Beast 36

5.1K 823 15
                                    

Sudah seminggu sejak pesta minum teh itu berakhir. Tapi, belum ada kabar apapun yang Luna dapat. Tidak ada rumor baik apapun soal dirinya yang dia dengar. Yah wajar, sih. Luna kan belum keluar dari kastilnya sejak seminggu lalu.

Jangan mengatai Luna dulu! Dia punya alasan yang masuk akal, kok.

Jika Luna langsung menampakkan diri begitu 'Mata Angin Frankein' menyebarkan rumor baik tentang dirinya, orang-orang bisa saja mengira jika rumor itu sengaja dibuat. Melihat waktu rumor itu beredar adalah setelah 'Mata Angin Frankein' diundang oleh Cinderella ke pesta minum tehnya, bisa saja akan ada rumor yang mengatakan jika Luna mengancam Cinderella agar dia menyuruh 'Mata Angin Frankein' untuk menyebarkan rumor baik tentangnya. Karena itu Luna berdiam diri sejenak di dalam kastil.

Jika rumor itu beredar sementara Luna berdiam diri seolah tidak tahu jika akan ada rumor seperti itu, orang-orang akan mengira kalau Luna memberikan sarannya dengan tulus. 'Mata Angin Frankein' memberikan penilaian baik terhadapnya sebagai balasan.

Bisa saja seperti itu, kan?!

Tapi, bagaimana jika keempat wanita bangsawan kebanggaan Frankein itu diam saja dan tidak melakukan apapun?! Apa yang harus Luna lakukan jika hal itu sampai terjadi? Dia tidak punya rencana lain lagi. Satu-satunya harapan yang dia punya hanyalah pengaruh dari mereka berempat.

"Hitam, apa menurutmu reputasiku sudah jadi baik?" tanya Luna pada Hitam yang tidur di atas sofa.

Luna duduk di atas karpet. Tangan kanannya berada di atas sofa. Tepat berada di samping Hitam. Luna duduk sambil memainkan telinga Hitam. Membuat telinga kucing jantan itu bergerak beberapa kali karena tangan Luna mengenai bagian sensitif dalam telinganya. Meski begitu, Hitam tidak marah. Dia sudah bisa sedikit memahami karakter budaknya. Saat dia sedang sedih atau terlalu memikirkan sesuatu, dia harus memainkan sesuatu juga. Jadi, daripada membiarkan Luna memainkan 'sesuatu' yang berada di antara kakinya, lebih baik telinganya saja yang jadi korban.

"Kenapa kau tiba-tiba jadi peduli sekali soal reputasimu?!"

"Aku sudah melakukannya dengan baik, kan?" tanya Luna lagi.

Hitam acuh. Dia masih menutup telinga dan matanya rapat-rapat. Enggan mendengar dan melihat Luna. Seminggu ini, budaknya tidak pernah berhenti berceloteh. Telinga Hitam rasanya sampai sakit mendengarnya berceloteh setiap saat. Bahkan, saat tidur pun dia masih bisa berceloteh.

"Mana aku tau!"

Luna menyandarkan punggungnya pada sofa. Kepalanya mendangak. Menatap langit-langit kamar yang begitu tinggi.

"Apa sebaiknya aku jalan-jalan keluar kastil?"

"Terserah kau saja! Jangan ganggu tidurku!"

Luna menatap ke luar jendela. Setelah satu minggu, tidak ada satu pun undangan pesta yang datang pada Luna. Padahal, keempat bangsawan itu sudah berjanji untuk mengirimkan undangan. Yah, sebenarnya mereka tidak bilang kalau mereka berjanji, sih. Tapi, tetap saja! Harusnya mereka mengirimkan undangan, dong! Undangan dari bangsawan lain juga tidak ada.

Bukankah itu artinya mereka berempat tidak menyebarkan rumor baik soal kejadian kemarin?! Argh! Padahal Luna sudah berharap banyak.

Hah! Ini semua salah Luna yang terlalu berharap! Dengan sifat manusia yang suka berubah, dia seharusnya tidak berharap apapun.

"Apa kau mau jalan-jalan lagi, Hitam?" tanya Luna sembari berusaha memegang ekor Hitam yang terus bergerak.

"Tidak mau!"

Luna menghela nafas. Hitam terus diam saja sedari tadi. Artinya, hanya ada dua. Dia benar-benar sudah tidur atau hanya pura-pura tidur karena enggan mendengar suara Luna.

The Beast and Cinderella's Step Sister✔ Where stories live. Discover now