8

6 4 0
                                    

Cahya membuka pintu rumah dengan jalan terseok seok, badanya lesu lunglai seperti orang tak berdaya. cahya sebenarnya takut akan laki laki itu, samar samar kalau ia akan melakukan hal diluar dugaan cahya dan terus meneror dirinya.

sepertinya hari ini dan seterusnya, cahya tidak akan keluar rumah kecuali hal yang begitu penting, itupun dia harus ada yang menemani.

"duh fen kenapa lo jauh si sama gue" gerutu cahya sambil memegang pelipisnya dengan satu tanganya.

"ca? udah pulang, kamu kenapa?" tanya sarla sambil menghampiri anaknya yang tengah duduk di sofa.

cahya yang melihat hal itu sebenarnya ingin menghindar, tapi ini bukan waktunya untuk berperilaku seperti itu. cahya berniatan untuk bercerita kepada mamanya, tapi ia rasa bukan sekarang waktunya.

"ca? kok diem?" tanya sarla lagi.

cahya hanya menoleh dan menatap mamanya lalu menundukan epalanya sambil menjawab pertanyaan sarla "engga, cahya masuk kamar dulu ya" ucap cahya,

ia berdiri meninggalkan sarla yang tengah duduk di sofa.

sarla sangat khawatir dengan cahya, setiap pulang sekolah pasti lesu. anak itu mulai tidak beres.

cahya duduk diatas kasur sesekali menghela nafas panjang. dia mengeluarkan ponselnya di dalam tasnya.
karena merasa tak tenang, cahya akhirnya memberanikan diri untuk menelepon fenrir, kali ini ia akan membuang jauh jauh rasa gengsinya itu.

cahya memencet tombol telepon diatas pojok kanan, tapi memanggil.
cahya tak sekali meneleponya bahkan berkali kali.
"ni bocah kok ga on sih heran banget gue" gerutu cahya

karena sudah mulai putus asa, akhirnya cahya membiarkanya dan membanting ponselnya di kasur. ia jengkel dengan nomor yang ngga jelas itu, ia jengkel dengan fenrir, ia jengkel dengan ayahnya.

cahya menangis, ia merasa memang dunia ini tidak adil baginya. yang benar saja, saat ia membutuhkan teman untuk cerita, teman yang ingin dia keluh kesahi, tiba tiba menghilang. cahya hanya ingin hidup tenang, tapi sepertinya gadis malang itu belum beruntung.

***

apa ini waktunya?, bahkan sudah di depan mata?, cahya berlari memeluk laki laki yang ada di depanya, ia peluk erat erat seakan tak mau lepas dari pelukan itu. cahya sangat senang, senang sekali bahkan rasa senangnya kali ini sulit di diskripsikan.

"aku kangen" ucap cahya di balik pelukan laki laki itu
"aku juga" kata laki laki itu yang tak lain adalah fenrir.

mereka berdua saling berpelukan di tengah tengah keramaian, mereka tidak peduli berapa banyak orang yang memandang ke arah mereka. yang jelas hari ini adalah hari spesial bagi mereka.

bruk

"arghhh! astaga ternyata cuma mimpi" ujar cahya sambil memegang pinggangnya.

iya yang tadi hanya mimpi. saking kangenya cahya ya sampai kebawa mimpi begitu.

"duh sakit banget pinggang gue sialan" kata cahya kesal.

ia berdiri dan naik keatas kasurnya lagi, merebahkan punggangnya yang barusan berciuman dengan lantai. rasanya jengkel sekali karena hal senang itu hanyalah mimpi.

kenapa kalau hal hal yang ngebuat kita bahagia datangnya selalu lewat mimpi, sedangkan hal yang menyedihkan selalu nyata.
tapi itu bukan hal yang aneh. namanya juga hidup pasti ada susah senengnya. jadi buat kalian semangat terus ya tuhan itu maha adil.

"astaga kok mimpi sih" ucap Cahya sambil mengacak acak rambutnya dengan raut wajah mewek.

ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. setelah itu, ia keluar kamar untuk makan. perutnya sedari tadi keroncongan. tidak biasanya sore sore begini perutnya bunyi. mungkin karena tadi habis tertampar realita.

TENTANG KITAWhere stories live. Discover now