🍃 22 - Renang

248 58 6
                                    

22 - Renang

Sesuai ucapan Feli tadi, tiga gadis itu berenang di kolam renang samping penginapan. Sedangkan dua pemuda lainnya hanya diam memantau di pinggir kolam. Ardan memang sudah membooking kolam untuk mereka, tapi tetap saja ini area yang cukup terbuka dan perlu diawasi agar tak banyak yang melihat ketiga gadisnya tengah berenang.

Tiga gadisnya? Haha ... ya anggap saja begitu. Bagi Ardan tiga gadis itu adalah prioritas utama yang harus ia jaga. Setidaknya saat ini, saat mereka tengah berlibur bersamanya. Meski Jeya sudah dijaga oleh Haekal bukan berarti Ardan akan lepas pengawasan begitu saja. Ia bahkan melihat saat tadi adiknya menangis di punggung Haekal.

Lucu sekali. Ardan sangat respect pada sikap Haekal tadi. Dibanding membuka lengan lebar untuk memeluk adiknya atau menarik adiknya ke dalam dekapan dada bidangnya, Haekal justru memberikan punggung tegapnya untuk Jeya berkeluh kesah, menangis tersedu di balik punggungnya.

Jangan kira Ardan tak tahu soal masalah mereka dan si brengsek Renjun. Ardan tahu, sangat tahu malah! Ingat saat kangmas menikah dengan Resya? Saat Arkha memperlihatkan satu foto Renjun yang tengah tertawa bersama seorang perempuan asing, Ardan kesal bukan main dan langsung menyuruh bawahannya untuk memata-matai pemuda itu.

Dan sekarang ia menyesal karena belum memberi Renjun balasan setimpal karena membuat adiknya menangis.

"Thanks ya, udah jadi teman yang baik buat Jeya," ujarnya pada Haekal. Si pengawal yang merasa dirinya diajak bicara oleh Ardan segera menoleh dan mengangguk sopan.

"Itu sudah jadi tugas saya, Bang."

"Enggak. Sebenernya itu di luar jobdesk lo buat jadi sandaran saat Jeya nangis. Tapi karena lo udah nganggap itu sebagai tanggung jawab lo, gue sangat berterimakasih."

"Bang Ardan tahu sesuatu?"

Ardan tersenyum penuh arti. "Gue gak tahu apa-apa. Dan lo gak perlu ngelapor apa-apa sama gue, Jeya gak suka orang cepu."

Mendengar jawaban Ardan membuat Haekal meneguk ludah gugup. Sudah jelas bosnya yang satu ini mengetahui masalah mereka.

Satu tepukan Haekal dapatkan di pundaknya. "Jangan dipikirin, gue gak akan nanya apa-apa, cukup lo jadi temen berkeluh kesah Jeya aja, buat gue itu udah cukup."

Dari semua kalimat yang Ardan ucapkan, sangat terlihat jelas kalau si cucu ketiga ini sangat menyayangi adik bungsunya.

"Pasti, Bang. Saya akan menjadi pengawal, bodyguard, bahkan teman untuk Jeya. Saya akan menjadi apapun yang Jeya butuhkan."

Ardan tersentuh mendengar balasan Haekal. Terdengar lugas dan penuh kesungguhan.

Obrolan kedua pemuda itu terpotong saat Jeya tiba-tiba naik dari kolam. Dengan sigap Haekal menyerahkan bathrobe padanya dengan tatapan tertunduk agar tak melihat baju basah Jeya.

Dan semua itu tak luput dari pandangan Ardan.

"Om Ardan! Ayo berenang!" Teriakan Ellen dari kolam sana mengalihkan perhatian Ardan. Ia tersenyum, namun senyum itu memudar saat dilihatnya tubuh Feli yang sudah bergetar menahan dingin. Ardan segera memutari pinggir kolam, menghampiri mereka di pinggir kolam di  sebrang tempatnya berdiri tadi.

"El udah renangnya belum sayang?" tanyanya lembut pada Ellen, tapi matanya terus melirik Feli.

Melihat gadis itu yang sudah kedinginan entah kenapa Ardan jadi khawatir.

"Fe, naik sini gantian aku yang renang jagain El."

Feli menoleh sekilas lalu berbalik pada Ellen. "El, masih mau renang?"

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahKde žijí příběhy. Začni objevovat