9

2.3K 218 7
                                    

"Kita di Verona?" Tanya Jisung, menatap takjub sekelilingnya saat keluar dari mobil.

"Iya sayang, kita berada di Verona. Kota ini terkenal karena film A Letter's from Juliet. Kau pernah menontonnya sayang?" Jisung menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Jaemin.

Jaemin tersenyum lalu menggandeng tangan Jisung, berjalan masuk kedalam sebuah hotel megah.

"Hotel ini menempati bangunan yang berusia lebih dari seratus tahun dekat dengan menara Lamberti. Kita bisa naik ke menara dan melihat keindahan kota Verona ... dan kita akan menginap selama apapun yang kau mau sayang."

"Hyung .. kau bilang hotel ini sudah berusia ratusan tahun?" Jisung memasang wajah cemasnya.

"Iya sayang, tapi bangunannya masih sangat bagus dan kuat dengan arsitektur klasik nan indah. Aku sudah beberapa kali menginap disini saat perjalanan bisnis ..."

"Hyung yakin Hotel ini tidak berhantu?" Jisung menahan tangan Jaemin, merekapun berhenti berjalan memasuki hotel tersebut. Lelaki manis itu menelengkan kepalanya memperhatikan sekitar dengan seksama.

Jaemin terkekeh. "Ayolah sayang, kita berada pada sebuah kota yang menjadi latar cerita cinta abadi. Tapi kau malah mencemaskan soal hantu?" Lelaki tampan itu menangkup kedua pipi suami manisnya agar tatapan mereka kembali bertemu.

"Tapi bagaimana kalau ada hantu dan dia menganggu kita?" Jisung mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap Jaemin cemas.

"Percayalah padaku. Tidak ada hantu disini, aku akan menjagamu."

Jisung mengangguk membuat Jaemin tersenyum lebar lalu mengusak lembut helai rambut Jisung.

Keduanya pun memasuki lift. Satu-satunya sentuhan modern pada hotel La-Verona. Mereka lalu berhenti pada lantai paling atas yang langsung disambut oleh seorang pegawai hotel perempuan.

Jaemin lalu mengatakan sesuatu menggunakan bahasa yang Jisung sendiri tidak mengerti. Ia memang menguasai beberapa bahasa asing, tapi tidak dengan bahasa italia. Dan Jaemin yang terlihat sangat fasih dengan bahasa italia tersebut membuat Jisung terpesona.

Jaemin menghadap pintu berwarna hitam dan bersiap membuka kunci pintu ketika sebuah suara dari belakang mereka terdengar.

"Jisung!!!" Itu bukan suara Jaemin, tentu saja. Dan itupun bukan suara Renjun, itu suara sepupunya yang menyebalkan.

"Berisik! Kenapa lagi kau?"

Jeno mendekat lalu berbisik pelan pada telinga Jisung. "Kamar kita akan berseblahan, kalau kau dan Jaemin hyung bermain bola dan mencetak gol aku harap suaranya tidak sampai ke kamarku."

Jisung tersenyum miring, sedikit menjauh dari sepupunya itu.

"Jeno?" Jisung berucap dengan suara lembutnya.

"Iya sepupuku  ..." Jawab Jeno tak kalah manis.

"Apa tidak ada hal lain yang lebih bagus untuk kau ucapkan? Dasar siluman anjing jejadian." Jisung bersiap melayangkan pukulan kepada Jeno ketika Renjun dan Jaemin masing-masing maju untuk menjadi tameng.

"Wajah tampan Jeno jangan dipukuli, Jisung."

"Aku mencemaskan suami manisku." Balas Jaemin kepada Renjun.

Renjun menghela nafasnya lalu menatap Jeno. "Kau dan sepupumu tidak boleh bertengkar disini. Nanti saja kalau kita sudah kembali ke Korea."

"Baiklah." Jeno menyetujui ucapan Renjun.

"Awas saja aku akan menggunduli kepalamu jika kita sudah di Korea." Ujar Jisung, menatap Jeno tajam.

"Kau tidak boleh melakukan itu Jisung. Kalau kau lakukan, aku akan marah kepadamu." Renjun berucap lalu menggandeng tangan Jeno untuk masuk kedalam kamar disamping kamar Jaemin dan Jisung.

Going CrazyWhere stories live. Discover now