21. Weaving Fate

3 0 0
                                    

"GROAAA!!"

Surt meraung kesakitan saat sebuah anak panah menembus pergelangan tangannya. Pedangnya terlepas dari tangannya, terjatuh ke samping Shinra dengan suara berdenting yang khas. Tanpa memedulikan tangannya yang terus mengucurkan darah, Shinra meraih pedang Surt dan menusukkannya ke dada sang pemilik, menembus jantung Surt sampai ke punggungnya.

Meskipun jantungnya telah tertembus, Surt tidak menyerah begitu saja. Tubuh Djinn-nya membuat ia mampu bertahan hidup lebih lama dibandingkan makhluk lain. Ia mencekik Shinra, berusaha untuk menghabisi lawannya sebelum dirinya sendiri mati.

Shinra terbatuk. Pandangannya berkunang-kunang. Cekikan Surt sangat kuat sehingga pasokan udara ke otaknya semakin menipis. Mengumpulkan kekuatan yang tersisa, Shinra menggenggam erat hulu pedang Surt dan menebas ke samping. Bilahnya yang masih menembus tubuh Surt tertarik, merobek dada serta seluruh isi rongga thoraksnya.

Surt mengeluarkan jeritan pilu terakhirnya sebelum akhirnya ambruk ke tanah. Mati.

Shinra terengah-engah, tak berniat menjauhkan dirinya dari genangan darah yang mengalir keluar dari mayat Surt yang terbaring di sampingnya. Ia menoleh ke arah sumber suara Elise tadi, menemukan gadis itu bersama dengan beberapa orang lain tengah menunggangi seekor anjing raksasa berkepala tiga.

Elise melompat turun dari anjing besar itu menuju Shinra yang terbaring lemas. Gadis itu diikuti oleh tiga orang lain yang ternyata adalah Helel, Freyr dan Freyja. Elise jatuh berlutut di sisi Shinra, mengeluarkan aura kehijauan hangat yang perlahan menutup luka-luka Shinra.

"Elise.." Shinra memanggil di sela tarikan napasnya. "Kenapa.. kau bisa.. ada di sini?"

"Kau idiot," Elise tidak langsung menjawab pertanyaan Shinra. Gadis itu menggigit bibirnya, berusaha menahan lelehan air mata yang terancam jatuh dari kelopaknya. "Kau tega meninggalkanku. Seharusnya kau tidak melakukan hal itu, sialan!"

"Haha.." Shinra tertawa. Lemah. "Aku.. hanya ingin melindungimu."

"Kau pikir aku anak kecil, sampai butuh dilindungi segala?" Elise mengetuk dahi Shinra dengan kepalan tangannya. "Jangan lakukan itu lagi."

"Heh, tentu saja," Shinra tersenyum. "Bila ada lain kali."

"Eh?"

Shinra tak lagi mengindahkan Elise, beralih memandang tiga dewa yang berdiri tak jauh darinya. "Yang Mulia Helel.. bagaimana caranya anda bisa sampai ke sini?"

Helel melirik Freyja. Freyja melirik Freyr. Sang dewa kesuburan mengerang.

"Oke oke, aku mengaku. Aku yang membukakan jalan untuk mereka. Tadi aku mencoba menghubungi Elise dan dia langsung mengamuk. Aku jadi terpaksa membajak sistem Afer agar mereka berdua bisa melewati gerbang," ujar Freyr, merasa bersalah.

"Tidak apa-apa.. aku justru berterima kasih," Shinra memejamkan matanya. "Kalau kalian tidak datang ke sini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku."

"Oh, well, ntuk seseorang yang masih dipenuhi perban dan digips kemarin, kau itu sudah sangat kuat," sebuah suara yang tidak familiar membuat Shinra menoleh. Seorang pemuda berambut jingga berdiri di belakang Helel sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

Mata Shinra menyipit. "Umm.. maaf. Tapi kau siapa, ya?"

"Aku Nebiros, orang yang waktu itu menemukanmu di hutan," jawabnya. "Aku anjing berkepala tiga yang tadi ditunggangi nyonya Helel."

Shinra mengernyit, berusaha mengingat-ingat. Ketika otaknya berhasil mendapatkan memori yang bersangkutan, gadis itu mengangguk-angguk. "Ah, ya.. Nebiros dan Azozt.. ya? Terima kasih karena sudah menyelamatkan kami."

Thus The Divine Dragon Shed Her ScalesNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