🍃 05 - Bukan Pacar Juan

245 50 8
                                    

05 - Bukan Pacar Juan
 

Di dapur, Haekal sudah siap mengeksekusi bahan-bahan di hadapannya. Ia memakai sarung tangan plastik untuk mulai memotong daging ayam yang masih utuh menjadi beberapa potong lebih kecil. Tak lupa apron coklat sudah melekat di tubuh jangkungnya.

"Sudah lama non Jeya enggak minta yang aneh-aneh gini, bibi jadi gak enak sama mas Haekal." Bi Lea hanya diam di samping kulkas melihat Haekal yang sudah sibuk dengan pekerjaannya.

Kekehan kecil menjadi respon pertama dari si pemuda. "Gak papa, Bi. Saya sudah biasa bantuin ibu saya masak di rumah, jadi ini bukan sesuatu yang sulit."

Postur tubuh yang tinggi dengan bahu yang cukup lebar membuat proporsi tubuh Haekal terlihat menawan meski dilihat dari belakang.

Jeya berjalan ke kursi putar untuk memantau pemuda itu memasak makanan pesanannya. Bi Lea baru akan menyapanya namun Jeya mengisyaratkan perempuan paruh baya itu untuk diam saja agar Haekal tidak perlu menyadari keberadaannya.

Tangan panjang itu tidak terlalu berotot namun terlihat seksi saat lincah mengambil bumbu, mengaduk masakan di wajan hingga menyiapkannya di atas piring.

Jeya tidak tahu kalau seseorang bisa terlihat sangat menarik walau hanya dilihat dari belakang.

Saat berbalik, Haekal sedikit terkejut mendapati Jeya sudah duduk di kursi putar seolah menunggu masakannya.

"Ayamnya sudah jadi, tapi nasinya baru aja matang, harus nunggu beberapa menit dulu biar lebih enak." Haekal menghampiri Jeya dengan sepiring ayam serundeng di tangannya.

"Mau makan di sini apa saya antarkan ke kamar?"

"Di sini aja."

Dengan begitu Haekal segera menyimpan piring ayamnya di hadapan Jeya, mengambilkan minum seraya menunggu nasi merah buatannya matang sempurna.

Jeya melirik makanan di hadapannya. Padahal niatnya tadi hanya ingin mengerjai Haekal, tapi pemuda itu malah melakukan perintahnya dengan baik. Lihatlah piring ayam di depannya ini.

Tanpa menunggu nasi matang, Jeya sudah lebih dulu mengambil sepotong ayam, mencicipinya lalu membelalak kaget.

"Haekal!"

Yang dipanggil menoleh. "Ya?"

"Lo pake resep dari internet?"

Haekal menggeleng. Tapi tak membuat Jeya percaya. "Terus lo dapet resep ini dari mana?"

"Kebetulan ibu saya jago masak dan saya suka bantuin, jadi saya sudah hapal resep masakannya di luar kepala."

"Serius?"

"Iya. Apa masakannya sesuai di lidah kamu?" Haekal menyimpan gelas minum ke atas meja.

"Iya. Gue suka. Bumbunya pas, bi Lea juga udah jarang masak ayam gini jadi kerasa lebih enak aja rasanya."

Bi Lea yang masih berdiri tak jauh dari mereka hanya tersenyum tipis. Bukan salahnya 'kan tidak lagi memasak ayam goreng, ia hanya menerima perintah dari kakek Jay untuk memasak makanan sehat tanpa banyak minyak, meski sesekali masih memasak makanan berminyak sesuai keinginan kedua cucunya.

Tak lama pemuda lain memasuki dapur. Tujuannya adalah kulkas di sudut ruangan.

"Bi, jus jeruk dong!" Ardan melirik Jeya di meja bar dapur. "Tumben makan ayam goreng, Je?"

Jeya menoleh dengan mulut yang kembali melahap ayam gorengnya. "Lagi mau aja, kak Ardan mau? Kebetulan Haekal bikinnya banyak."

"Haekal?" Ardan melirik Haekal. "Lo yang masak, Kal?"

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahWhere stories live. Discover now