★2 : Misunderstanding

17 5 0
                                    

Lebih baik mengerti sedikit daripada salah mengerti.

***

“Alsava, gila lo!”

Baru memasuki kelas, Alsava sudah dibuat kaget dengan teriakan Kama yang mengatainya gila. Memangnya ia gila karena apa?

“Sumpah, Qei, temen lo ini gila!” teriak Kama lagi.

Qeiza masih belum mengerti maksud yang dikatakan Kama. Sedari tadi ia memang selalu bersama Kama, tapi ia tetap tidak mengerti.

“Lo kenapa sih, Ma?” tanya Qeiza berharap mendapatkan jawaban yang tepat.

“Astaga dragon, Qeiza! Lo gak ngerti juga?” tanya Kama setengah kesal.

“Enggak,” jawab Qeiza santai.

Kama berdecak sebal. Ia tebak kalau Qeiza belum membuka grup kelas. “Buka grup kelas cepet,” bisiknya.

Qeiza sempat mengerutkan dahi tanda masih belum memahaminya dengan benar. Tapi, setelah mendapatkan cubitan pelan di lengannya membuat ia menurut.

Qeiza membaca satu persatu bubble chat di grup tersebut sembari sesekali kaget sekaligus heran.

Setelah membacanya sampai bubble terakhir, Qeiza menatap wajah Alsava dengan ekspresi tidak percaya. Ini pertama kalinya dari seorang Alsava Inaranti Sadewa.

“Sa, bener kata Kama, lo gila!”

Dahi Alsava semakin berkerut, tanda ia sudah benar-benar bingung dengan kedua temannya itu.

“Ha? Gila apaan sih, Ma, Qei?”

“Lo ... dating sama Danis?” tanya Kama.

“Ha? Dating? Sama Danis? Gue? Gue dating sama Danis? Dating itu maksudnya ... pacaran, ‘kan?” tanya Alsava bingung.

“Ya lo pikir aja dating tuh apaan, Sa,” decak Qeiza.

“Ya ... pacaran.”

Sontak Kama dan Qeiza melebarkan kedua matanya. Jadi dugaan mereka berdua. Dengan yang lainnya itu benar?

“Lo beneran dating sama Danis?!” tanya Kama tak santai.

“Ih apaan sih, enggak!”

“Gak jelas lo, Sa!” kesal Qeiza.

“Lah, lo berdua yang gak jelas!”

Kama menepuk dahinya. Sepertinya Alsava memang belum mendengar soal obrolan-obrolan hangat di antero sekolah ini.

“Tadi lo berdua bolos jam pelajaran, ‘kan?” tanya Kama.

Alsava menggeleng kuat. “Gue gak pernah bolos. Lo tau itu ‘kan, Ma. Lagian tadi juga ‘kan jamkos, gurunya ada keperluan di ruang guru, ‘kan?”

Qeiza menarik napas panjang lalu terkekeh. “Lo beneran gak tau apa-apa, Sa.”

“Tadi kita praktik di lab kimia. Itu tandanya apa, Alsava Inaranti Sadewa?” tanya Kama berusaha sabar.

“Ada guru,” jawab Alsava masih belum sadar betul. “LOH! TADI BENERAN ADA GURU?!”

Tubuh Kama dan Qeiza meluruh ke meja. Membuat Alsava sadar itu memang membutuhkan tenaga yang banyak dan stok sabar yang berlimpah.

“Jadi, tadi gue bolos dong? Kok lo berdua gak ngabarin gue sih kalau ada guru?” tanya Alsava merasa tidak terima.

“Tadi ‘kan lo bareng sama Danis. Danis juga tau kok kita sekelas mau pergi ke laboratorium. Gue pikir lo bakalan nyusul sama Danis. Tapi ternyata? Pas jam istirahat, lo baru muncul ke permukaan,” terang Kama.

OKTROUBLE Where stories live. Discover now