21. SEKUAT HATI BAJA

235 14 0
                                    

Di Parkiran Terminal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Di Parkiran Terminal

Terbangun di suasana ramai terminal di kabupaten ini. aktifitas mencari nafkah sudah dimulai dimana para pedagang dan pengamen juga para pekerja terminal, mulai semakin ramai walau hanya beberapa bis disini.

"Ngantemi wong yo butuh tenaga"
***("Memukuli orang ya butuh tenaga")kata anto

"Iyo tapi kan lek jon, intan, pak uztadz"
***("iya tapi kan lek jon, intan, pak uztadz")ujar ku

"Sarapan dulu mas"ujar rahman

"Kudune kowe sing diantemi, ben kowe sadar"
***("Harusnya kamu yg dipukuli, biar kamu sadar")ujar anto

"Iya mas sarapan dulu mas"ujar rahman

Mereka semua sadar tentang cerita mimpi ku yg sudah aku ceritakan bahwa ini bukan urusan kecil dan sarapan itu penting.


Kembali ke Desa

Kami kembali ke desa tersebut tak lama setelah sarapan, mobil kami melaju ditengah dingin nya suasana pagi hari.

Kilauan mentari membuat hati kami hangat, sinar yg merasuk didalam dada masih terasa hingga masuk kedalam desa.

Tak ada satu tujuan lain hanya menuju ke rumah lurah yg berada di desa tersebut.


Tiba Di Rumah Lurah

Tiba di rumah lurah, memarkir mobil dipelataran rumah lurah, tak nampak ada tanda orang yg mendiami rumah tersebut, rumah tampak sepi.

Aku dan anto turun mengecek kondisi rumah. Sejujurnya saat itu kita berdua lebih mirip kearah maling.

Mencoba membuka pintu depan. Mencoba membuka pintu samping dan jendela. Namun tak ada balasan dari dalam rumah. Pertanda memang rumah ini kosong tak ada orang. Mungkin kah si lurah sedang pergi.

Pagi itu rumah lurah tampak sepi. hingga kami memutuskan ke kelurahan, tuk menanyakan dimana lurah tersebut berada.

Tiba di kelurahan kami menanyakan lurah tersebut belum datang. Kami pun pergi dari kelurahan menuju sungai tuk bersantai melihat sawah. Dengan menunggu yg cukup lama dan membosankan. Rahman menyarankan tuk mencari di desa ini sambil menjelajah.

Sembari menuju kelurahan saat siang lagi. kami memutari desa menjelajahi bagian desa, hingga siang hari tiba di kelurahan kembali menanyakan namun jawaban dari pegawai tetap sama. Dari pagi hingga siang ini lurah tidak ada di kelurahan.

Kami mencoba kembali ke rumah lurah tersebut.


Siang Di Rumah Lurah

Semua orang tampak ramai. beberapa warga berkerumun. tak ada satupun yg memasang wajah bahagia. Mereka nampak berduka.

Mobil kami pelankan saat masuk kedalam pelataran. Sebuah hal besar. Kejadian yg tak mungkin pernah rahman lupakan.

"Ada apa?"tanya rahman kesalah satu warga disana, sembari menuju keramaian.

"Pak Uztadz meninggal"jawab warga tersebut.

"Lurah e endi"
"Aku arep ngomong"
***("Lurah nya dimana")
***("Aku mau bicara")ujar rahman.

Rahman menghilang dari pandangan ku. menghilang ditengah keramaian, hingga tiba terlihat di teras depan rumah lurah tersebut.

"Rahman"teriak anto

"Sebentar to"ujar ku

Brakkkk(Pintu rumah lurah dibuka dengan lebar dari dalam)

"Oh wani kowe rene"
"Bapak mu wes tak gawe mati"
"Tak gawe tumbal"
***("Oh berani kamu kesini")
***("Bapak mu sudah ku buat mati")
***("Aku jadikan dia tumbal")ujar lurah

"Intan dan Lek jon?"tanya rahman

"Aku sudah tidak butuh mereka"ujar lurah

Mereka mengeluarkan lek jon dan intan keluar dari rumah dalam keadaan tertidur, dari ruang tamu lurah menuju ke pelataran, terlihat mereka baik-baik saja.

Namun intan dan lek jon terlihat tertidur lelap. Berharap keduanya baik-baik saja di teras.

"Aku mau tanya"
"Pesugihan mana yg kamu jalani"ujar anto

"Pesugihan Bambu Besar sungai"ujar lurah

"Ternyata pesugihan tak menjamin keselamatan mu , bahkan setelah kamu tiada , kamu akan menjadi budak dari makhluk gaib tersebut , nyawa mu pun tak lama"ujar rahman

Lurah tersebut terpaku terdiam setelah mendengar perkataan rahman, tak lama setelah rahman berjalan menuju pelataran rumah, lurah itu berlari menghampirinya.

"Maafkan aku, aku tak tahu jika aku akan ikut mati, aku hanya mengorbankan orang yg disuruh oleh makhluk gaib itu, bahkan ia menjanjikan ku uang yg banyak, aku bisa mengganti nyawa bapak mu dengan uang"ujar lurah sembari menawarkan uang nya

"Urusan mu dengan ku. sudah tak ku buat panjang. urusan sesama manusia yg tak ada habis nya. urus saja sekarang dengan tuhan mu. juga ada sesuatu yg mencarimu."ujar rahman

"Siapa yg mencariku?"tanya lurah

"GENDERUWO"jawab rahman

Suasana hari itu pun semakin merinding dibuatnya. hawa dingin disaat matahari berada pada puncak nya, hawa yg membuat orang terasa tak enak badan

Kegelapan menyelimuti desa itu, mendung bersamaan dengan angin kencang yg membuat pertanda akan datang hujan badai.

Keburukan dan kejahatan semakin terasa. menyelimuti perasaan ku melihat kejadian rahman dan lurah tadi.

Apa karena hari ini akan hujan. tetapi mengapa terasa sangat merinding dan mematikan.

Wuuushhhhhh

Wushhhhhhhh

Berhembus semakin kencang daun yg terbawa angin beserta bau-bau an tanah yg terkena air, gerimis mulai melanda terlihat dari sawah seberang. butiran air jatuh menghiasi hijau nya lahan pertanian di desa ini terlihat basah.

Zraaaszzh

Shashhhhh

Zzssshshhh

Hujan pun datang saat itu, para warga berhamburan entah kemana, pergi menjauh kesana kemari sebab hujan yg semakin deras.

Lebat curah air yg datang dari hujan ini , angin kencang yg datang membuat intensitas angin terasa dingin berhembus dari segala arah.

Lurah tadi masih berlutut di dekat rahman, membuat dari kami disini tersisa beberapa orang aku bertiga dengan rahman dan anto,
Sementara lurah dengan bawahan nya, yg biasa disebut orang berbaju hitam.






Bersambung.....

DESO JAGAL

(TS1) TUMBAL PESUGIHAN : DESO JAGAL [Complete]Where stories live. Discover now