★3 : Quarrel

11 4 0
                                    

Kadang-kadang, persepsi adalah sebuah perangkap. Dan tafsir kita terhadap sesuatu sering keliru.

***

Woah, si biang rusuh baru berangkat nih, Lin.”

Alinea menoleh ke arah yang sama seperti Qaissara. Di pintu kelas berdiri Alsava dan Qeiza.

Alinea tersenyum miring melihat keberadaan Alsava saat ini. Alsava—orang yang sudah ia tunggu-tunggu kehadirannya bersama Qaissara.

Qeiza menoleh sedikit ke Alsava yang ada di sampingnya. Ia tahu, pasti Qaissara dan Alinea akan mengungkit soal kemarin yang berhasil membuat satu sekolah gempar.

“Yang ada juga elo yang biang rusuh, Qai,” sahut Qeiza mewakili Alsava.

Qaissara berjalan menghampiri Alsava dan Qeiza. Saat ia sudah berada tepat di hadapan Alsava, ia mengangkat dagu gadis itu.

“Angkat kepala lo kalo lagi ngomong sama orang, jangan nunduk.”

Alsava melepaskan paksa lengan Qaissara dari dagunya. Lengannya menggenggam pergelangan tangan Qaissara sangat kuat sampai membuat dia meringis.

“Gue dari tadi diem dan sama sekali gak ngomong sama lo. Jadi, buat apa gue angkat kepala gue? Lebih baik gue liat lantai daripada gue liat setan kayak lo,” ucap Alsava menekan setiap kalimat yang diucapkannya agar Qaissara dapat mendengarnya dengan jelas.

“Anjing lo, Alsava,” geram Qaissara.

Uh, I thought if I was a human, it turned out to be a kind of mammal, right?”

“Even your degree is much lower than mammals like dogs,” balas Qaissara merendahkan Alsava.

“Maksud lo apa bawa-bawa derajat hidup gue segala?” Hampir saja Alsava melayangkan pukulan jika Qeiza tidak sigap menarik Alsava menuju ke tempat duduk mereka. “Lo sama sekali gak berhak untuk itu, Qaissara Rania.”

***

“Maksud lo apaan sih, Nis, ngomong kayak gitu di grup kelas? Itu grup ada gurunya loh, Daniswara Elang Faresta,” geram Alsava. Ia sudah tidak bisa menyimpan kekesalannya seorang diri, terlebih setelah kejadian pagi tadi bersama Qaissara.

“Berarti kalau di Sumptuous, boleh dong?”

“Sebelum lo ngetik kayak gitu lagi di Sumptuous, lo bakalan gue anterin duluan ke rumah sakit, Daniswara.”

Sumptuous—grup yang berisikan teman-teman sekelas Alsava—XII IPA 1.

Danis tertawa pelan mendengar ancaman dari Alsava. Ia sering menggoda Alsava sampai membuat gadis itu kesal dan melemparkan suatu ancaman kepadanya, tapi tidak ada satu ancaman pun yang Alsava lakukan kepadanya.

You always lie about your threats, Alsava.”

“Oh, lo beneran mau ancaman gue terlaksana?”

Danis kembali tertawa kecil. Alsava tetaplah Alsava sebagai gadis tidak tegaan yang mana mungkin sampai hati membuatnya terbaring di ranjang rumah sakit. “Unfortunately, I'm not interested.

OKTROUBLE Where stories live. Discover now