24. Tuduhan Palsu

10.6K 1.3K 77
                                    

Mata Gea menangkap kedua manik hitam di depannya. Gea tau, di sana terukir penyesalan.

Bibir pemuda itu tidak bergeming sedikit pun. Seolah melampiaskan segala rindu hingga semuanya terbayarkan.

"Halo Kak." Sapa Gea. Sebuah senyum terukir manis. Menyambut kedatangan lelaki yang dua minggu lalu berangkat tugas kuliah.

"Emh..., apa kabar?" Ucap Gea lagi. Saga tak menjawab sapaannya yang pertama.

"Alhamdulilah, nggak sebaik biasanya. Tapi masih ada yang harus disyukuri." Jawab Saga tak berpindah sedikit pun dari kedua manik Gea.

"Kakak pulang kapan?"

"Barusan."

"Capek pasti ya? Kenapa nggak istirahat dulu? Emh..., masuk dulu Kak." Tawar Gea menunjuk kontrakan Gafino.

"Ge...?"

"Iya?"

"Kamu tinggal di sini?"

"Enggak..., ini kontrakan Gafino. Aku tinggal tempat Kak Tia. Ah! Ja-jangan bilang siapa-siapa ya?" Mohon Gea. Lupa kalau Saga tetangganya.

"Humm."

Canggung mulai merasuki Gea. Bagaimana tidak? Saga yang biasanya selalu punya topik obrolan tiba-tiba lebih banyak diam sambil memperhatikan lekat wajah Gea.

"M-masuk dulu yuk Kak. Panas di luar. Hehe."

"Nggak usah Ge. Kakak cuma mau memastikan kondisi mu."

Terlihat jelas bukan? Siapa yang berbohong sekarang? Memar di pipi Gea membuktikannya. Membuat Saga hampir kehilangan kendali.

"Pipi mu..., apa yang terjadi?"

"Oh ini," tunjuk Gea, "ini---"

"Jujur!" tekan Saga. Ia tahu Gea akan menutupi semua luka dengan alibi kecerobohannya.

"Aku--"

"Ada perlu apa?" Saut Gafino dari belakang. Selangkah lebih maju dari Gea.

"Gue pingin tau alasan luka lebam itu." Jawab Saga ketus.

Gafino menoleh ke belakang. Melihat pipi dekat sudut bibir masih meninggalkan bekas lebam.

"Lo orang berpendidikan kan? Tolong jangan buka lagi masalah itu!" Ketus Gafino. Sedangkan Gea tampak menunduk layu sambil meremas ujung bajunya.

"Urusan gue sama Gea. Nggak usah ikut campur!"

"Urusan Gea, urusan Gue!"

"Emang lo siapa? Beberepa bulan yang lalu bukannya lo orang yang nyusahin Gea?!" Tandas Saga tajam.

"Lo...!" Tekan Gafino. Kepalannya hampir melayang namun gagal berkat Gea mencegah tangan Gafino.

"Udah, kita bicara di dalem." Ucap Gea tersengal. Jujur memori kala itu mulai merembas keluar dari bagian ingatan yang harus dilupakan.

Melihat Gea berkeringan dingin. Gafino membawa Gea masuk. Begitupun Saga mengekor karena khawatir.

Mereka duduk berhadapan dengan Gea menjadi penengahnya. Tatapan tajam tak luput dari masing-masing manik yang tidak mau mengalah.

"Ngapain ikut masuk? Lo nggak diundang!" Ketus Gafino.

"Gea yang ngundang gue." Saut santai Saga.

"Ini kontrakan gue. Jadi gue yang punya izin!"

"Oh ya?" Jawab asal Saga. Matanya tertuju pada Gea, "Ge..., sebenernya apa yang terjadi? Kakak denger banyak cerita dari segala pihak. Makanya Kakak berusaha nyari kamu buat memastikan dari mulut mu sendiri. Soalnya Kakak nggak percaya sama cerita yang nuduh kamu celakai Ginda di kolam renang."

NOT REAL (END)Where stories live. Discover now