18. Di Balik Dendam

506 126 18
                                    

"Ini mainan punyaku! Kamu ndak boleh ambil!"

"Tapi aku juga mau main!"

"Ndak boleh! Wleee!"

Gadis berkepang dua itu kesal dan langsung merebut paksa mainan milik Esta. Sang pemilik seketika terlonjak emosi.

"Ihhh! Kok kamu main rebut gitu, sih?! Aku laporin Bunda Mina, lho!"

"Humph! Laporin aja, Kamu mah pelit." Gadis itu lalu bermain sendiri bersama mainan roket yang direbutnya.

Tak lama kemudian, Bunda Mina---alias Ibu asuh dari kedua anak itu datang melerai mereka. Sudah menjadi makanan sehari-hari melihat buah hati kecilnya bertengkar karena hal sepele.

"Esta, Lucy. Sudah, jangan berantem terus. Kakak Lino nyariin kalian tuh di depan."

Kedua mata balita itu berbinar, seketika terlupa akan pertengkaran sepele perihal mainan tadi dan langsung berlarian menuju teras rumah. Begitu sampai, mereka bertemu dengan pemuda berjaket hitam tengah menenteng kresek putih berisi kotak makan.

"Kakak Lino!"

"Hai, Esta! Lucy! Apa kabar?" Sang pemuda yang dipanggil Kakak Lino mendekap dua balita tersebut sambil mengusap pelan surai hitam mereka.

"Esta baik, kok! Esta kangen sama Kak Lino!"

"Iya, Kak! Lucy pingin main sama Kak Lino lagi!

Lino tertawa mendengar sambutan rindu adik kecilnya yang menggemaskan. Ia merenggangkan dekapannya dan masuk ke dalam rumah menjumpai Bunda Mina. Sementara Esta dan Lucy mengekori Lino di belakang.

"Selamat pagi, Bunda!" sapa Lino, meraih telapak tangan wanita paruh baya itu lalu mengecupnya.

Suara sapaan Lino sepertinya terdengar sampai ke kamar sebelah, beberapa anak kecil lain kemudian ikut berdatangan dan menyambut Lino dengan bahagia.

"Hai, Kak Lino!"

"Yeay! Kak Lino datang!"

"Kak Lino bawa apa tuh!?"

"Kak Lino, Kak Lino! Aku punya gigi baru, lho!"

Mereka semua yang menyambut dengan senyum sumringah itu adalah anak asuh Bunda Mina, mereka yang tidak memiliki orangtua dan ditelantarkan tanpa sebab. Lino adalah salah satu sekaligus anak asuh tertua di Panti Asuhan.

Sudah berbulan-bulan ia tidak singgah di rumah keduanya ini, mengurus perusahaan yang kini telah mendirikan banyak cabang cukup menyita waktu Lino. Lubuk hati pemuda itu perlahan menghangat melihat adik-adik kecilnya kini sudah tumbuh dengan baik.

Masa lalunya selama tujuh belas tahun ia habiskan di tempat ini. Panti asuhan milik Bunda Mina sekarang semakin besar usai di renovasi dan perluasan tanah hingga ke belakang. Semua perubahan itu Lino biayai demi kenyamanan para penghuni panti, kepada mereka yang telah kehilangan orangtua dan belum pernah merasakan kasih sayang barang sedikitpun, dan kepada Bunda Mina yang telah merawatnya sepenuh hati dengan penuh ketulusan.

"Hei, apa kabar kalian semua? Kakak bawain ayam goreng, lho! Kita makan bareng-bareng, ya?"

Anak-anak kecil yang sudah dianggap Adik sendiri oleh Lino itu bersorak gembira dan mengikuti sang kakak menuju ruang makan.

Di sini lah mereka sekarang, menghabiskan waktu bersama keluarga sambil menikmati hidangan pemberian Lino.

Dalam diam Mina tersenyum haru melihat anak asuh tertuanya itu telah beranjak dewasa. Ia bahkan sudah menganggap Lino seperti anak kandung sendiri. Melihat perkembangannya yang kini telah sukses menjadi seorang pengusaha. Hal itu tentu membuat Mina bangga dan memberi keuntungan tersendiri terhadap kehidupan mereka.

[ⅱ] Akuma of Eternity || Treasure ft. EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang