20. Der Angriff

3 0 0
                                    


Shinra mengembangkan kedua sayap raksasanya. Melirik Liz yang mengacungkan ibu jari, sang dewi mengentakkan kaki kuat-kuat dan mengangkasa. Dari kejauhan, Shinra sudah bisa melihat pasukan Dark Elf yang dipimpin Loki. Tidak tampak Surt, Loki maupun Mara.

"Huh, persetan dengan mereka," geramnya pelan.

Sebuah lolongan panjang menggema keluar dari tenggorokan Shinra. Musuhnya terlihat terkejut atas kedatangannya, namun dengan segera mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Hujan panah dan bola api sihir mengejar gerakan terbang Shinra. Dengan mudah, ia berhasil menghindari itu semua.

"Hah! Amatiran!" Shinra memiringkan tubuhnya dan terbang meluncur. Cakar di ujung sayapnya merobek tanah, melemparkan bebatuan pada rombongan prajurit di bawahnya. Seruan marah yang dibarengi oleh suara batuk melebarkan seringai Shinra.

BOM!

"Aduh! Tch, aku terlalu cepat senang sepertinya," bola api yang meledak di punggungnya mengirimkan sinyal nyeri pada otak Shinra. Namun, serangan itu belum cukup untuk melukainya.

Dari balik kepulan debu, puluhan bola api sihir siap ditembakkan ke arahnya. Shinra berhenti terbang melaju, lalu mengepakkan sayapnya kuat-kuat ke arah hujan bola api dari musuhnya. Hempasan angin kencang dari kepakan sayap Shinra rupanya berhasil membuat serangan-serangan itu terbang kembali ke arah pembuatnya.

Pasukan Dark Elf itu kocar-kacir terkena sihir mereka sendiri.

"Sudah cukup main-mainnya, teman-teman," sebuah lingkaran sihir besar terbentuk di ujung moncong Shinra. Lingkaran itu berwarna merah membara dan berputar dengan sangat cepat. Cahaya merah turut tampak di bagian belakang mulut Shinra, semakin terang seiring dengan berjalannya waktu.

Saat lingkaran sihir itu berhenti berputar, Shinra memuntahkan kobaran api besar ke arah para musuhnya. Si jago merah yang mengamuk menjilat-jilat baju baja para ksatria kegelapan. Tanpa ampun, Shinra terus mengeluarkan sihirnya, menghanguskan semua yang ada di bawahnya. Shinra sudah tidak memedulikan hutan yang turut terbakar. Toh, kekuatan Yggdrasil akan menumbuhkan rimbun pepohonan tak lama setelah pertempuran ini berakhir.

Tepat saat Shinra menutup mulutnya, lontaran kilat menghantam sisi wajahnya. Naga itu menggeram, menoleh ke arah penyerangnya yang sudah ia tahu siapa.

"Halo, Drakey."

"Heh," Shinra menyeringai. "Halo juga, Valen."

Loki menurunkan tangannya yang berasap sehabis melontarkan serangan. Pria itu tampak sangat elegan hari ini, dengan jaket hitam setinggi leher dihiasi bulu-bulu putih. Celana lateks hitam memeluk erat kaki jenjangnya, dipadukan oleh boots hitam selutut. Jubah hitamnya berkibar lembut ditiup angin.

Di sisi kanan dan kiri Loki, Mara dan Surt berdiri tegap. Dilihat dari matanya, Mara tidak berada di bawah pengaruh Loki. Namun ia juga terlihat siap bertarung, sama dengan pria berapi botak yang nyaris meledak kala melihat sosok Shinra. Sepertinya Surt masih menyimpan dendam padanya.

"Jadi, kau memutuskan untuk mengenakan seragam hitam-hitam hari ini, eh?" tanya Shinra sarkatis. "Cocok sekali dengan hatimu."

"Hahaha, terima kasih banyak, Drakey," Loki menyisir rambutnya ke belakang. "Mari kita lihat apa kau masih bisa tersenyum seperti itu di penghujung hari ini."

Surt meraung setelah kata-kata Loki berakhir. Pria itu melompat dari lingkaran sihir yang menjaganya tetap di udara, jatuh ke tanah dan berubah menjadi sosok raksasanya. Shinra turut mendarat menghadapi Surt. Kali ini, Shinra berukuran lebih besar dari Surt, mencapai tinggi sekitar lima meter di atas puncak kepala Surt.

Tanpa membuang lebih banyak waktu, Surt menerjang. Shinra sudah siap dengan posisi bertahan saat merasakan mata kanannya dicakar. Meraung kesakitan, Shinra memegangi kelopak matanya yang berdarah. Beruntung cakaran itu tidak mengenai bola matanya. Akan tetapi, serangan itu membuat kuda-kudanya goyah sehingga Surt berhasil mendorongnya jatuh.

Thus The Divine Dragon Shed Her Scalesحيث تعيش القصص. اكتشف الآن