Oh! BAD! -8

11.8K 806 2
                                    

Hari Senin yang sibuk telah tiba, waktu di mana rencana akan dimulai.

Seiring dengan bergema-nya bel pertanda upacara bendera akan segera dimulai, langkah hati-hati para anggota OSIS terlihat sangat natural.

Devan memasangkan almamater kebanggaan-nya. Tertulis lambang MPK juga nama beserta jabatannya di sana.

Devanand Narendra,
Ketua Umum MPK.

Ketum MPK, posisi paling tinggi di sekolah yang dimiliki oleh siswa. Dan Devan adalah siswa tersebut.

Bersama Zaki, ia berjalan ke arah lapangan karena upacara bendera sebentar lagi akan dimulai. Devan menatap Sammy yang dari kejauhan tampak berbicara dengan anggota OSIS yang lain, mata gadis blesteran itu tak sengaja melihat Devan lalu tersenyum mengacungkan jempolnya pertanda kondisi sangat kondusif.

Devan tersenyum tipis, rencana baru saja dimulai.

"Van, Lo yakin mau ikut sama anak Keamanan ke ruang CCTV?"

Devan menoleh pada Zaki yang baru saja bertanya, ia mengangguk. "Gue akan bantuin mereka, karena gue juga mau ikut andil dalam hal ini, gue gak mau orang lain nyakitin cewek gue."

Zaki mengangguk lalu menepuk bahu Devan. "Gue tau Lo pintar, dari pengamatan gue, kita harus bisa viralin hal ini sebelum tujuh belasan."

Devan mengangguk. "Gue yakin semuanya akan mudah kalo kita mau bekerja sama."

"Yaudah, gue ke barisan dulu. Good luck, gue bakalan ngabarin kalo-kalo upacaranya udah selesai."

Devan dan Zaki berpisah arah. Zaki pergi ke arah barisan MPK-OSIS, ia akan menyiapkan alasan yang meyakinkan kalau nanti ia ditanya oleh pembina OSIS tentang tidak terlihatnya Ketua Umum MPK di barisan.

Devan berjalan ke arah Sammy.

"Ada masalah?"

Sammy mengangguk. "Guru PL kayaknya bakal patroli, ini jalan buntu."

Devan terdiam, ia berusaha keras memikirkan rencana dadakan ini. Ketika otak cerdasnya merespon, ia tersenyum spontan.

"Lanjut aja, bilang sama anggota Lo kalau ada yang ketemu sama guru PL, bilang kita lagi razia dadakan. Gue akan konfirmasi ini sama Dara, hari ini jangan sampai rencana kita gagal," ucapnya yang diangguki oleh Sammy.

Setelahnya Sammy segera bergerak, memberitahu anggotanya tentang rencana baru tersebut. Sedangkan Devan segera menghubungi Dara mengatakan rencana baru mereka tersebut. Setelah selesai, Devan segera menyusul Sammy dan anggota yang lain ke ruang CCTV.

Dari telinga Devan, ia yakin upacara telah dimulai. Terbukti dengan suara khas protokol upacara yang mengatakan upacara dimulai.

Langkah Devan sangat natural, ia tidak terburu-buru dan memang seperti seorang Ketum MPK yang akan melakukan sebuah razia. Alisnya sedikit naik ketika melihat dua orang guru PL tengah mengobrol di depan kelas sebelas.

Devan menyapa dua guru itu dengan ramah.

"Ngapain Devan?" tanya salah satunya.

"Ini pak, MPK-OSIS lagi ngadain razia dadakan," jawab Devan yang membuat keduanya mengangguk.

Devan pun ijin pamit, senyum licik mengembang di bibirnya. Para mahasiswa itu tidak akan mengetahui kenyataan bahwa tidak ada anggota MPK yang ikut dalam kegiatan OSIS, terlebih lagi razia.

Devan sampai di ruang CCTV, ada seorang anggota OSIS yang tengah berjaga di luar, ia tersenyum kepada pemuda itu sebelum masuk ke dalam sana. Ada tiga orang dengan almamater merah juga dua orang dengan almamater dongker yang sepertinya tengah menunggunya.

