17. Travelers From Afar

3 0 0
                                    


"Hngg.. Nebby.."

"..."

"Nebby~.."

"..."

"Neb-chan!"

"Tidak bisakah kau diam barang semenit saja, Azozt?!"

Seorang pemuda berambut jingga gelap menyalak marah pada rekan seperjalannya. Gadis kecil berambut kelabu yang jadi sasaran kemarahannya itu mengerucutkan bibir. Ia menendang kerikil yang menghalangi jalannya lalu menatap pemuda di sampingnya lagi.

"Tapi aku bosaaaaannn..."

"Aku tidak peduli."

"Uph, kau memang jahat, Nebby~.."

Sang pemuda mendadak berhenti. Ia memutar tubuhnya, menatap ke arah si gadis yang bertubuh jauh lebih pendek darinya dengan tatapan mengintimidasi. Tangannya mencengkeram kerah leher rekannya dan menariknya mendekat.

"Sekali lagi kau memanggilku Nebby..-"

"Iyaaaaa iyaaaa... Yang Mulia Nebiros. Aku, Azoztemala sebagai pelayanmu yang setia meminta maaf. Sudah? Puas?"

"Jangan ulangi lagi."

Nebiros mendengus. Ia melepaskan cengkeramannya dari kerah pakaian Azozt dan melangkah pergi. Azozt mencibir, merapikan kerahnya lalu berlari mengejar Nebiros, berusaha mengimbangi langkah pemuda itu.

"Hei, Nebiros."

"Astaga, Azozt," Nebiros berhenti berjalan. Ia mengurut pelipisnya yang terasa berdenyut. "Untuk ukuran seorang Omega, kau itu ribut sekali. Sumpah."

"Untuk ukuran seorang Beta kau juga sangat menyebalkan," Azozt berkacak pinggang. "Aku hanya ingin bertanya! Kau itu yang terlalu tegang. Tidak bisakah kau menikmati hidup? Aku yakin kau tidak pernah mencium bunga-bunga yang mekar di taman. Ya, 'kan?"

"Azozt, kita berada di Helfheim. Semua bunga di sini beracun. Kau pikir ini Midgard, yang memiliki bebungaan dengan bau wangi semerbak?" Nebiros menghela napasnya. "Oke, tadi kau bilang mau bertanya. Apa?"

Jemari Azozt memainkan rambut ikalnya, berpikir. "Kenapa kita pergi ke Regnè capital? Untuk apa kita ke ibu kota dan menemui ratu, Nebiros?"

"Kau tidak tahu?" pertanyaan Nebiros dijawab oleh sebuah gelengan.

"Putri bungsu dari Ratu Helel menghilang. Sudah sekitar dua minggu. Karena itulah beliau menyebar sayembara, barang siapa bisa menemukan putri Nyx akan dijadikan bangsawan di Regnè," untuk yang pertama kalinya dalam perjalanan mereka, Nebiros tersenyum. "Kalau kita bisa menemukan putri Nyx, kita akan kaya, Azozt."

Azozt mengangkat sebelah alisnya melihat senyuman Nebiros. Ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan antusiasme. "Ooh, yah. Benar sekali. Menemukan putri Nyx. Seorang pemburu tidak jelas sepertimu yang menemukan jalan pulang saja tidak bisa? Pfft.. jangan bercanda."

"Kh, dengan sangat terpaksa aku harus menyetujui ucapanmu, tapi..-"

"T-Tuan.."

Perdebatan Nebiros dan Azozt terhenti saat sebuah suara parau memanggil. Nebiros menoleh, mendapati seorang anak kecil berambut ungu menatapnya. Tubuhnya terlihat sangat lemah, penuh dengan luka dan bersimbah darah. Nebiros berlutut, menyamakan tingginya dengan anak itu.

"Oh, ya ampun, nak. Kau terlihat sangat mengerikan," ujar Nebiros prihatin. "Kau mau ke mana? Ikutlah dengan kami. Kami akan merawatmu."

Anak itu menggeleng. Ia menarik lengan Nebiros sambil menunjuk ke arah hutan. Jalan setapak yang tengah mereka lewati memang dikelilingi oleh hutan lebat. "Tolong.. kami.. ugh.."

Thus The Divine Dragon Shed Her ScalesWhere stories live. Discover now