🍃 21 - Piknik Ke Pantai

226 64 9
                                    

21 - Piknik Ke Pantai

 

Padahal yang awalnya niat pergi piknik itu Ardan dan Ellen, tapi yang sangat antusias untuk pergi malah Jeya. Bahkan gadis itu ikut menjemput Feli di kostannya.

Jangan tanya bagaimana reaksi Feli saat tahu Jeya akan ikut pergi piknik dengan mereka. Gadis itu begitu senang karena tidak harus terjebak canggung berduaan dengan Ardan.

Ya, tadinya Feli berpikir begitu. Tapi semua tak sesuai rencana. Jeya berangkat dengan mobil lain bersama Haekal dan Feli harus terjebak canggung berdua di dalam mobil Ardan karena Ellen kembali tidur di kursi belakang.

"Lo udah sarapan?" Rasanya deja vu, Ardan menanyakan hal yang sama seperti dua hari lalu.

"Belum, tapi tadi sempet minum teh pas nunggu lo dateng."

Ini pertama kalinya mereka kembali mengobrol setelah perdebatan hari itu.

Dan tak ada lagi obrolan setelahnya, hanya hening yang mengisi kecanggungan di dalam mobil.

Perjalanan ke pantai cukup memakan waktu, Feli pikir mereka hanya akan pergi ke Ancol untuk liburan, nyatanya Ardan malah membawa mereka ke Sayang Heulang, salahsatu pantai di bagian selatan Garut. Mereka bahkan akan menginap semalam di sana. Dan Ardan baru memberitahunya tadi malam.

Mobil berhenti di rest area, Jeya dan Feli pergi ke toilet bersamaan menyisakan Ardan dan Haekal yang menjaga Ellen di tempat makan.

"Gue suka heran kenapa cewek kalau pergi ke toilet suka barengan," gumam Ardan pelan.

Haekal tak menjawab karena menurutnya itu bukan sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Toh, ia juga tak tahu kenapa kaum hawa selalu begitu.

Dua gadis itu kembali lalu segera duduk di bangku menunggu Ardan yang memesankan makanan.

"Kak, ini masih jauh ya?" tanya Jeya pada Feli.

"Iya, kalau dari maps sih masih jauh, aku belum pernah ke sana juga soalnya."

Jeya beralih pada Haekal. "Kal, lo pernah ke sana?"

"Belum."

"Bahasanya dijaga, ada anak kecil di sini," tegur Ardan yang baru datang dengan nampan berisi makanan.

Jeya menutup mulutnya rapat lalu tersenyum kecil meminta maaf. Mereka mulai mengambil makanan masing-masing untuk mengisi perut keroncongan yang belum diisi sarapan sejak pagi.

Perhatian Jeya pada makanan seketika teralih ketika dua manusia di depannya begitu manis memperlakukan si kecil El. Ardan yang membantu memisahkan daging dengan tulang ayam di piring El sedangkan Feli mengambilkan minum juga melap tetesan air di bibir El.

Duh, Jeya seperti melihat keluarga cemara yang bahagia.

Senggolan pelan di sikunya menyadarkan Jeya dari lamunan. Ia menoleh dan mendapati Haekal yang tengah menatapnya.

"Makan." Haekal berujar pelan. Tapi justru suara pelannya yang membuat Jeya salah fokus. Suara Haekal terdengar begitu lembut di telinga.

"Oh, em oke." Jeya melanjutkan makannya, mencoba abai dengan tatapan lembut Haekal yang menatapnya berbeda.

Setelah selesai makan mereka kembali melanjutkan perjalanan. Jika sebelumnya di mobil belakang Jeya sesekali mengajak Haekal bicara, kali ini suasana sunyi. Hanya lagu dengan volume pelan dari radio yang mengisi keheningan mobil. Jeya sudah tertidur sejak setengah jam yang lalu.

Haekal menoleh ke samping, melihat betapa damainya tidur Jeya walau harus tertidur dengan posisi setengah duduk.

Merasa posisinya terlihat kurang nyaman, tepat di lampu merah, Haekal melepas seatbeltnya lalu mencodongkan tubuh ke arah Jeya. Ia dorong kursi Jeya agar lebih rendah dan tidur Jeya jadi lebih nyaman.

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahWhere stories live. Discover now