Devan memberikan flashdisk kepada Chandra yang tengah duduk di depan layar komputer, pemuda itu menerimanya dengan senang hati. Tangannya tampak ahli dalam mengotak-atik benda itu. Setelah rekamannya didapat, keenam orang di sana tampak terdiam ketika melihat tangan sang kepala sekolah dengan mudahnya melayang ke pipi Arily.

Seketika tangan Devan terkepal, amarah menguasai dirinya.

Chandra menghela napasnya melihat itu. "Tenangin diri Lo Van, sebentar lagi keadilan akan ditegakkan."

Devan mengangguk lalu menepuk bahu Chandra. Ia kembali fokus pada Chandra yang tengah mentransfer file. Senyuman mereka mengembang ketika file berhasil terkirim.

"Jangan senang dulu, semuanya belum selesai," ucap Chandra yang diangguki oleh Devan.

Ketika mereka bersiap akan keluar, seseorang masuk ke sana dan memergoki mereka berenam. Semuanya terdiam seketika, tidak menyangka akan ada guru yang masuk ke sini. Di mana siswa yang mengawasi di depan pintu tadi?

Dan yang lebih sialnya lagi, guru yang masuk ke dalam ruang CCTV adalah Pak Ali, target utama mereka.

"Kalian semua ngapain?" tanyanya curiga.

Siapa yang tidak curiga disaat semua orang tengah sibuk dengan upacara bendera, sekelompok MPK-OSIS berada di ruang CCTV. Ada keperluan apa mereka di sana?

"Devan, saya dengar MPK-OSIS ngadain razia dadakan, terus kenapa kalian semua di sini?" tanya guru itu lagi.

Napas Devan tercekat, ia menghela napas berat, ingin menjawab pertanyaan Pak Ali sebelum ponselnya berdering, tertera nama Zaki di sana, seketika ide muncul di kepalanya.

"Halo pak?"

[Kok Pak? Ini gue Zaki. Van, Lo harus cepat pergi dari sana, upacara mau selesai.]

"Oh mengenai rekaman CCTV siswa yang mencuri itu ya Pak? Saya udah dapet Pak, akan segera saya kirim."

[Lo kenapa sih Van— oh astaga, Lo ketahuan?!]

"Iya pak, saya akan segera ke sana."

Devan segera menutup ponselnya dan menatap ke arah Pak Ali.

"Pak, saya benar-benar minta maaf kalo kami lancang. Tapi kami benar-benar harus segera pergi, kami udah dipanggil," ucap Devan. Ia melirik kelima orang di sana mengkode agar segera pergi dari sana.

Keenam orang itu mengucap permohonan maaf sebelum benar-benar pergi dari ruangan CCTV dengan suasana hati yang mendebarkan.

"Mana sih Deto? Kok dia ngilang?" kesal salah seorang anggota OSIS di sana.

Devan menghela napas lelah. "Jangan di sini ngomongnya, ayo balik, yang lain udah pada ngumpul."

Mereka akhirnya meninggalkan ruangan itu, benar-benar suasana yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mereka semua memasuki ruangan OSIS yang ternyata telah banyak anggota yang berkumpul di sana.

Zaki segera mendekati Devan. "Siapa yang mergokin kalian?"

Devan berdecak. "Pak Ali."

Semua orang tertegun. Gabriel berjalan ke arah Devan. "Terus gimana?"

"Ya gimana? Untung banget Zaki nelfon gue, kalo gak mungkin kita semua udah tamat," ujar Devan.

Devan duduk, Zaki memberinya sebotol air yang diteguknya hingga tandas.

"Oh ya Dar, gimana tentang razia?"

"Lo tenang aja, gue udah arahin OSIS Bela Negara buat ngelakuin razia dadakan." Dara menunjuk barang-barang yang berada di atas meja besar itu. "Semua aksesoris sudah terkumpul."

Devan mengangguk, ia lantas berdiri. "Thanks semuanya atas kerja sama kalian semua, ini belum berakhir. Masih ada saksi dan korban yang akan kita kumpulin. Sampai semua ini selesai, gue mohon kerja sama dan kekompakan kita semua."

Seluruh MPK-OSIS itu tersenyum dan mengangguk. Hal-hal seperti ini adalah kesukaan mereka, penuh dengan tantangan dan resiko.

★★★

Revisi, 5 Februari 2023.
With, Habits (Stay High) by Tove Lo

Oh! BAD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang