36. Pesan Terakhir

596 93 31
                                    

Esok harinya, pertemuan kembali dilakukan. Yuta membuat pelatihan singkat untuk simulasi perang. Waktu empat hari mereka harus digunakan sebaik mungkin. Persiapan harus dimatangkan dari sekarang.

Pelatihan itu masih di rumah Yuta, tepatnya di basement. Tenang saja, basement rumah Yuta kedap suara, kok. Tetangga sebelah tidak akan mendengar suara bedebam keras, pelatuk pistol, cambukan tentakel, atau suara apapun yang berisik.

"HEESEUNG BANTU BACK UP! HEESEUNG BANTU BACK UP!"

Sebuah pedang bermata ganda segera mengayun lincah. Zap! Heeseung sudah berdiri di depan target. Bilah pedangnya cekatan menangkis tangan si target yang hendak melayangkan tinju.

Selanjutnya, Heeseung mendorong target dengan bantuan pedangnya. Gerakan yang cukup kuat. Si target terhempas cukup jauh.

"HEESEUNG MUNDUR! JIHOON, RIKI MAJU! SURROUND!" Yuta berseru lantang memberi arahan.

Dua pemuda yang dipanggil namanya langsung melesat maju. Siap mengepung target dari arah berlawanan. Riki dengan pedangnya di kanan. Jihoon dengan tangan kosong di kiri. Kedua lengan si robot---yang dijadikan target uji coba itu---terapit kuat. Nyaris tidak bisa bergerak.

"JUNGHWAN, SEKARANG!"

Dari sudut basement lain, Junghwan berlari. Pedangnya dia angkat ke atas.

Dalam sekali hentakan, Junghwan melompat tinggi. Tak kurang dari satu meter, posisinya telah dekat dengan si target. Pedang yang diangkat tadi langsung diayun ke depan.

JLEB!

Dada target tertusuk sempurna. Telak mengenai jantung.

Kabel-kabel kecil---yang diibaratkan adalah urat nadi dan darah---terobek hingga ke dalam. Berceceran keluar dari tubuh robot.

Junghwan menarik pedang. Robot itu tumbang. Nyala di matanya langsung redup.

"GOOD GAME!!!" Hyunsuk bertepuk tangan.

Sorak-sorakan lain segera menyusul.

Jihoon dan Riki menyeka dahinya yang berkeringat. Meletakkan senjata masing-masing. Berjalan ke pinggir basement tempat para anggota lain menonton mereka.

"Jago juga lo, Ki." Jake melempar botol air mineral.

Riki segera menangkapnya. Meneguk hingga setengah. "Anak efef nih bos!"

Heeseung merebut botol air mineral Riki. "Halah, minimal pernah lawan iblis real, Dek!" sindirnya.

Di sisi yang lain, Junkyu dengan tatapan bangga menepuk pundak Jihoon. "Emang paling pro dah leader yang satu ini!"

Jihoon menutup botol air mineralnya yang tinggal setengah. "Lo juga harus pro. Jangan di game doang."

Junkyu tertawa. "Iya, iya ...."

Ini hari minggu. Tidak ada liburan untuk hari ini. Separuh waktu mereka dihabiskan untuk berlatih.

"Penyerangan kalian udah bagus. Tapi untuk Junghwan, lo masih kurang cepat." Yuta memberi komentar.

Junghwan mendongak. "Lah, bang? Tapi gue udah lari secepat mungkin!"

Yuta menggeleng tegas. "Dengan kecepatan tadi, Doyoung masih bisa nebak gerakan lo, Hwan. Contoh Heeseung, gerakan lo harus secepat dia. Semi-teleportasi, pakai teknik itu. Cepat tapi tak terlihat."

Junghwan menggigit bibir. Mukanya tampak jengah.

"Oke, sejauh ini kalian udah bagus. Cuma Junghwan aja yang kecepatannya masih perlu dilatih," pungkas Yuta.

[ⅱ] Akuma of Eternity || Treasure ft. EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang