. Discover now