~5~

2.1K 183 9
                                    

Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Jaemin yang sibuk sejak petang untuk menyiapkan segalanya. Sendirian. Tanpa teman apalagi bantuan. Hari-hari Jaemin lalui dengan perasaan hampa dalam rumah tangganya.

"Memangnya apa yang bisa diharapkan dari sebuah pernikahan karena perjodohan" batin Jaemin.

Pagi hari ini sedikit lebih baik karena Jaemin lagi-lagi tidak perlu menerima tamu tidak diundang yang selalu mengacaukan paginya.

Suasana sarapan yang biasanya cukup ramai karena celotehan tamu tersebut, hari ini terlihat sepi. Jaemin dan Jeno sedang sarapan bersama. Keduanya sudah rapi dengan setelan formal mereka. Tidak ada obrolan, tidak ada percakapan, bahkan tidak ada ucapan selamat pagi dari keduanya. Satu-satunya suara yang keluar sejak keduanya bangun hanyalah dari Jaemin saat ia membangunkan Jeno tadi. Setelahnya, sunyi senyap sampai acara sarapan mereka selesai.

Ekhem~

Jaemin berdeham guna menahan Jeno yang sudah siap berdiri setelah sarapannya habis. Biasanya juga begitu. Mendengar dehaman itu membuat Jeno kembali mendudukkan dirinya.

"Aku ada urusan pekerjaan ke Singapura selama kurang lebih 3 hari. Aku berangkat besok. Aku hanya memberitahu. Siapa tahu saat aku pergi orangtuamu atau orangtuaku datang atau mungkin menelepon dan menanyakanku. Setidaknya kau bisa menjawabnya dan membuat mereka tidak curiga" ucap Jaemin panjang.

Jeno menatap Jaemin dalam diam. Begitu menyelesaikan ucapannya, Jaemin segera berdiri dan membereskan alat makan mereka. Mencucinya dengan cepat karena terburu waktu. Jeno masih setia duduk disana sambil mengamati Jaemin. Setelah selesai mencuci, Jaemin beranjak ke garasi untuk berangkat kerja. Jeno mengikuti dari belakang. Keduanya lalu berangkat dengan Jaemin yang keluar lebih dulu.

***

Hari ini pekerjaan Jaemin menumpuk sangat banyak. Padahal dia tidak mengambil cuti apapun, bisa-bisanya pekerjaannya sebanyak ini. Jaemin bahkan melewatkan jam makan siang.

"Anda belum makan siang sajangnim. Mau saya pesankan makanan saja?" tawar Renjun yang tidak tega melihat wajah lelah dan kusut dari atasannya.

"Ne. Tolong. Jangan lupa ice americano" ucap Jaemin tanpa menoleh pada Renjun. Dia terlalu sibuk dengan berkas dihadapannya.

Jaemin masih sangat sibuk bahkan saat langit sudah menggelap. Jaemin bahkan tadi makan sambil memeriksa berkasnya. Benar-benar tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Jam pulang kantor sudah selesai sejak tadi. Tapi Jaemin dan juga sekretarisnya masih setia disana.

"OH!" Jaemin tiba-tiba berteriak membuat Renjun terkejut sampai terjatuh dari kursinya. Beruntung Jaemin adalah atasannya, kalau bukan Renjun sudah menyemprotnya dengan banyak makian. Karena dia bossnya, Renjun mana berani. Bisa dipecat nanti setelahnya.

"Ada apa sajangnim?" tanya Renjun setelah menenangkan diri dari keterkejutannya.

"Aku lupa memberi makan suamiku" ucap Jaemin. 'Memberi makan'. Bukankah itu sedikit terdengar seakan-akan yang ia beri makan adalah hewan peliharaannya?

"Anda sudah mengabari suami anda kalau akan pulang terlambat?" tanya Renjun.

"Belum" jawab Jaemin polos.

Renjun mengernyitkan dahinya. Mereka pasangan suami istri tapi kenapa terlihat tidak akrab sekali. Jaemin yang bisa-bisanya melupakan suaminya. Renjun juga tidak melihat ponsel Jaemin menyala karena sebuah panggilan masuk. Bukankah seharusnya jika istri terlambat pulang maka suaminya akan menelepon dan menanyainya dengan khawatir. Tapi apa ini?

"Haruskah aku pulang untuk memasak lalu kembali kesini lagi? Aku tidak bisa meninggalkan ini semua apalagi besok aku harus ke Singapura" ucap Jaemin meminta pendapat.

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Where stories live. Discover now