14. Lovebirds

27.9K 3.8K 2.1K
                                    

Play List : 8 Letters - Why Don't We

Follow :

KARYAKARSA : @youzha

Instagram : Ocha_nf

you_zHa

SELAMAT MEMBACA 🥰

WAJIB VOTE & KOMENT 😉

*****

Sedangkan tingkah aneh dari Sophie, tentu tidak luput dari perhatian Arne. Arne melirik ke arah bekas tebasan Sophie. Kentangnya terbelah dengan sempurna, bahkan ada bekas tancapan pisau di kayu dipan. Arne menahan senyumnya, kepalanya menggeleng kecil seraya menurunkan rangkulannya dari lengan Lera.

"Kau bisa berjalan sendiri, kan?"

"Tentu, Colonel."

Dua sejoli itu saling melempar senyum, yang tentunya menjadi pusat perhatian semua orang termasuk Paula, yang tersenyum geli. Membayangkan Sophie yang akan kalah dalam permainannya sendiri.

******

Seng. Seng. Seng!

Sophie tengah mengasah pisaunya dengan gerakan yang kuat sepenuh tenaga sampai bunyi gesekan antara pisau dan batu asah cukup memekan telinga.

Tapi tiba-tiba seseorang di belakangnya memegang pergelangan tangannya. Refleks, Sophie menoleh, tapi dengan kilat ia langsung memundurkan wajahnya kala hidungnya hampir bersentuhan dengan wajah Arne yang berdiri di samping, belakangnya. Ya, pelaku pemegangan pergelangan tangannya adalah si Pangeran itu.

"Apa yang kau lakukan?! Kalau tanganku terpeleset bisa melukaiku!" Sophie membuang mukanya kembali ke depan sembari menjauhkan jangkauan tangan pria itu di pergelangan tangannya.

"Biar aku saja yang melakukannya. Suasana hatimu sepertinya sedang buruk."

Tanpa ba-bi-bu, Sophie langsung meletakkan pisau di tangannya, mengamini permintaan pria itu. Dan tanpa tersinggung atas sikap ketusnya, Arne mengambil pisau tersebut untuk melanjutkan pekerjaan Sophie, mengasah pisaunya.

"Apa masih ada makanan? Aku belum makan." gumam Arne pada Sophie yang tengah meminum segelas air.

"Apa aku juga harus menyiapkan makanan untuk teman wanitamu itu?" sarkas Sophie, menatap jengah pada Arne yang masih fokus pada pisaunya.

"Maksudmu Letnan Lera? Ia sudah makan."

Sophie mendengkus mendengar jawaban tidak acuh dari Arne. Wajahnya datar, menoleh ke arahnya saja tidak. Menyebalkan.

Pun Sophie mengambil sebuah panci, bermaksud untuk membuatkan mie rebus untuk pria itu. Selama di sini kehidupan mereka benar-benar sangat sederhana. Makan seadanya, dengan alat-alat yang masih terbilang tradisional.

"Makanan sudah habis. Aku cuma bisa membuatkanmu mie rebus." kata Sophie kemudian.

"Memangnya jatah air masih ada?" tanya Arne sembari menaruh pisau yang baru selesai diasahnya ke tempatnya. Sebenarnya masih sangat tajam, Sophie hanya ngasal mengatakan kalau pisaunya tumpul.

Unconditionally (SKYGGEN Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang