Oh! BAD! -22

7.3K 574 5
                                    

"Lo mau apalagi dari gue, Arily?!"

Siswi itu menatap kesal kekasih dari Ketua Umum MPK Manuska yang tiba-tiba menghadangnya itu.

Arily terkekeh mendengar ucapan dari siswi itu yang benar-benar tidak bersahabat sampai di telinganya. Arily menatapnya dengan angkuh, sama persis seperti Arily yang dikenal semua orang.

"Gue cuma mau ngingetin, kalo video Lo masih gue simpan, Kak Kinar," jawab Arily sembari tersenyum manis kepada siswi yang tak lain adalah Kinar itu.

Kinar sontak saja menggeram kesal. Ancaman itu lagi! Video perselingkuhannya. Sebenarnya itu hanya sebuah video berpelukan, tapi wajah Kinar sangat jelas tersorot di sana, jelas ia takut jika orang tuanya mengetahui video tersebut.

"Mau Lo sebenarnya apa sih Arily? Jangan mentang-mentang Lo pacarnya Devan Lo bisa seenaknya gini ya sama gue! Lo mau uang? Gue kasih!" teriaknya.

Arily terkekeh lalu menggeleng. "Gue gak butuh uang Lo, pacar gue bahkan bisa beli harga diri Lo."

"Lo benar-benar mau nyari masalah sama gue keknya Arily, Lo mau berantem?!" Kinar benar-benar tersulut oleh kekasih dari Devan itu.

"Nih ya, Lo pikir gue takut sama pacar Lo yang babu guru itu? Gak!"

Arily benar-benar tertawa mendengar kakak kelasnya ini berbicara.

"Ya wajar sih Lo gak takut sama Kak Devan, gue aja yang pacaran sama dia hampir empat tahun gak ada takut-takutnya sama dia. Tapi gue rasa Lo harus takut sama Joshua sih."

Mata Kinar benar-benar membola ketika Arily menyebut nama pemuda selingkuhannya dulu.

"Lo ngerencanain apa sama dia?" Kinar menunjuk-nunjuk Arily.

Arily menggeleng. "Gak ngerencanain apa-apa. Eh, belum sih. Tapi kayaknya kalo Lo gak mau nurut, katanya sih Joshua bakal cepuin Lo sama bokap Lo."

"MAU LO APA ARILY?!" Kinar benar-benar ingin menangis saja rasanya. Kenapa gadis bernama Arily ini benar-benar membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa.

Arily terkekeh, jelas sekali raut ketakutan di mata Kinar. Lalu ia mengangguk.

"Mudah aja. Cowok gue bilang kalo Kak Aldi gak bisa nerima tawaran Kepsek buat gabung lagi ke Klub Basket karena dia takut orang-orang bakalan nyerang dia lagi. Itu semua gara-gara Lo—"

"Kok gara-gara gue? Jelas-jelas dia nampar gue Arily! Lo gak bisa berpihak sama dia gitu aja!" kesal Kinar.

"Gue tau dia salah karena nampar Lo, tapi Lo juga salah di sini. Orang sebaik Kak Aldi, Bendahara OSIS, Kapten Basket, sesempurna itu, Lo selingkuhin sama Joshua yang begajulan itu? Dia cuma menang bad boy doang, kebanyakan baca Wattpad Lo?!"

Arily benar-benar tak habis pikir dengan gadis di depannya ini. Jelas kalau dibandingkan Aldi dengan Joshua, lebih baik Aldi dilihat dari sisi manapun. Sedangkan Joshua? Ia hanya anak motor, suka tawuran dan bahkan tidak punya masa depan sama sekali. Bagaimana Kinar bisa sebodoh itu? Bahkan jika sekarang Arily tidak sedang menjalin hubungan serius dengan Devan, mungkin Arily akan mendekati Aldi.

Kinar menghela napas kasarnya lalu menatap Arily tajam. "Terus sekarang Lo mau gue apa? Jangan bilang Lo mau gue bujuk Aldi supaya dia mau jadi Kapten Basket lagi?"

Arily tertawa lalu menjentikkan jarinya. "Lo pinter juga ternyata."

"Lo gila hah?! Gak! Gue gak mau ketemu Aldi," tolak Kinar.

"Oh, jadi Lo bersedia orang tua Lo tau gimana kelakuan—"

"OKE! Oke! Gue bakal bicara sama Aldi, puas Lo?!"

