05. Beauty And The Dragoness

4 0 0
                                    


Peluit kereta berbunyi nyaring membangunkan Shinra dari lamunan. Stasiun Selvwyre tampak sepi, hanya berisi beberapa Elf pekerja. Shinra berjalan dalam diam menyusuri peron menuju pintu keluar. Keadaan masih sama lengangnya dengan bagian dalam stasiun. Selvwyre adalah kota pertanian kecil, sehingga stasiunnya pun hanya sebatas stasiun transit. Selain kereta barang yang rutin mengangkut hasil bumi, kereta penumpang yang berhenti di Selvwyre hanya ada satu.

Peluit tanda kereta berangkat terdengar saat Shinra mencapai halaman stasiun. Langit tampak memerah di kejauhan. Ia mengeratkan ikatan tasnya dan kembali melangkah. Kota masih tampak hidup meskipun senja mulai membayang. Barisan pertokoan di dekat stasiun ramai dikunjungi pembeli.

Shinra memutuskan untuk memasuki sebuah toko senjata. Seorang pria tua beruban duduk di balik konter, menyunggingkan senyum ramah saat melihatnya masuk. "Selamat datang di Firesmith! Apakah ada yang bisa kubantu?"

Bilah-bilah pedang yang memantulkan cahaya lampu minyak sedikit banyak menarik perhatian Shinra. Tapi ia tidak memasuki tempat ini untuk berbelanja. "Ah, permisi tuan. Saya pendatang di sini. Saya mencari seseorang bernama Elise Selene. Apakah tuan mengenali nama itu?"

Dahi sang pria tua berkerut mendengar ucapan Shinra. "Selene? Hmm.. kurasa aku pernah mendengar nama itu. Tunggu sebentar, biar kuingat-ingat."

Pria penjaga toko itu terdiam di kursinya, dahi terlipat seakan tengah berpikir keras. Sesekali ia mengetukkan jemarinya di meja. Setelah beberapa saat berlalu, Shinra mengalihkan pandangannya ke sekelilingnya. Berbagai macam senjata terpajang rapi di rak, beberapa bahkan digantung di langit-langit. Sebuah busur dipasang sedemikian rupa di dinding, lengkap dengan anak panahnya.

Senjata yang paling menarik perhatian Shinra adalah sebilah pedang yang diletakkan sendirian di lemari kaca berlapis beludru. Pedang yang berbentuk mirip celtic wolf sword dengan ukiran-ukiran unik dan pegangan yang tampak terbuat dari kayu pohon ulin. Sebuah batu mulia berwarna ungu tertanam di pangkal bilah pedang, membuatnya tampak elegan namun juga berbahaya.

"Kau tertarik dengan pedang itu?" suara berat sang pria penjaga toko mengejutkan Shinra.

Shinra tertawa gugup, ketahuan sedang sibuk melamunkan barang jualan si pria. "A-ah.. maafkan aku. Aku hanya merasa bahwa pedang itu indah sekali, tuan."

"Benarkah?" tanpa diduga, sang pria tua mengeluarkan pedang itu dari lemarinya. "Pedang ini adalah pedang warisan keluargaku, sejak dulu ketika perang antar dunia masih berkecamuk. Banyak yang bilang ini pedang legenda, karena tak juga rapuh meskipun dimakan waktu. Kalau kau mau, aku bisa memberikannya padamu."

Mata Shinra terbelalak mendengar ucapan si pria tua. "H-huh? Sungguh? Maksudku.. apa tidak apa-apa kau memberikannya padaku? Maksudku.. pedang ini pedang warisan dan aku-"

Kalimatnya terputus saat pria tua itu kembali angkat bicara. "Harganya 50 juta talons."

"Tidak terima kasih."

Shinra langsung berbalik mendengar harga yang ditawarkan si pria. Bahkan apabila dia bekerja banting tulang tanpa membelanjakan uangnya selama masa pengasingan di Alfheim, paling-paling hanya bisa membayar 1/10000 dari jumlah itu. Di Alfheim, bekerja dengan bayaran 100 talons sehari saja termasuk pekerjaan elit, karena biaya hidup di Alfheim yang sangat rendah. Hanya dengan membayar 10 talons sudah bisa membeli berbagai macam makanan pokok.

Shinra sudah akan membuka pintu keluar saat dirinya mengingat sesuatu. "Oh, iya. Hampir saja lupa. Maaf, tuan, tapi apakah anda sudah ingat ada orang bernama Elise Selene di kota ini?"

Pria tua itu mengangguk. "Tentu saja. Dia adalah seorang tabib di kota ini. Rumahnya ada di dekat hutan."

"Hmm... apakah anda tahu saya harus ke mana untuk mencapai rumahnya?"

Thus The Divine Dragon Shed Her ScalesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora