Part 18

1.4K 153 13
                                    

Haikal bangun lebih pagi karena dia baru ingat kalau pagi ini dia ada ulangan, jadi dia berangkat lebih pagi daripada biasanya untuk membuat contekan. Haikal sebenarnya pintar tapi dia hanya malas saja untuk berpikir, katanya kasian otaknya disuruh berpikir terus nanti malah jadi gosong terus nanti dia jadi botak karena kebanyakan berpikir.

Setibanya di sekolah ternyata keempat temannya sudah datang terlebih dahulu, dia berjalan ke bangkunya dan naruh tasnya di atas meja.

"Kalian udah belajar?" tanya Andra.

"Udah." Sudah pasti yang menjawab seperti itu adalah Bayu, karena di antara yang lain hanya dia yang paling rajin.

"Kalo lu gimana kal?"

"Belum, tapi tenang aja gua bawa tolakangin," jawab Haikal.

"Apa hubungannya belajar sama tolakangin?" tanya Adnan.

"Karena orang pintar minum tolakangin."

"Terserah lu aja kal, kita yang waras ngalah."

Bryan anteng-anteng saja karena sedang tidak ada bahan untuk nyinyiran, jadi dia memilih untuk diam. Tak lama kemudian guru yang mengajar pun datang.

"Selamat pagi," sapa sang guru.

"Pagi pak."

"Malam pak," balas Haikal.

"Kalian sudah siap untuk ulangan hari ini?"

"Enggak!" teriak Haikal dengan lantang.

"Oke, kalau begitu Haikal silahkan keluar dan bersihkan toilet sekolah," ujar sang guru dengan senyum manis, tapi menurut Haikal senyum itu mengerikan.

"Hehe bercanda pak."

"Kalau begitu ketua kelas tolong bagikan kertas ini."

Bryan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke meja guru untuk mengambil kertas yang berisi soal ulangan lalu membagikan kertas tersebut kepada semua orang yang berada di kelas.

"Selamat mengerjakan, jangan mencontek!"

Haikal sendiri pusing dengan soal yang diberikan, padahal tadi dia sudah meminum tolakangin yang dia bawa dari rumah tapi kenapa dia tidak bisa mengerjakan soalnya.

"Ini gimana coba caranya?" gumam Haikal.

"Pstt bay, Bayu Dhinakara Arvinza."

Sendari tadi Haikal mencoba memanggil Bayu tapi orang yang dipanggil tidak kunjung menoleh hingga membuatnya kesal, kenapa sih di saat sedang genting seperti ini orang-orang suka jadi budeg mendadak? Kan jadi kesel.

"Yang bekerja itu tangannya bukan mulutnya," ujar sang guru.

Haikal yang mendengar ucapan sang guru pun semakin menekuk mukanya. Pokoknya dia bakal ngambek sama Bayu, tak mau berbicara dengan Bayu, nanti kalau Bayu mentraktir nya dia tidak akan mau dan tidak akan luluh. Pokoknya nanti dia harus jual mahal, siapa suruh Bayu mengabaikannya dan pura-pura budeg.

Sudahlah karena tidak bisa mengerjakan, dia menjawab dengan asal saja, dia menulis apa yang ada di dalam otak kecilnya itu yang penting kertas jawabannya terisi penuh. Nanti dia bisa remidi, pasti kedua temannya yang lain juga bakal remidi. Yakin sekali dia kalau kedua temennya itu akan remidi, mereka berdua kan tidak jauh berbeda dengannya.

Setelah selesai mengerjakan soal yang diberikan, Haikal bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke meja guru untuk mengumpulkan jawabannya, dia berjalan dengan tampang songong nya yang jatuhnya malah membuat orang ingin sekali nampol mukanya itu.

"Sudah selesai?" tanya sang guru.

"Udah dong pak, malah saya yang jadi pertama," ucap Haikal dengan bangganya.

HAIKAL NOT HAIDAR [END]Where stories live. Discover now