Beast 87

3.2K 600 39
                                    

Theo berjalan dengan perlahan. Sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Jika spirit jiwa itu sudah hampir menyerupai dirinya, artinya indra pendengarannya pun bisa jadi setajam milik Theo. Karena itu, Theo harus menghampirinya dengan perlahan agar bisa menyergapnya diam-diam. Tapi, sepertinya berjalan dengan perlahan pun tidak ada gunanya karena spirit jiwa itu pasti sudah menyangka Theo akan datang untuk menyelamatkan Luna. Meski begitu, tidak ada salahnya untuk berjaga-jaga, bukan?

"Kekuatan spirit jiwa berasal dari harapan orang-orang di sekitarnya. Tapi, kekuatannya akan semakin sempurna jika orang yang dia tiru kehilangan harapannya. Karena harapan terbesar kakak saat ini adalah memastikan Isla baik-baik saja. Jadi, dia pasti akan membunuh Isla. Dan, cara yang paling tepat adalah membunuhnya tepat di depanmu."

Suara Lion yang melakukan sihir telepati dengan Theo terdengar di kepala Theo. Adik tirinya yang selama ini dia salah pahami itu tengah pergi ke pusat duchy. Membangunkan semua orang dari tidurnya. Mengumpulkan mereka di alun-alun duchy. Dan, meyakinkan mereka untuk membuang harapan mereka pada spirit jiwa sialan itu demi Duke Windsor yang asli. Sebagian besar dari para rakyat tentu saja menolak perintah Lion. Karena bagi mereka, antagonis di sini adalah Theo.

Selama masa pemerintahan Duke Windsor yang ternyata adalah spirit jiwa itu,rakyat duchy menjadi begitu sejahtera. Jadi, mana mungkin mereka akan melepaskan keyakinan mereka begitu saja. Theo tidak pernah melakukan pekerjaannya sebagai pemimpin dengan baik. Dia hanya menggoda semua gadis muda di duchy saja sambil berbaring di atas ranjang emasnya. Tidak memikirkan nasib para tunawisma atau pun rakyat yang miskin.

Benar-benar pemimpin yang buruk.

Tugas Lion akan sangat berat di sini. Dan, sambil melakukan tugas yang begitu sulit itu, dia harus mengirimkan telepati pada kakaknya. Setelah semua ini selesai, rasanya Lion tidak ingin berurusan dengan para spirit sialan itu lagi.

Sebenarnya, semua masalah ini bisa diselesaikan dengan mudah kalau Theo sudah belajar tentang arti hidup. Karena jika kutukannya sudah berhasil ditangkal, spirit jiwa itu secara otomatis akan menghilang dengan sendirinya. Tapi, sepertinya Theo masih belum cukup belajar tentang kehidupan.

"Spirit jiwa punya mulut yang manis. Apapun yang keluar dari mulutnya akan terasa seperti kenyataan. Dia pasti sedang berusaha membuat Isla membencimu sekarang. Bukankah melihat Isla mati dalam keadaan membencimu akan jadi penghancur harapan yang paling hebat?!"

"Berhenti mengatakan 'Isla mati' dan 'membencimu'. Aku benar-benar akan ganti mengutukmu jadi kucing sampai kau belajar cara mengatur mulut yang benar!" kata Theo sedikit kesal.

"Aduh! Kakak jahat sekali!"

Theo menyibak semak di depannya. Kepalanya menunduk. Dia bisa melihat beberapa helai bulu hyena yang tergeletak di atas tanah bekas tambang. Walau jaraknya sekitar 30 meter dari posisi Theo berdiri, dia yakin sekali kalau itu adalah bulu hyena.

Bulu itu mengarah ke salah satu gua yang tidak memiliki kandungan gas beracun. Karena, di sanalah para pekerja tambang beristirahat.

"Apa tidak ada cara untuk menyangkal ucapan si iblis itu?" tanya Theo sembari menilai keadaan.

"Ada! Gelang yang aku berikan pada Isla. Gelang itu berisi sihir yang bisa membantu akal sehatnya agar tetap bekerja. Jika Isla bisa berpikir jernih, dia malah akan bisa melihat sosok asli si spirit jiwa."

"Gelang? Kalau begitu, bukankah seharusnya aku juga punya kalung di leherku?" tanya Theo sembari melompat turun ke bawah lereng.

Dia berhasil mendarat dengan mudah. Kemampuan seekor kucing yang selalu mendarat dengan keempat kakinya benar-benar membantu.

The Beast and Cinderella's Step Sister✔ Where stories live. Discover now