🍃 26 - You Can Do Anything, I Can Fight

284 66 14
                                    

26 - You Can Do Anything, I Can Fight

Ini sudah seminggu sejak kejadian hari itu dan Feli terlihat jelas menghindarinya. Awalnya Ardan tak ambil pusing karena menurutnya semua ini memang terlalu tiba-tiba. Sangat wajar kalau Feli butuh waktu untuk menyadari seperti apa perasaannya.

Tapi semua hal yang Ardan anggap wajar itu tiba-tiba mengganggu harinya saat tanpa sengaja ia melihat Feli bersama seorang lelaki yang tidak Ardan kenal.

Sialnya bukan hanya sekali tapi sudah tiga kali. Tiga hari berturut-turut lelaki itu datang ke salon entah sekedar potong rambut atau sekedar creambath, Yeri bilang lelaki itu memang selalu datang di jam-jam terakhir Feli bekerja lalu pulang saat Feli juga akan pulang.

Karena itulah hari ini Ardan memutuskan untuk datang ke salon. Datang yang benar-benar datang bukan sekedar melihat Feli dari kejauhan.

"Sore, Yeri." Ardan menyapa lebih dulu.

"Eh, mas Ardan. Sore juga, Mas."

"Ellen ada?"

"Gak datang, Mas."

"Tapi mbak Irene ada 'kan?"

"Ada, Mas. Tadi lagi melayani tamu VVIP."

"Ya udah deh, gue tunggu di ruangan Ellen aja." Ia beranjak ke lantai tiga di mana ruangan Ellen berada. Mungkin menggunakan sedikit privilege untuk bertemu dengan Feli hari ini tidak akan jadi masalah.

"Loh, Dan? Tumben datang gak bilang dulu. Ellen gak ke salon loh hari ini." Irene datang dengan tab di tangan. "Sejak piknik kamu belum ketemu Ellen lagi ya?"

"Iya, makanya ke sini kirain Ellen juga ke sini."

"Oh, jadi ke sini beneran mau ketemu Ellen? Bukan ketemu Feli?" Senyum menggoda Irene membuat Ardan terkekeh kecil.

"Enggak, aku beneran mau ketemu Ellen."

"Yeri bilang loh kalau kamu beberapa kali nanyain Feli. Mbak juga lihat kemarin mobilmu parkir di sebrang, ngapain coba?"

Duh Ardan seperti tertangkap basah maling ayam, memang bukan masalah besar tapi cukup memalukan.

Irene kembali buka suara. "Udah beberapa hari ini ada cowok yang datang di jam jam terakhir Feli kerja, katanya sih itu teman lamanya makanya sering mampir ke sini."

"Aku gak nanya loh, Mbak."

"Kamu ini, mbak 'kan pengertian mau ngasih tahu kamu."

Ardan menggaruk tengkuk kikuk dan memilih menyalakan handphone guna mengalihkan rasa malu.

Tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Ardan pikir mungkin itu pak Hanbin yang datang mengantar minum untuknya.

"Permisi, Bu. Ini minumnya."

Sontak Ardan mendongak. Ia terkejut mendengar suara Feli.

"Bawa masuk aja sini, Fel." Irene menujuk meja dengan gestur dagu. "Oh iya, Ardan mbak masih ada tamu, kamu dipijitnya sama Feli aja ya?"

"Hah?" Kompak Ardan dan Feli menoleh.

Sedangkan Irene malah terkekeh pelan. "Kok pada kaget gitu?"

"Aku 'kan biasa dipijit mbak Irene belum pernah dipijit karyawan lain." Setidaknya Ardan harus menyuarakan sedikit protesan untuk menutupi rasa senangnya.

"Ini 'kan Feli, bukan karyawan lain. Kalian juga udah saling kenal jadi pasti gak akan canggung lagi." Irene beralih pada Feli. "Feli, tolong ya layani Ardan dulu, tamu yang lain biar saya suruh Dahyun yang handle."

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahOnde histórias criam vida. Descubra agora