23. BAMBU RIMBUN KELAM

229 14 0
                                    

Kepalaku pusing sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Kepalaku pusing sekali. Dalam kesadaran ku kini aku merasa bahwa aku sedang berada dirumah pak uztadz.

Suara-suara orang terdengar, bergumam tak tau membicarakan tentang apa.

Suara ramai. Dari orang yg kukenal suaranya.


"Aku adalah joko hadikaryokusumo"

"Semua hal yg kamu ketahui tentang ku dan nyai sandra, bukan hal yg harus dicari tau"

"Kami berdua meninggal karena sakit, aku berjanji kepada nyai sandra, dikarenakan aku memang tak ingin menjadi suami nya. Namun untuk sebagai penjaga nya. Seorang yg melindunginya dari segala keburukan."

""Disini tetap dalam hal tumbal , jadi iblis darah memberikan korban yg ia dapatkan kepada kegaiban pohon bambu rimbun yg menyediakan kekayaan pada siapa pun yg berkorban disana , namun lewat perantara iblis darah , sebab kegaiban yg dilewati sangat dalam dan berbeda alam. manusia kesulitan tuk mencapai menuju nya"

"Sehingga manusia berperantara iblis darah tuk menyampaikan korban tumbal, entah yg membunuh korban manusia itu sendiri atau korban dalam bentuk hewan"

"Di desa ini dua kehaiban sangat bertentangan antara kegaiban pohon beringin dengan kegaiban pohon bambu rimbun."

"Salah satu cara mengakhiri semua ini. Membinasakan nya. Tentu saja iblis darah yg lebih parah dalam hal membunuh. Ia mengincar semua orang didesa ini. Sementara kegaiban pohon beringin hanya ingin tinggal dipohon beringin tanpa diusik ataupun ditebang pohon yg berumur ratusan tahun itu"

"Bambu rimbun belakang sungai, tertanamkan Bendo ku yg ku ikat dengan sarung yg biasa aku pakai sholat."

"Bakar Pohon bambu yg aku tancapkan bendo,
Carilah bendo tersebut. Bawa bendo dan sarung nya pergi menjauh."

"Ingat satuhal"

"Bakar pohon bambu nya"

"Bakar jadi abu"

Aku merasa terbangun dari tidur ku. Namun selayaknya ini adalah mimpi yg nyata.

Aku melihat semua orang baik-baik saja. Ada lek jon dan intan terduduk dan tersenyum melihatku terbangun dari tidur panjang.

Anto pun merasa senang dan memeluk ku. Aku merasa ada yg aneh. Rahman pun senang.

Teringat pesan joko sakti tadi. Aku harus segera melaksanakan tugas ku.

Hari terlihat siang. Terang benderang menyinari panas layaknya siang pada umumnya. Perasaan ku mengambang.

Haruskan. Haruskah. Kubakar pohon tersebut. Secara terang benderang. Pun membulatkan tekatku berlari menuju rerimbunan semak beluka rumput panjang dan dahan pohon yg memegangi ku mengganggu perjalananku

Menembus belakang hutan menuju sungai yg berderet beberapa pohon bambu rimbun

Tak mengenali satu sama lain. Tak mengetahui satu pun mana pohon bambu yg asli. Yg menjadi tempat tinggal juga seperti yg joko sakti sebelumnya bercerita kepadaku.

Aku pun berlari kesana menuju ujung dari pohon bambu disepanjang sungai.

Berlari dan terus berlari.

Berlari tanpa henti tanpa lelah.

Membuat raga ku semakin melayang terpisah dari jiwa dan kesadaran pikiranku.

Semua pohon bambu yg kulihat disini tampak sama. Tampak tak berbeda dengan yg lain
Berdiri ku disini merasakan hawa hebat menghembus dadaku. Menusuk kedalam dada, membuat ku terasa sangat dingin dan membeku tak karuan. Hawa suasana dingin.

Kembali mengingatkan ku tentang ketakutan akan kematian. Hawa yg mencekam menyelimuti kegelapan hal kegaiban.


Jrasss jrasss crakkkcrakkkk



Menyalakan korek tuk membakar obor yg kubawa. Tak bisa kulakukan semudah itu.


Wuuuushhhhhhhh



Aku pun berlari menjauh dari angin yg membawa hawa dingin. Suasana siang ini tak terasa menjadi gelap. Langit mendung pun membendung cahaya matahari tuk masuk kedalam nya. Tak mampu menembus.

Kegelapan yg hadir disiang hari ini membuat ku berkeringat ditengah-tengah hawa dingin yg makin merobek-robek pertahanan oleh baju ku. Seakan tak mampu membuat ku hangat.


Zzzzraaaaaashhh



Air yg menetes dari atas pohon. Mengalir semakin deras curah airnya. Hujan menyebar.
Bagaimana cara ku tuk menyalakan api. Akankah semua ini hanya rasa takutku. Aku mencoba mencubit diriku, memukul hingga melukai lengan ku. Benar saja.

Aku tak sedikitpun merasakan sakit. Ini semua hanya mimpi. Bagaimana mungkin rasa takut ku akan kegaiban yg mencoba mengagalkan niat ku tuk membakar pohon bambu.

Pohom bambu berderit-berdecit menimbulkan suara yg bersautan antara pohon satu dan lainnya. Semua pohon disini sama. Lantas dimana sarung dan bendo joko sakti.

Aku pun berbalik kebelakang. Tepat dibelakang tempat ku berdiri, ternyata aku memahami satu hal...






Bersambung.....

DESO JAGAL

(TS1) TUMBAL PESUGIHAN : DESO JAGAL [Complete]Where stories live. Discover now