11

2K 187 17
                                    

"Selamat datang ..." Baekhyun menyambut kedatangan Jaemin dan Jisung dengan ramah. Dia memberi pelukan hangat untuk keduanya.

Jaemin tersenyum sambil membalas pelukan Baekhyun. Ia melihat sekeliling, memperhatikan rumah mewah keluarga Park. "Dimana ayah? Apa sedang ke kantor?"

"Iya nak, ayah mertuamu sedang ke kantor." Jawab Baekhyun. Ia lalu memperhatikan wajah anak manisnya yang tidak banyak bicara siang itu.

"Kau kenapa sayang?" Baekhyun mengusap rambut anaknya lembut.

"Aku baik-baik saja ibu. Hanya merasa lelah, aku ingin istirahat sekarang." Jawab Jisung pelan, ia lantas melempar senyum kecil kearah Baekhyun dan berjalan begitu saja menuju kamarnya.

Selepas kepergian Jisung, Baekhyun menoleh kearah menantunya.

"Apa yang terjadi nak?"

"Jisung menceritakan kepadaku tentang penculikan yang terjadi padanya."

"Ah rupanya itu ..." wajah Baekhyun berubah murung. "Dia pasti merasa sedih."

"Iya ibu. Dia merasa sedih hingga sekarang."

Baekhyun berjalan pelan menuju kearah dapur,  tak lama ia kembali dengan membawa sekotak es krim ditangannya.

Sembari tersenyum Baekhyun menyerahkan sekotak es krim itu kepada Jaemin.

"Bawalah es krim ini dan bicaralah apapun yang ingin dibicarakan olehmu nak. Aku yakin Jisung pasti akan merasa lebih baik jika ada yang berbicara dengannya, dan aku percaya padamu."

Jaemin tersenyum, beberapa detik kemudian dia menatap Baekhyun dengan raut wajah serius. "Apakah Jisung sering seperti ini ibu?"

"Cukup sering. Kita semua tidak bisa mengendalikan rasa rindu bukan? Jika seseorang itu pergi, mereka bisa kembali. Namun, jika seseorang itu meninggal bagaimana kita bisa menemui dan mengatakan kerinduan kita kepadanya?"

"Dan juga .. Jisung memiliki trauma akan penculikan itu. Ia akan tidur dimanapun saat menghirup asap rokok, maka dari itu ayahnya sama sekali tidak pernah merokok lagi saat Jisung selamat dari penculikan itu." Jelas Baekhyun.

"Tapi ibu .. bukankah mereka yang pergi sebenarnya tidak benar-benar pergi. Aku pernah mendengar kalimat seperti itu." Jaemin menatap Baekhyun.

Baekhyun mengangguk dan tersenyum kecil. "Terkadang kau butuh sesuatu yang nyata. Seseorang yang bisa kau tatap, kau sentuh, kau peluk. Bukan hanya sekedar percaya kalau dia yang sudah pergi akan tetap berada disekitar kita."

"Aku mengerti ibu." Balas Jaemin.

"Sekarang pergilah kekamar Jisung. Dia pasti sedang duduk menyediri didalam sana, hiburlah dia." Baekhyun menepuk pundak menantunya.

"Baiklah ibu." Jaemin tersenyum lantas segera berjalan menuju kamar Jisung, menyisakan Baekhyun yang menatap kepergiannya dengan senyuman.

"Sayang."

Jisung yang terduduk pada ranjang miliknya itu menatap Jaemin yang memasuki kamar dengan membawa sekotak es krim.

"Hyung .." ucap Jisung lalu tersenyum.

Jaemin berjalan mendekat lalu meletakkan kotak es krim itu diatas meja yang terletak tepat disamping ranjang.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jaemin saat melihat Jisung memegang tablet ditangannya.

"Melihat hasil foto yang kuambil saat berada di Verona." Kekeh Jisung.

Jaemin tersenyum. "Aku membawakan es krim, kau tidak ingin memakannya sayang?"

Jisung melirik kearah es krim yang tadi dibawa oleh suaminya. "Aku mau .."

Going CrazyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt