10. Pertemuan

12.9K 1.4K 18
                                    

Masa SMA adalah masa di mana remaja mencari jati diri. Solidaritas antar sesama sedang pesat-pesatnya. Era memberontak pun ada di masa ini.

Sedalam apa sikap penurut Gea yang terbentuk sejauh pengalaman masa kecilnya. Di masa ini Gea tetap tidak bisa menentang kebutuhan biologisnya.

Yah, walaupun pemberontakan yang Gea lakukan jauh dari kata ekstrim. Ia hanya belajar cara membolos. Itu pun bukan pelajaran. Hanya membolos kegiatan ekskul.

Harusnya saat ini Gea sedang berada di ruang ekskul teater. Membicarakan masalah pengurus baru yang akan dibentuk di awal semester ini.

Tapi, saat ini Gea terpantau sedang mengendarai motor beatnya menuju kontrakan Gafino. Hari ini suasana hati Gea cukup bagus. Matahari saja sempat ia sapa tadi. Padahal cuaca sedang panas.

Kalau ditanya kenapa? Jawabannya karena hari ini Gafino gajian. Gea tidak mengharap Gafino akan membayar hutang seperti yang ia janjikan. Hanya saja Gea merasa senang sudah mendidik Gafino dengan baik sampai ia bertahan kerja selama sebulan.

Karena momen inilah Gea memutuskan bolos. Kebetulan kegiatan ekskul tidak terlalu dipantau Reni. Jadi Gea leluasa menghabiskan waktu tanpa takut ditanyai.

Motor Gea sampai di depan halaman kontrakan. Rumah sederhana itu tampak sepi dengan pintu terkunci.

"Lho dia nggak di rumah?" Gea merogoh ponselnya berniat mendial nomor Gafino, "dia kan hari ini shift malem. Masak ada yang jail ngunci dia dari luar sih?" cicit Gea.

Pasalnya Gafino saat kebagian shift malam. Ia akan tidur seperti lemur di siang hari sebagai bentuk balas dendam . Mau ada badai petir pun ia tidak akan bangun.

Suara sambungan telepon terdengar. Kemudian suara Gafino mengisi panggilan.

"Hallo?"

"Lo di mana?"

"Emh...nyam...nyam... di... nyam... di mana sih ini?" ucapnya tidak jelas.

"Lo lagi makan di pinggir jalan?" tebak Gea. Suara kendaraan terdengar jelas dari sini.

"Humm, sini... gue nemu makanan enak."

"Ya udah share loc!"

Tak lama sebuah denah lokasi masuk. Gea langsung tancap gas kesana.

Di sudut sana terlacak Gafino sedang berdiri di samping stand jajanan telur gulung di area lapak dagangan kaki lima. Mulutnya terpantau sedang mengikis sisa-sisa telur yang masih menempel di tusukan.

Di mana Gafino yang katanya tuan muda itu? Penampilannya saat ini tidak lebih dari anak sekolahan biasa yang sedang jajan sehabis pulang sekolah.

Walau begitu proporsi sempurna wajah dan badannya itu tetap menjadi pusat perhatian. Bahkan Gafino mengaku sempat diwawancarai tiktokers saat dirinya sedang mengangkat barang di swalayan.

"Hoi...." sapa Gafino. Ia melambaikan tangan saat tau Gea mendekat.

"Beli apa Gaf?"

"Ini... sumpah enak banget. Padahal cuma telor biasa terus digulung pake tusukan."

"Hemm," Gea mengernyit. Beginikah respon orang kaya ketika dijejali jajan pinggir jalan? Mau dikata ndeso tapi dia Gafino.

Ya sudahlah!

"Lo mau nggak? Gue traktir," tawar Gafino.

"Boleh deh."

Gea memperhatikan Mbak pedagang menyiapkan pesanan. Kebetulan hanya ada Gafino dan Gea saja. Tapi, kok ada yang aneh.

NOT REAL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang