12

3K 203 18
                                    

Jisung menuruni undakan tangga menuju lantai satu rumah keluarga Park. Jam sudah menunjukan pukul 10 pagi, dan rumahnya itu tampak lumayan sepi.

"Anak mama tumben sekali bangun siang seperti ini."

Ucapan Baekhyun, sang mama membuat Jisung segera menoleh ke sumber suara yang berasal dari arah dapur rumah mereka.

"Mmm itu ma, Jie cuma kelelahan karena perjalanan panjang dari italia." Jisung menggaruk tengkuknya yang tak gatal, pipinya memerah samar.

"Begitukah sayang? Tapi sepertinya anak mama ini kemarin sangat sibuk dengan suami tampannya hingga tak keluar kamar sama sekali. Bahkan makan malamnya pun diambilkan oleh suaminya." Baekhyun berucap, menggoda anak manisnya.

"Mama ....!" Rengek Jisung.

"Oke, mama diam." Baekhyun terkekeh pelan, lalu menyuruh anaknya itu untuk duduk bersamanya pada kursi meja makan.

"Ayah dan Jaemin hyung sudah berangkat ke kantor?" Tanya Jisung pelan.

"Tentu saja sayang. Ini sudah jam 10, mereka berdua sudah berangkat sejak 2 jam yang lalu." Jawab Baekhyun, sambil mengambil roti isi untuk Jisung. "Makanlah, anaknya mama pasti sangat lapar karena tenaganya terkuras habis."

Jisung menerima roti isi itu dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Bagaimana sayang? Jaemin sangat baik kan? Mama yakin kalau kau sudah jatuh cinta padanya."

"Jaemin hyung memang sangat baik, tapi seperti yang kubilang ... dia sangat mesum." Baekhyun tertawa kecil mendengar ucapan sang anak.

"Aku juga tidak yakin apakah aku sudah mencintainya apa belum? Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Ini semua terlalu tiba-tiba untukku." Jisung menghembuskan nafasnya.

Baekhyun tersenyum, maklum. Tangannya terjulur untuk mengusap punggung anak manisnya itu. "Pelan-pelan saja sayang. Kau pasti akan mengerti dan segera menyadari perasaan yang sebenarnya untuk suamimu itu." Baekhyun melempar senyum manisnya, lalu kembali berucap. "Mama dapat melihat dengan sangat jelas, kalau Jaemin begitu mencintaimu. Lihat saja, dia langsung mengabulkan keinginanmu yang ingin pergi ke Italia, dan saat kau menangis karena ingin pulang kembali ke korea dia langsung berusaha mengabulkannya juga bukan?"

Jisung mengangguk, membenarkan ucapan mamanya.

"Tidak ada suami sesempurna dia untuk mendampingimu, sayang. Buka hatimu, dan kau akan lebih merasakan betapa lelaki tampan yang adalah suamimu itu begitu mencintaimu."

"Iya Ma, aku juga sedang belajar membuka hatiku untuknya." Gumam Jisung pelan, tapi masih didengar oleh sang mama.

Baekhyun tersenyum kembali. "Oh iya, sudah jam seperti ini, apakah Jie tidak akan terlambat ke kantor?"

"Aku memutuskan untuk berhenti menjadi reporter, ma. Aku mengabulkan salah satu keinginan Jaemin hyung." Jisung menjawab pertanyaan mamanya.

"Benarkah?" Tanya Baekhyun, tak percaya. Pasalnya, anak manisnya itu sangat sulit untuk diminta berhenti dari pekerjaannya sebagai reporter.

"Iya mama. Hari ini aku akan mengantarkan surat pengunduran diriku langsung ke kantor."

"Baiklah kalau begitu sayang. Seharusnya dari dulu kau berhenti, kita punya perusahaan sendiri. Jie kan bisa menggantikan posisi Ayah nanti."

"Benar yang dikatakan mama, Jie akan memikirkan itu semua. Membicarakannya dengan Jaemin hyung dan mengambil keputusan yang tepat."

Ucapan Jisung membuat Baekhyun kembali tersenyum lebar. "Habiskan sarapannya, mama yang akan mengantarkan Jie ke kantor untuk menyerahkan surat pengunduran diri itu."

