Beast 73

3.5K 630 19
                                    

Hitam mendengus. Sekarang, jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Dan, dia bahkan masih belum sarapan padahal sekarang sudah waktunya makan siang. Masih belum ada tanda-tanda Luna akan bangun.

"Apa bocah ini tidak kelaparan?" tanya Hitam sedikit kesal.

Luna kan sudah memutuskan untuk menjadikannya bagian dari keluarga. Dia seharusnya lebih bertanggung jawab pada Hitam, dong! Termasuk urusan perut. Bisa-bisanya Luna membiarkan majikannya kelaparan.

Hitam mendesah.

Dia sesaat lupa kalau dia menyukai Luna karena terlalu lapar. Tapi, urusan hati dan perut adalah dua hal yang berbeda, kan?

Hitam melompat ke atas kasur Luna. Dia duduk di samping Luna dengan kaki belakang menyentuh kasur. Kaki depan Hitam bergerak. Menyentuh pipi Luna yang terasa lembut.

"Bangun, bocah! Perutku lapar!" kata Hitam sembari menekan pipi Luna beberapa kali.

"Nggghhh..."

Bukannya bangun, Luna malah memutar badannya. Mencari posisi tidur lain yang lebih nyaman.

Hitam menghela nafas panjang. Apa yang dia harapkan dari seorang gadis yang masih dalam pengaruh alkohol?

Hitam melompat turun. Hitam berdiri dengan dua kakinya. Berusaha membuka sebuah rak tak jauh dari kasur Luna. Rak itu menyimpan kantong berisi koin di dalamnya. Hitam akan membeli makanan saja kali ini. Sekalian membelikan makanan untuk Luna. Dia pasti lapar kalau bangun nanti.

Tidak mungkin juga Hitam menyuruh Luna pergi ke ibukota dalam keadaan lapar untuk membeli makanan bagi dirinya dan Hitam. Walau, Hitam yakin kalau Luna akan melakukan hal itu setelah bersujud meminta maaf padanya.

Hidup tanpa seorang pelayan memang hal yang sangat sulit bagi seorang bangsawan. Tapi, lebih sulit lagi bagi Luna. Dia harus mencari pelayan yang benar-benar bisa dipercaya dan bisa mempertahankan nyawanya saat terancam. Luna kan sekarang sedang diincar oleh musuh yang masih belum diketahui identitasnya. Semua orang yang berada di sekitar Luna bisa saja jadi dalam bahaya. Karena itu, Luna membatasi pergaulannya. Surat dari 'Mata Angin Frankein' yang mengundang Luna untuk datang ke rumah mereka saja dibalas dengan permintaan maaf. Juga surat undangan dari bangsawan lain yang penasaran dengan rumor tentang Luna.

Padahal, dia sudah mati-matian berusaha mengubah penilaian orang-orang tentang Isla agar Luna bisa keluar masuk kastilnya dengan nyaman. Tapi, pada akhirnya dia tetap harus menyembunyikan diri.

Benar-benar menyebalkan!

Setelah ini pun pasti akan ada rumor burung tentang 'Isla' yang sudah jelas disebarkan oleh orang-orang yang membenci Isla. Entah rumor yang mengatakan kalau Luna menyiksa seseorang di dalam kastilnya. Luna yang jadi gila. Luna yang merencanakan hal jahat. Luna yang begini. Luna yang begitu.

Tapi, Luna sudah tidak terlalu peduli. Karena di antara orang-orang yang membencinya, masih ada orang-orang yang menyayanginya dengan tulus. Dan, Luna akan berusaha mati-matian untuk melindungi orang-orang itu. Karena itu, malam ini dia akan berlatih dengan baik.

Semoga saja nanti dia benar-benar berlatih dengan Theo.

Ceklek!

Rak itu berhasil dibuka. Hitam kembali berdiri dengan keempat kakinya. Keringat mengalir dalam kulitnya yang tertutup jutaan bulu lebat. Hitam hampir saja menyerah tadi. Tapi, suara gerungan perutnya yang nyaring memaksanya untuk tetap berjuang sampai akhir.

Hitam langsung menggigit salah satu dari sekian banyak kantong yang ada. Lantas, melangkah menuju balkon dan langsung melompat dari atas sana.

Hitam berjalan dengan cukup cepat. Kantong koin yang dia gigit di mulutnya memang sedikit berat. Tapi, menahan lapar itu rasanya lebih berat.

The Beast and Cinderella's Step Sister✔ Where stories live. Discover now