02. Evil in Black

7 0 0
                                    

Suara ledakan bom dan denting pedang beradu adalah hal yang menyambut Shinra begitu ia menapakkan kakinya di Asgard. Gerbang emas raksasa yang berdiri di atas awan tak jauh dari tempatnya berada terbuka lebar. Melihat dari banyaknya jasad dan darah yang tercecer, para penyusup sepertinya memang berencana untuk menyerang Asgard. Tapi kenapa? Dan bagaimana cara mereka sampai ke pintu pertahanan terakhir Asgard tanpa Shinra ketahui?

Tanpa menyuarakan kedatangannya, Shinra menerjang memasuki gerbang. Benar saja, tampak pasukan Djinn anak buah Heimdall tengah bertarung sengit dengan sepasukan kaum Dark Elf. Kaum Djinn yang memang memiliki kekuatan elementalis yang cukup hebat terlihat unggul, namun kaum Dark Elf yang dikenal akan teknologi dan strategi perang mereka tidak jauh tertinggal.

Shinra mengaum keras, mengalihkan perhatian semua yang ada di sana. Beberapa dari kaum Dark Elf tampak terkejut melihat sosok Shinra berdiri di mulut gerbang. Keterkejutan mereka tidak bertahan lama, karena begitu Shinra menutup mulutnya, sebuah panah menancap di bahu kiri sang naga. Beberapa Dark Elf pun menghunuskan pedang mereka, balik menyerang Shinra.

Sapuan cakar Shinra dengan mudah mereka hindari. Para petarung itu mengayun-ayunkan pedang mereka dengan begitu ahli, menggores sisik keras Shinra. Shinra menggeram. Ia menyapukan cakarnya, mengenai beberapa Dark Elf yang melolong kesakitan. Namun, masih banyak Dark Elf yang mengerumuni Shinra dan menciptakan goresan-goresan di sisik tebalnya.

Sabetan pedang salah seorang Dark Elf mengenai dadanya yang hanya dilindungi lapisan sisik tipis. Tetesan darah pun mengalir dari luka itu. Meskipun hanya terasa pedih, Shinra sudah muak meladeni mereka hanya secara fisik. Sebuah lingkaran sihir pun muncul di depan rahang Shinra yang terbuka lebar. Partikel-partikel aura magis hitam berkumpul di titik tengah lingkaran sihir, membentuk sebuah bola hitam yang memercikkan api.

Menarik napas dalam, Shinra menembakkan sihirnya.

Bola hitam itu melayang sesaat sebelum jatuh ke tengah area pertarungan. Gumpalan sihir yang terpadatkan itu memuai begitu menyentuh tanah, dan menciptakan ledakan besar yang membakar semua dalam radius redakan. Beberapa Djinn dan Dark Elf terpental jauh, menabrak dinding penyusun istana Asgard.

Kerumunan yang terbelah membuat Shinra bisa melihat jauh ke dalam Asgard. Di anak tangga pertama menuju istana para dewa, Heimdall tengah bertarung mati-matian dengan beberapa orang yang terlihat seperti pemimpin pasukan Dark Elf. Pria berjenggot itu berulang kali mengayunkan halberd-nya, menangkis serangan dari musuh-musuhnya. Senjata yang tampak seperti kapak bergagang panjang dengan ujung tombak pada bagian atas gagangnya itu menari-nari di tangan Heimdall.

Shinra mengembangkan sayapnya, tak peduli dengan puluhan anak panah yang menancap di tubuhnya. Ia meluncur ke tempat mentornya berada seraya menghembuskan kobaran api ke arah pertarungan di bawahnya. "Master!"

Panggilan Shinra sempat membuat Heimdall kehilangan konsentrasi. Kesempatan kecil itu dimanfaatkan oleh seorang Dark Elf berzirah besi untuk mencoba menusuk Heimdall. Lontaran kecil api dari mulut Shinra berhasil menghalaunya. Pendaratan sang naga raksasa membuat beberapa lawan duel Heimdall melangkah mundur.

Heimdall menancapkan senjatanya ke tanah. Meskipun kelelahan mewarnai wajahnya, pria itu menatap Shinra tajam. "Kau datang juga, bocah," ujarnya terengah. Shinra menundukkan kepalanya dalam. "Maafkan keterlambatanku, Master.."

"Kau tahu bukan itu kesalahanmu, tch!" Heimdall melompat mendekati Shinra tepat sesaat sebelum sebuah anak panah menembus kulitnya. "Bisa-bisanya kau membiarkan pasukan ini melewati Afer begitu saja, huh?"

Seusai berkata begitu, Heimdall meneriakkan seruan perang dan kembali terjun menghadapi para Dark Elf. Shinra bergerak mengikuti Heimdall, mengayunkan cakarnya dan sesekali melontarkan bola sihir ke arah pasukan lawan. Saat berhasil menyambangi Heimdall, Shinra angkat suara. "Maaf, Master! Tapi aku sama sekali tidak membukakan gerbang bagi pasukan ini! Bahkan, mereka sama sekali tidak datang ke Afer!"

Thus The Divine Dragon Shed Her ScalesWhere stories live. Discover now