34. Pertemuan besar (2)

389 87 11
                                    

Jihoon memukul sandaran sofa. Tangannya terkepal. Mengejutkan Hyunsuk dan Junkyu di sebelahnya. Seruan kesal melantang. Bagaimanapun, ia tidak akan menyentuh pedang pusaka.

"Lo kenapa, sih, Ji?! Nggak terima? Bukannya bagus kalau pedang pusaka lo pegang?" Hyunsuk berseru tak kalah lantang.

Jihoon mengacak rambutnya. "Bukan gitu, Suk! Aish, pokokny gue nggak mau pegang pedang pusaka! Lo tahu sendiri kan gue nggak bisa main pedang?!"

"DIKIRA LO DOANG?! GUE JUGA KALI! NGGAK USAH SOK PALING FRUSTASI GITU DAH!" Yedam ikut-ikutan berseru.

Tak peduli lagi walau temannya yang lebih tua empat tahun ini sempat mengancamnya untuk memegang pedang pusaka. Yedam muak dengan semua sambatan Jihoon.

Ketegangan di ruangan menjadi panas. Semua peserta rapat saling berseru melerai mereka berdua yang mulai saling membentak. Gerakan hendak memukul yang berkali-kali tertahan. Meja dan kursi tak bersalah yang menjadi imbasnya.

Riki lagi-lagi menepuk jidat. Menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Waduh."

"Perasaan Bang Jihoon nggak gini, deh ...," Heeseung bergumam. Seketika merasa pilihannya salah.

Di tengah kerusuhan itu, suara gebrakan meja menggelegar berkali-kali. Yuta membentak. "SEMUANYA TENANG! KITA BICARAKAN BAIK-BAIK!" Menghentikan paksa segala kegaduhan.

Keheningan magis kembali menggantung.
Yuta memijat pelipisnya pusing. "Kalian ini kenapa lagi, sih? Selalu aja ada masalah. Satu masalah selesai, datang masalah baru."

Hyunsuk dan Jihoon mendongak begitu Yuta menunjuk mereka.

"Ini leader juga problematik. Bukannya meluruskan anggota malah bikin masalah. Kalian itu harus terbuka satu sama lain. Kalau ada masalah, cerita! Jangan dipendam sendiri. Yang ada semua orang malah salah paham!"

Hyunsuk menarik napas. "Maaf, bang. Kita salah," ucapnya pelan.

Yuta menghela napas. Menetralisir emosinya. "Ya udah. Sekarang gini. Jihoon---"

Jihoon menatap tajam.

"Kasih tau alasan sejujurnya kenapa lo nggak mau diwarisin pedang pusaka?"

Junkyu menyikut sohibnya itu. Semua orang menunggu jawaban Jihoon. Mereka tahu ada yang tidak beres.

Mau bagaimanapun Jihoon menyembunyikan. Semua pasti akan terungkap pada waktunya. Alasannya mungkin terdengar aneh bagi mereka. Namun paling tidak, ia harus mengutarakan sejujur-jujurnya.

"Jadi, dua minggu lalu, gue habis mimpi. Gue mimpi kita bertarung dalam perang besar. Dan di situ, gue posisinya sebagai pemegang pedang pusaka---" Jihoon menarik napas.

"Tapi entah gimana ceritanya, gue nggak sengaja bunuh Junkyu dengan pedang itu. Kayaknya sih si iblis sialan pakai teknik manipulasi. Ck, gara-gara mimpi itu ... gue takut buat megang pedang pusaka, gue nggak mau di cap sebagai pembunuh cuma karena pedang itu. Whatever kalian percaya atau enggak, gue tahu alasan ini aneh, gue tahu ini cuma mim---"

"Itu nyata."

Demi mendengar pernyataan Yeonjun. Semua orang mengalihkan atensi mereka pada pemuda bersurai dongker tersebut.

"Maksud lo apa, Jun?" Hyunsuk bertanya pelan.

Kenapa Yeonjun menyimpulkan seperti itu? Memangnya ... siapa dia?

"Kalian ingat kalau kami time traveller? Apa yang Jihoon alami dalam mimpi adalah kejadian nyata di waktu sebelumnya. Dia memang benar-benar bunuh Junkyu. Tapi itu karena nggak sengaja." Kazuha menerangkan.

Giliran Yeonjun melanjutkan, "Dan, bukan iblis Akuma yang menjadi penyebab ketidaksengajaan itu. Ada satu orang yang menjadi sumber masalah, kami nggak kenal dia siapa. Mungkin komplotan Doyoung. Yang kami ingat, rambut dia ungu."

[ⅱ] Akuma of Eternity || Treasure ft. EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang