🍃 20 - Luka

251 57 16
                                    

20 - Luka
 
  *****
Baca part ini Jangan dulu baca "Because We Are Derren" Nanti gak dapet feel koko Renjun sama Ekalnya ekwkwk

****
  
 


Feli menatap penampilan bernyanyi Ellen dan teman-teman kelasnya dengan takjub, suara gadis itu terdengar merdu menyanyikan lagu anak-anak.

Sementara di tempat lain, baris paling depan, Ardan tengah merekam penampilan tersebut.

Selain dibuat takjub oleh Ellen, Feli juga dibuat takjub oleh pemuda itu. Ardan terlihat akrab dengan para guru di sekolah ini, ia bahkan tak segan merekam dari depan panggung bersama beberapa kameramen yang disewa pihak sekolah untuk mengabadikan momen.

Kalau harus disimpulkan, sepertinya Ardan memang type orang yang easy going, sosial butterfly dan punya banyak kenalan di banyak tempat. Koneksinya tak main-main.

Saat lagu sudah hampir selesai, seseorang menempati kursi kosong di sampingnya. Feli menoleh dan mendapati Irene yang sudah sibuk merekam penampilan Ellen di panggung.

"Baru sampai, Bu?" tanya Feli basa-basi.

"Ah, iya, Fel. Ardan di depan ya?"

"Iya. Ibu sendiri?"

"Sama papanya El, tapi di belakang soalnya kursinya kan cuman buat dua orang."

Feli manggut-manggut. Barisan depan memang khusus untuk para orangtua, sedangkan keluarga yang lain bisa duduk di kursi di baris belakang.

"Kalau gitu saya ke belakang aja, Bu. Biar pak Suho bisa duduk di sini."

"Gak usah, Fel gak papa. Kamu yang datang duluan masa malah pindah?"

"Gak papa, Bu. Biar kalau nanti El ke panggung lagi dia bisa lihat orangtuanya dari panggung. Kebetulan saya juga mau ke toilet. Ibu hubungi aja pak Suho biar ke sini."

Irene tersenyum penuh haru mendengar ucapan Feli. "Makasih ya, Fel. Kamu baik banget sama kami."

Feli hanya mengangguk dengan senyuman tipis di bibir.

Setelah penampilan El selesai, ia segera beranjak. Feli tak bohong, kantung kemihnya memang sudah penuh karena minum susu dan kopi tadi pagi.

Toilet sepi karena semua orang memang berada di aula. Feli memperbaiki tatanan rambutnya dan kembali memoles lipstik di bibir. Ia tersenyum melihat wajahnya yang terlihat semakin cantik dengan riasan.

"Cantik banget gue," pujinya pada diri sendiri. Ia terkekeh pelan sebelum keluar dari toilet dan dibuat terkejut karena keberadaan seseorang.

"Astaga! Lo ngapain di sini?!" Feli memekik kaget. Untung tak ada orang lain di depan toilet.

"Abis dari toilet." Ardan menjawab ringan.

Feli hanya mendengus kesal. Ia sudah dibuat kaget tapi tak bisa protes karena pintu masuk toilet pria dan wanita memang bersebelahan.

"Mau ke mana?" tanya Ardan saat Feli beranjak.

"Balik ke aula lah, emang ke mana lagi?"

"Ikut gue bentar, ada yang mau gue obrolin." Lalu Ardan berjalan lebih dulu, seperti biasa.

Keduanya duduk di taman samping sekolah. Pohon mangga yang rindang membuat cuaca siang ini tidak begitu terik dirasa. Angin sepoi-sepoi membelai lembut kulit mengantarkan rasa sejuk yang menyenangkan.

Keduanya duduk berhadapan. Feli yang sibuk melirik kiri kanan memperhatikan taman sekolah yang sangat asri dengan berbagai bunga cantik terawat di dalamnya.

WGM 3 - (Bukan) Pura-pura MenikahWhere stories live. Discover now