Beast 52

4.7K 845 46
                                    

Hitam menatap Luna yang sedari tadi sibuk dengan gaun dalam lemarinya. Entah sudah berapa kali dia keluar masuk kamar mandi untuk berganti pakaian. Melihatnya saja Hitam sudah merasa lelah sendiri.

Apa semua gadis memang suka ribet kalau urusan pakaian?

Luna yang ribet soal pakaian benar-benar membuat Hitam bingung. Gadis itu kan biasanya selalu memilih gaun satu lapis yang tidak terlihat begitu mencolok. Kenapa sekarang Luna sampai sibuk memilih pakaian? Tidakkah dia bisa menggunakan gaun yang seperti biasa saja? Dia kan hanya pergi untuk menemui adik iparnya, bukan pria yang dia suka. 

Ah, apa mungkin Luna berusaha menarik perhatian kaisar? Dia kan dulu pernah terobsesi dengan posisi putri mahkota. Kalau dugaan Hitam benar, artinya Luna benar-benar keterlaluan. Masa dia mau merebut suami adik tirinya yang selama ini sudah bersikap baik padanya.

Tidak! Apa sih yang Hitam pikirkan?! Mana mungkin budaknya melakukan perbuatan yang lebih rendah dari perilaku hewan itu. Mungkin Luna hanya ingin tampil baik di depan pria yang pernah dia suka. Mengingat Andreas membenci dirinya. Jadi, Luna harus memberikan kesan yang baik. Siapa tahu Andreas terpesona dengan betapa niatnya Luna dalam mempersiapkan penampilan demi bertemu dirinya. Dengan begitu, Andreas mungkin saja akan memaafkan Luna. Iya! Pasti begitu!

Tunggu sebentar! Kenapa Hitam tiba-tiba membela Luna? Apa hubungannya dia dengan Luna dan Andreas? Mau Luna benar-benar merebut suami adik tirinya sendiri, apa untung dan ruginya bagi Hitam?

"Sialan! Apa kutukan penyihir ini punya efek samping?!"

"Hitam, bagaimana penampilanku?!" tanya Luna setelah selesai mencoba pakaian yang ke 134.

Hitam tercengang. Dagunya sampai turun ke tanah saking terkejutnya. Bukannya bersikap berlebihan! Tapi, lihat saja penampilan Luna!

Tubuhnya dibalut gaun merah muda dengan ratusan lapis yang tak sesuai dengan rambutnya yang entah kenapa jadi berwarna pirang. Ada pita berwarna coklat tua yang memenuhi gaun. Dan, jangan lupa dengan manik-manik perak yang terlihat begitu menyilaukan ketika ditimpa cahaya matahari.

Penampilan Luna benar-benar mirip orang kaya baru yang belum bisa memadupadankan pakaian. Gaun itu lebih cocok dijadikan kain lap jendela dibandingkan pakaian.

Kenapa gadis bodoh ini memakai gaun norak seperti itu?! Kalau begini sih sudah jelas dia tidak berniat menggoda kaisar. Yang ada, malah sepertinya Luna berniat membuat adik iparnya jadi semakin membencinya. Memakai gaun norak yang tidak sesuai saat bertemu kaisar bisa dianggap sebagai penghinaan besar. Apa gadis bodoh itu sudah bosan jadi kakak ipar kaisar dan ingin mencoba jadi musuhnya?!

Hitam benar-benar tidak mengerti jalan pikiran budaknya satu ini.

"Bukankah gaun ini sempurna untuk menemui pria sialan?!" tanya Luna dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

Hitam menatap Luna datar.

"Ucapannya keterlaluan. Tapi, aku setuju dengannya!"

"Baiklah! Ibu akan pergi ke istana kekaisaran dulu. Hitam tunggulah di sini dan jadi anak baik. Mengerti?" tanya Luna sembari menepuk kepala Hitam pelan beberapa kali.

Hitam diam. Dia membiarkan Luna melakukan hal yang dulu sangat dia benci itu. Hitam juga tidak tahu kenapa. Yang jelas saat Luna memberikan perhatian lebih padanya, Hitam merasa senang.

Apakah ini hal yang normal bagi seorang majikan pada budaknya?

Luna tersenyum. Dia terus melambaikan tangan pada Hitam sembari berjalan mundur ke luar kamar. Tangan Luna menggerayangi gagang pintu, kemudian mendorongnya sambil terus memperhatikan Hitam yang menatapnya dengan datar. Setelah pintu itu sedikit terbuka, Luna keluar dengan ruang kecil itu. Sebelum benar-benar menutup pintu, Luna menjulurkan tangannya. Melambaikan tangan sekali lagi. Luna kembali menarik tangannya.

The Beast and Cinderella's Step Sister✔ Where stories live. Discover now