Arily kembali tertawa. "Nah gitu dong, thanks ya Kak Kinar."

Arily meninggalkan Kinar begitu saja, entah bagaimana wajah dari gadis itu sekarang, yang pasti ia sedang misuh-misuh karena Arily benar-benar berhasil membuatnya bertekuk lutut. Kalau bukan karena orang tuanya, ia sudah dari lama mengajak Arily untuk by one.

★★★

Arily berjalan mendekat pada Devan yang sepertinya tengah berbicara dengan Zaki juga Rendi di bundaran sekolah, tempat semua warga sekolah berkumpul. Biasanya tempat ini dijadikan sebagai tempat nongkrong atau hanya sekedar tempat untuk berkencan. Letaknya berada tepat di tengah-tengah sekolah.

Devan menangkap sosok sang kekasih yang berjalan ke arahnya dari kejauhan, ia menepuk bahu Zaki dan Rendi mengisyaratkan bahwa obrolan mereka berakhir sampai di sini. Keduanya kompak menoleh ke belakang dan mengangguk paham sebab kenapa obrolan mereka harus segera diakhiri.

"Jangan lupa ntar malem," ujar Rendi kepada Zaki dan Devan sebelum ia pergi.

"Kak Zaki mau jadi obat nyamuk di sini?" Tidak, bukannya Arily tidak sopan kepada senior, tapi memang mulutnya dari dulu sudah begitu.

Zaki menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Yaudah Van, gue ke perpus dulu."

Devan hanya mengangguk membiarkan Zaki mengikuti jejak Rendi. Pandangannya beralih pada Arily yang sepertinya tersenyum puas.

"Gimana?" tanyanya.

Arily tersenyum sekali lagi. "Setelah diancam sedemikian rupa, akhirnya dia mau juga bicara sama Kak Aldi.

Devan tersenyum lalu menepuk-nepuk kepala kekasihnya itu, sangat bersyukur pastinya mempunyai Arily di sampingnya.

"DEVAN!"

Keduanya menoleh, bukan, semua orang yang tengah berada di bundaran itu menoleh ke arah sumber suara. Memperlihatkan Sammy yang tengah berlari ke arahnya seperti dikejar hantu.

Devan dan Arily menghampiri gadis blesteran itu.

"Kenapa Sam?"

"Hah! Itu! Aduh gue ngos-ngosan, air dong air." Sammy bahkan tidak bisa merangkai kata-katanya.

"Oi Teguh, minta air Lo dong." Entah siapa itu yang dipanggil Arily, tapi pemuda yang tengah duduk bersama teman-temannya di bundaran itu bangkit dari duduknya dan memberikan air dalam kemasan gelas kepada Sammy.

Setelah menghabiskan air milik pemuda tadi yang telah kembali ke tempatnya, Sammy akhirnya bisa mengatur napasnya.

"Jadi kenapa—"

"GILA VAN! Devan astaga! Itu Si Dinda! Si Dinda, Van!"

"Ya Dinda kenapa?" Devan mengernyit ketika Sammy menyebut nama Sekretaris MPK itu.

"SI DINDA BERANTEM SAMA VINA!"

"HAH?!" Sekarang mulai terdengar bisik-bisik dari belakang, tepatnya dari arah bundaran. Suara gadis blesteran ini benar-benar sangat keras sampai membuat semua orang mendengar mereka.

"Kenapa bisa?" Jelas Devan bingung karena bagaimana bisa Adinda yang merupakan seorang Sekretaris MPK bisa bertengkar dengan Vina.

Oh, ada yang mengingat Vina? Dia adalah juara umum Manuska dan menjadi lawan berat untuk Gabriel, posisi juara umum mereka berdua selalu naik turun ketika pembagian raport tiba. Vina juga salah satu OSIS yang ikut dalam mengurus pendaftaran anggota OSIS baru beberapa waktu yang lalu.

Dan sekarang, bagaimana bisa Adinda dan Vina? MPK dan OSIS? Devan memijit pelipisnya, kejadian beberapa tahun yang lalu terulang kembali. Dimana MPK dan OSIS bukanlah satu kesatuan, kedua organisasi itu telah terkenal tidak pernah akur sejak dahulu.

"Kenapa harus di masa jabatan gue sialan?!" umpat Devan.

★★★


Oh! BAD!Where stories live. Discover now