★6: Threat

13 1 0
                                    

Sejak pagi tadi, mood Alsava benar-benar buruk. Tak jarang juga dia kesal hanya karena hal-hal kecil.

Ditambah kejadian saat sarapan tadi, tiba-tiba saja Prawara dan Diatmika datang. Dengan santainya mereka duduk lalu ikut sarapan bersama.

Alsava sangat tahu bagaimana perasaan bundanya tadi pagi. Tapi mau bagaimana lagi? Setelah ditelisik lagi, ternyata mereka berdua datang atas permintaan bundanya.

"Sa, lo udah ngerjain tugas fisika?" tanya Kama yang memang teman sebangkunya.

Alsava masih saja melamun dan tak mengindahkan pertanyaan Kama. Pandangannya benar-benar kosong kala tatapannya mengarah ke buku tulis miliknya yang terbuka di atas meja.

"Alsava," panggil Kama sembari mengarahkan pandangannya ke arah Alsava.

Kama berdecak. Pantas saja pertanyaannya itu tak kunjung mendapatkan jawaban, ternyata Alsava sedang melamun.

"ALSAVA!"

Alsava terlonjak dan tersadar dari lamunannya. Gadis itu mengusap dadanya, kaget.

"Bisa gak sih gak usah bikin gue kaget, Qei? Mood gue lagi bener-bener hancur, jangan bikin makin berantakan," dumel Alsava kesal.

"Ya salah lo juga, Sa. Daritadi Kama ajak lo ngobrol, tapi gak pernah lo gubris. Lo diemmm aja dari tadi. Kenapa sih? Cerita dong, Sa."

Alsava tersenyum tipis. Walaupun kedua temannya itu sudah tahu akan apa yang terjadi di keluarganya, tapi apa mungkin ia harus menceritakan kejadian tadi pagi?

Rasanya, saat semuanya terputar di kepalanya bak kaset rusak saja sudah benar-benar membuat Alsava muak. Apa jika Alsava menceritakan hal itu bisa menjamin kalau Alsava akan tetap baik-baik saja?

"Kalau lo belum siap cerita juga gak apa-apa kok, Sa. Jangan dipaksa gitu. Lo juga, Qei, jangan maksain gitu," ucap Kama beralih pada Qeiza.

Qeiza berdecak pelan. Padahal maksudnya itu baik, siapa tau Alsava bisa merasa lebih tenang. "Iya deh, maaf, Sa."

***

Seharusnya hari ini Alsava bisa pulang lebih cepat dan pulang bersama Wilasa. Tapi, itu tidak bisa terjadi lantaran ia ada tugas kelompok bersama Danis, Oza, Kama, dan Qeiza.

Mulutnya yang terus mengeluh lelah tidak didengar oleh mereka yang sangat bersemangat menyelesaikan tugas. Di saat yang lainnya berdiskusi tentang makalah yang sedang mereka buat, Alsava justru bersandar ke dinding cafe sembari menatap ke arah luar jendela.

Suasana cafe yang tidak terlalu ramai semakin mendukung rasa kantuk Alsava yang mungkin jika gadis itu merebahkan tubuhnya sebentar saja pasti langsung tertidur.

"Sa, lo setuju 'kan sama penelitian kita? Besok kalo lo free kita bisa mulai penelitiannya. Tinggal lo aja nih, kita semua free kok besok." Pertanyaan Oza sang wakil ketua kelas membuat kantuknya sedikit teralihkan.

Alsava diam sejenak, mencoba mengingat-ingat apakah ia ada acara esok hari atau tidak.

"Kayaknya sih nggak ada, Za. Gak tau deh kalo ada acara dadakan, itu mah di luar kuasa gue," jawab Alsava.

"Oke. Kalau besok lo gak ada acara dadakan, berarti bisa hadir semua ya buat penelitiannya. Besok gue jemput lo, berangkat ke sekolah bareng. Lo gak usah bawa motor," ujar Danis.

"Gue sama Kama aja, Nis. Pasti Kama bawa kendaraan kok, gue gak mau rumor kita pacaran semakin meluas," tolak Alsava diiringi penjelasan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

OKTROUBLE Where stories live. Discover now