Jisung hanya mengangguk, membalas senyuman mamanya dan kembali memakan sarapannya dengan tenang.

"Selamat Jisung, akhirnya kau mengundurkan diri juga." Pekik Mark, senang. Membuat Jisung terheran-heran, pasalnya dulu saat ia frustasi dan ingin mengundurkan diri, lelaki keturunan kanada itu menahannya mati-matian.

Tapi, lihatlah sekarang. Ia dengan senyum kelewat lebarnya menerima surat pengunduran diri Jisung. Menatap lamat surat yang berada dalam genggamannya seakan menatap sesuatu yang begitu berharga.

'Dasar aneh.'

"Sekarang kau sudah resmi keluar dari tempat ini. Bersenang-senanglah, jangan lupa sampaikan salamku kepada tuan Jaemin." Lagi, mantan bossnya itu berkata riang.

"Ba-baiklah. Akan saya sampaikan salamnya, tuan." Jisung masih menatap heran kearah Mark.

"Keluarlah. Bukankah sebaiknya kau pulang sekarang? Menjadi nyonya Na pasti sangat bahagia." Mark malah membuka pintu untuk Jisung dan mempersilahkan lelaki manis itu untuk keluar dari ruangannya.

"Aa .. begitulah. Terimakasih tuan Mark. Saya permisi." Bungkuk Jisung, sopan.

"Iya Jisung. Semoga harimu selalu menyenangkan." Mark melambai kearah Jisung.

"Semoga harimu menyenangkan juga, tuan Mark." Balas Jisung, lalu berbalik dan melangkahkan kaki jenjangnya pada lorong kantor itu.

"Jisung!"

Teriakan seseorang menghentikan langkahnya. Jisung lantas berbalik dan dapat melihat sahabatnya Haechan dan Beomgyu berjalan cepat kearahnya.

"Kau benar-benar mengundurkan diri?!"

"Iya Haechan." Jisung membenarkan pertanyaan salah satu sahabatnya yang selalu tampak sexy dengan kulit tannya.

"Kalau begitu kita harus berpesta!" Beomgyu mengepalkan tangannya ke udara.

"Apanya yang berpesta? Aku hanya mengundurkan diri dari tempat ini, kenapa kalian mengajakku berpesta?" Jisung mengernyitkan dahinya.

Haechan tersenyum miring lalu merangkul bahu sahabat manisnya itu. "Kita harus merayakan pengunduran dirimu ini. Ini akan sangat seru, kita ke klub malam?"

"Klub malam?" Ulang Jisung.

"Iya, klub malam Jisung. Kita rayakan disana, kau mau kan?" Beomgyu ikut merangkul bahu Jisung.

"Tapi ..."

"Kau terlalu banyak berpikir, Jisung. Sekali ini saja, bersenang-senanglah dengan kami berdua. Setelah ini pasti kau akan melupakan kami karena pastinya akan sangat sibuk menjalani harimu sebagai nyonya Na nantinya." Pinta Haechan.

"Baiklah-baiklah. Kita akan berpesta seperti yang kalian mau hari ini." Jisung menyerah dan mengabulkan permintaan kedua sahabatnya.

"Kau benar-benar setuju?" Beomgyu meyakinkan pendengarannya.

"Iya Beomgyu."

"Kita pulang kerumah Haechan saja sekarang. Bagaimana?" Beomgyu meminta persetujuan kedua sahabatnya.

"Benar. Kita bersiap-siap dirumahku saja, memakai pakaian yang bagus untuk berpesta malamnya." Haechan menyetujui ucapan Beomgyu dengan cepat.

Jisung hanya mengangguk, menyetujui. Ia lantas mengambil ponselnya, ingin meminta ijin dari sang suami.

'Pasti Jaemin hyung tidak akan memberiku ijin.'

Jisung menghentikan niatnya untuk meminta ijin, ia malah menonaktifkan ponsel miliknya, lalu menyimpan ponsel itu kedalam tas belakang yang ia kenakan.

'Jaemin hyung pasti akan sangat sibuk dan tidak akan mencariku.' Batinnya, lalu mengikuti langkah kaki kedua sahabatnya menuju mobil milik Haechan.

TBC.

Lanjutannya besok aja ya kalau gak sibuk 😋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Going CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang