Oh! BAD! -30

6.9K 496 2
                                    

Devan menghela napasnya, memainkan botol minuman di tangannya ketika berada dalam suasana canggung.

Ia sekarang tengah duduk di bangku belakang ruang ganti dengan siswi yang tadi menyapanya.

"Udah lama gak ketemu, Van. Udah berapa lama ya?" tanya siswi dengan almamater kuning itu.

Devan terkekeh lalu menggeleng pelan. "Udah lama banget kayaknya."

Siswi itu mengangguk. "Kayaknya pas kelas tujuh deh."

Devan menggaruk tengkuknya. "Mungkin, gue gak ingat."

Siswi itu terkekeh. "Lo makin ganteng ya sekarang, Ketua Umum MPK Manuska?"

Devan terkekeh. "Dan Lo ...?"

"Oh gue Ketua OSIS Kebugaran Jasmani, SMA Garuda," ujarnya di akhir.

"Keren ya, bisa masuk OSIS sekarang. Dulu sampe nangis kalo gak salah karena gak lolos pencalonan anggota OSIS pas SMP," ujar Devan membuat gadis itu tertawa.

"Astaga itu masa lalu tau, lagian gue belajar dari kegagalan," kekeh gadis itu.

Devan tersenyum dan mengangguk, suasana kembali terasa canggung disaat keduanya tak lagi berbicara.

Gadis ini, dengan almamater kuning khas SMA Garuda ini sebenarnya ... ah gadis ini adalah mantan gebetan Devan ketika kelas tujuh. Hanya sebuah kisah cinta monyet yang sebenarnya tidak berharga dan tidak pantas dikenang.

Nama gadis ini adalah Cinta, dia adalah panutan Devan waktu itu karena kepintarannya yang mampu bersaing dengan Gabriel Si Juara Umum. Tapi ketika anak naik ke kelas delapan, Cinta memilih pindah sekolah. Pikiran orang-orang cerdas waktu memang di luar nalar, Cinta memilih pindah sekolah karena tidak bisa mengalahkan Gabriel yang selalu di atasnya.

Alih-alih bekerja lebih keras dalam mengalahkan lawannya, Cinta memilih menyerah, Gabriel benar-benar sepintar itu untuk dikalahkan. Dan di sanalah akhir dari cinta monyet Devan dan Cinta.

"Manuska keren banget ya, sekolahnya bersih, rapih, nyesel gue gak masuk ke sini dulu," ujar Cinta tiba-tiba.

Devan menoleh kepadanya. "Ntar pindah lagi gara-gara gak bisa ngalahin Gabriel."

Cinta tertawa. "Gila, tuh anak emang pinter banget, gue curiga reinkarnasinya Albert Einstein."

Devan hanya menghela napasnya menanggapi, melihat ke arah jam yang melingkar di tangannya.

Devan berdiri tiba-tiba membuat Cinta juga ikut berdiri. "Nta, kayaknya udah waktunya."

Cinta mengangguk kemudian keduanya beriringan berjalan ke lapangan basket indoor tempat diadakannya acara.

Melihat Ketua Umum MPK Manuska yang berjalan beriringan dengan seorang siswi ber-almamater kuning khas Garuda tentu menarik perhatian semua orang, apalagi mereka yang saling melempar tawa.

Ditambah teriakan 'cie' dari anak-anak Garuda membuat semua orang penasaran siapa gadis itu.

"Keknya dia lupa punya pacar pencemburu deh." Di ujung lapangan, Gabriel berbisik pada Zaki.

Zaki hanya menghela napas, menatap ke salah satu tribun di mana Arily duduk dengan mata tajamnya di sana, sepertinya gadis itu sudah salah paham duluan melihat cara ia menatap dua orang yang tengah berjalan beriringan itu.

Sedangkan di tempat Arily sendiri, gadis itu sudah meremas botol mineral yang tadi dipegangnya dengan erat.

"Itu Cinta, dulu waktu kelas tujuh mereka berdua emang akrab, kata orang sih pacaran."

Arily menoleh ke arah orang yang baru saja berbicara, di sampingnya Kinar tersenyum mengejek membuat Arily rasanya ingin melemparkan bubuk cabai pada gadis itu.

Tapi tunggu dulu, pacaran? Bukannya Devan mengaku kepadanya bahwa Arily adalah kekasih pertamanya? Dan kenapa ia harus percaya kepada Kinar ini?

"Gue gak percaya sama tukang selingkuh," ujar Arily membuat Kinar mendengus kesal.

"Gak percaya tanya aja sama si Sammy noh," ujar Kinar lalu segera beranjak dari sana.

Arily menatap Sammy yang tengah mengatur tempat duduk penonton agar tampak tertib. Menyadari ada yang menatap ke arahnya, Sammy menolah ke arah Arily, kekasih Devan itu memberikan isyarat agar Sammy menghampirinya.

Sammy berjalan mendekati gadis itu.

"Kalau bukan pacarnya Devan ya, gak bakal mau gue ikutin kata lo, mau apa?" Sammy tampaknya cukup kelelahan.

"Itu yang lagi ngobrol sama pacar gue emang bener mantan pacarnya?" tanya Arily membuat Sammy menoleh ke arah Devan.

Sammy membulatkan matanya ketika melihat siapa yang tengah tertawa bersama Devan itu, secara otomatis gadis blesteran itu mengangguk.

"Waktu kelas tujuh kalo gak salah, wah kayaknya bakal ada aroma-aroma cinta lama bersemi kembali nih," ujar Sammy yang hanya dibalas decakan oleh Arily.

Setelah mendengar aba-aba bahwa pertandingan akan segera dimulai, Sammy akhirnya kembali ke posisinya sebagai OSIS. Meninggalkan Arily yang tengah kesal itu.

Sedangkan dari arah lapangan, Cinta telah meninggalkan Devan untuk kembali ke tempat pemain Garuda. Dan secara kebetulan juga, tim pertama yang bertanding adalah Manuska dan Garuda.

Kedua tim mulai berbaris di lapangan, setelah salam ala-ala basket pada umumnya, pertandingan segera di mulai. Semua penonton bersorak, tim pemandu sorak di kedua sekolah pun tampak kompak dengan kostum indah mereka.

Manuska berhasil mencetak satu poin setelah Aldi dengan lincahnya memasukkan bola ke dalam ring. Seluruh Manuska bersorak, akhirnya sang kapten menunjukkan tahtanya.

Beberapa menit kemudian, lagi-lagi Manuska memperoleh satu poin akibat loncatan lihai dari Devan. Sorakan kembali terdengar, membuat tim Garuda berdecak kesal. Kembalinya Aldi ke tim basket adalah mimpi buruk bagi mereka, ditambah lagi dengan Devan yang telah terkenal dengan skillnya ketika masih SMP.

Salah satu dari Garuda merasa kesal, merebut bola dari salah seorang anggota Manuska yang tengah beraksi dan melemparnya ke arah timnya.

Sekarang keadaan berbalik, Garuda unggul. Tapi Tuan rumah tidak akan membiarkan itu terjadi, Devan dengan cepat merebut bola tersebut dan melemparnya ke arah salah satu anggota timnya.

Tapi lemparan tanpa aba-aba itu benar-benar berakhir tidak baik, pemuda itu tidak bisa menangkap lemparan yang diberikan oleh Devan dan bola itu melambung menuju ke luar lapangan dan menghantam kepala salah satu OSIS Garuda yang tampak berdiri di pinggir lapangan.

Semua orang terpekik, gadis itu terjatuh hingga pingsan akibat laju bola yang tak main-main. OSIS kesehatan segera membopongnya menuju UKS, Devan dapat melihat gadis itu adalah Cinta.

Guru pembimbing dari Garuda menuntut pertandingan dihentikan sementara dan meminta Devan agar bertanggung jawab.

Devan mengangguk, tanpa disuruh pun ia akan bertanggung jawab. Ketika mengejar rombongan OSIS kesehatan yang membawa Cinta tadi, Arily entah dari mana tiba-tiba saja mencegatnya.

"Gak, Lo lanjutin aja pertandingannya. Biar gue yang liat tuh cewek," ujar Arily yang membuat semua perhatian mengarah kepadanya sekarang.

Devan mengernyit. "Kok Lo sih? Kamu kenapa?"

Arily menggeleng. "Lanjutin aja pertandingannya, gue yang akan jagain tuh cewek."

Salah satu tim basket dari Garuda mendekat ke arah mereka.

"Gak bisa gitu dong, dia udah nyebapin anak orang pingsan, dia harus tanggung jawab!" ujarnya sedikit meninggikan suara.

Devan berdecak, mendorong pelan pemuda itu agar mundur. "Bro santai, dia cewek gue."

Pemuda itu berdecak. "Gue gak peduli dia cewek Lo atau bukan, yang gue tuntut sekarang Lo tanggung jawab sama anak Garuda!"

Devan mengangguk. "Gue akan tanggung jawab, tenang aja."

"GAK!" Arily kembali berbicara dengan suara yang lebih lantang.

Oh! BAD!Where stories live. Discover now