🍃 17 - Kesepakatan

210 51 6
                                    

17 - Kesepakatan

 
 

Hari ini Feli tak bisa fokus kerja. Pikirannya berkecamuk memikirkan satu orang dengan dua nama berbeda di kepala. Dirga Ardanta.

Bagaimana bisa ia tidak menyadari siapa Ardan sebenarnya?! Ia pernah dikenalkan pada keluarganya di acara pernikahan Arkha, harusnya Feli sadar kalau Arkha adalah CEO Derrens Group di mana Dirga juga pernah dirumorkan bahwa ia adalah salah satu cucu pemilik Derrens Group.

Feli terlalu fokus pada Dirga hingga tidak memperhatikan apapun tentang Ardan.

"Kalau udah kaya gini gue harus gimana? Gimana caranya gue bilang ke papi kalau Dirga ternyata adalah Ardan?!" Ia mengepalkan tangan ke udara. Ingin menjambak rambut tapi masih jam kerja, ia malas harus kembali menata rambutnya. Akhirnya kepalan tangan itu hanya bisa meninju udara.

Feli menatap pantulan wajahnya di cermin toilet dengan tatapan nelangsa. "Masa gue harus bilang ke papi kalau gue sama Dirga udah putus?"

Pintu toilet terbuka, karyawan lain masuk ke salah satu bilik toilet membuat Feli menghentikan racauan kesalnya dan pura-pura memperbaiki riasan bibirnya.

"Fel, dipanggil bu Irene."

"Hah?" Feli menyahut kaget. Ia baru saja memikirkan untuk mengakhiri sandiwaranya mendekati Ellen, tapi sekarang malah kembali dipanggil ke ruangan si pemilik salon.

Dengan perasaan bingung, Feli segera menuju ruangan Irene di lantai tiga. Seingatnya, Feli tidak melakukan kesalahan apapun hari ini meskipun ia kurang konsentrasi. Ellen juga masih jadwal sekolah, pasti belum pulang, lalu untuk urusan apa Irene memanggilnya?

Sedikit degdegan, Feli angkat tangannya perlahan lalu mengentuk pintu kayu di depannya.

"Masuk!"

Ia putar knop pintu lalu mendorongnya pelan.

"Selamat siang, ibu memanggil saya?"

Irene yang sedang fokus pada tab di pangkuannya, menoleh seketika.

"Oh, Feli. Sini duduk dulu, Fel."

Sedikit sungkan, Feli duduk di sofa tak jauh dari Irene. Biasanya ia hanya akan bertemu Irene jika sedang bersama Ellen, itu pun di ruangan gadis kecil itu.

"Itu, Fel, saya mau minta tolong sama kamu buat jemput El di sekolahnya. Mbaknya yang biasa jemput lagi gak enak badan dan saya bakal sibuk di sini."

Ah, Feli pikir ada apa.

"Saya tahu ini bukan jobdesk kamu selama kerja di sini, karena itu saya bakal kasih kamu bonus untuk itu."

"Enggak, Bu. Gak papa, saya gak keberatan sama sekali buat jemput El di sekolah."

Irene tersenyum lega. "Bagus kalau gitu, saya udah bingung mau nyuruh siapa lagi soalnya selain sama Yeri, El cuman deket sama kamu di sini."

Diam-diam ada rasa senang di hati Feli saat mengetahui fakta tersebut. Ternyata ia cukup menyenangkan hingga bisa membuat si kecil Ellen nyaman bersamanya.

"Kamu tenang aja, jemputnya juga gak sendirian, nanti saya suruh supir buat anterin kamu."

Siapa sangka supir yang Irene maksud adalah sosok pemuda menyebalkan yang dari kemarin terus-terusan mengganggu pikiran Feli.

"Duduk di depan gue bukan supir lo!"

Feli harap ia tidak lagi terlibat percakapan panjang dengan Ardan, karena itu ia memilih kursi belakang sebagai tempat duduknya. Sialnya itu malah jadi bahan perdebatan dirinya dengan Ardan.

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahWhere stories live. Discover now