43. Bertarung Logika

7K 769 25
                                    

Jangan konyol! Gea baru saja mengikis rasa curiganya pada Gafino. Sekarang datang lagi nomor anonim yang meng-klime tau rahasia Gafino.

"Ini siapa?" balas Gea.

Tidak ada balasan. Padahal jelas-jelas akun whatapp-nya online. Tidak sabar, Gea men-dial nomor itu.

"Hallo? Ini siapa?" tanya Gea to the point.

"...."

"Hall--"

"Kayaknya ada yang lupa sama adik sendiri ya."

"Ginda!"

Terdengar kekehan dari sana, "memang ya, paling suka ngerjain Kakak. Apalagi liat muka nggak berdaya Kakak. Candu banget!"

"Kamu mau apa? Mau ngemis minta jantung?" sindir Gea.

"Emh.... gimana yaa, bukan ngemis sih lebih tepatnya minta jantung Kakak dengan cara baik-baik. Kakak tenang aja, aku nggak akan pakai cara melanggar hukum kayak Papa."

"Cara baik? Memang kamu pikir saya mau?!"

"Mungkin.... setelah Kakak liat dokumen yang aku kirim," ujar Ginda. Gea pun mengernyit. Bergegas cek room chat dan mendapati satu file Word.

"Ini apa?"

"Baca aja Kak. Aku yakin Kakak bakal hubungi aku lagi setelah baca file itu. Udah dulu ya Kak. Dokter ku udah dateng. Happy reading readers ku."

DEG!

Firasat Gea tidak enak. Ia memandangi file itu. Tidak berani membukanya. Tapi rasa penasarannya terlampau besar. Terlebih kata terakhir Ginda. Apa maksudnya readers ku?

File itu terbuka, mendapai beberapa kalimat hingga merangkai suatu cerita. Dan saat itulah Gea sadar. Itu adalah ending cerita Only You. Cerita di mana Gafino berasal.

"G-gimana... gimana bisa.... Ginda...."

Pikiran Gea kalut. Bukan hanya terkejut tentang Ginda yang tau akhir cerita Only you tapi juga tentang akhir tragis yang akan menimpa Gafino.

Detak jantung tedengar bak genderang perang. Suhu ruangan yang dingin tak menghambat peluh untuk keluar. Sebab bukan faktor lingkunganlah yang menjadi pokok permasalahan.

Tangannya mencengkram erat sebilah pisau yang diam-diam ia sembunyikan. Ia arahkan tepat di atas jantung seseorang yang tengah berbaring dengan bulu mata lentiknya.

"Maaf Gaf.... kamu yang maksa aku ngelakuin ini," gumamnya lirih seiring bulir air mata terjatuh.

Pisau itu mengayun dengan rasa benci pemiliknya. Detik berikutnya mata yang terpejam itu spontan terbuka ketika insting bertahannya tersentuh.

Gafino mencengkram kuat tangan Rea. Membalikan posisi hingga Rea tepat di bawahnya.

"Mau bunuh pacar mu yang sedang tertidur? Wah, ternyata selama ini aku bersanding dengan gadis psiko."

"Lepas!" berontak Rea.

"Jangan bodoh, kamu pikir aku mau?" Gafino mendekat, berbisik pelan dan dalam. "Aku tidak akan melepaskan mu selamanya!"

Kalimat itu membangunkan rasa takut dan benci Rea memuncak. Hingga pegerakan reflek berhasil menyayat lengan Gafino.

Pekikan dengan desis ngilu terdengar. Berkat iti Rea memiliki celah untuk kabur.

Dengan rasa pasrah, Rea berusaha keluar dari rumah mewah minim penghuni itu. Ia berhasil keluar gerbang dan berlari. Ia mencoba menghentikan laju mobil lewat untuk meminta tumpangan. Setidaknya ia harus pergi sangat jauh agar Gafino tidak mengejar dan menangkapnya lagi.

NOT REAL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang