~19~

3.1K 154 1
                                    

Jeno merasa lega kala Jaemin sudah menerima maafnya walau ia yakin itu tidak sepenuh hatinya. Jeno tidak lagi mengejar Jaemin. Dia sudah mendapatkan maafnya dan dia akan melakukan apa yang diinginkan Jaemin untuk tidak muncul kembali dihadapannya.

Rasa lapar dan haus mulai kembali menyerang Jeno. Dia akhirnya memilih menuju salah satu cafe untuk membeli minum. Hanya minum. Walau lapar tapi dia sedang malas makan sekarang. Jeno memesan satu cup latte. Ia menikmatinya di meja yang berada diluar. Ia sudah kembali berada di tempat yang cukup ramai. Dari sana ia bisa melihat lalu lalang pejalan kaki dan juga kendaraan di jalan. Jeno merasa lega dan memilih menikmati masa sendirinya.

Brak~ Brak~ Brak~

Sebuah suara yang sangat keras dapat Jeno dengar dari tempat duduknya. Bukan hanya sekali namun berkali-kali dan secara beruntun. Dia menengokkan kepalanya ke kanan dan kiri untuk mencari sumber suara. Lalu pendengarannya kembali mendengar suara tangis. Karena penasaran, Jeno pun segera mendekati sumber suara. Banyak orang yang tengah berkerubung di pinggi jalan membuat Jeno tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi di jalan sana.

Ternyata baru saja terjadi sebuah kecelakaan beruntun. Ada cukup banyak kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan tersebut. Jeno dapat melihat sebuah truk pengangkut beton. Sepertinya truk itu lah yang menjadi penyebabnya. Truk itu menabrak 1 buah bus dan beberapa mobil yang berhenti di traffic light didepannya. Langkah kaki Jeno terus ia bawa jauh kesana untuk mengamati satu per satu korban kecelakaannya. Kondisinya sangat buruk. Banyak korban yang terlempar dan tergeletak dijalanan. Ada juga yang terjebak dan terhimpit badan kendaraan.

Jeno merasakan perutnya mual saat melihat seorang korban yang sepertinya adalah pengendara truk. Korban tersebut masih duduk di kursi kemudi. Namun Jeno dapat melihat jelas kepalanya hancur dan tinggal setengah. Badan truk bagian depan juga sudah menghilang sehingga membuat orang-orang bisa melihatnya dengan jelas.

Jeno kembali melangkahkan kakinya. Dia melihat banyak korban yang terlempar dari jendela bus dan tergeletak ditengah jalan. Beberapa masih sadarkan diri. Korbannya cukup banyak sekitar 20 orang dalam bus tersebut. Jeno juga bisa melihat seorang anak kecil yang menangis dalam pelukan ibunya yang sudah tidak sadarkan diri. Ada beberapa orang yang mendekatinya untuk menyelamatkannya. Jeno tidak segera menelepon ambulance karena ia yakin sudah banyak yang meneleponnya.

Lagi, Jeno kembali melanjutkan langkahnya. Kali ini beberapa mobil yang ia lihat. Sudah ringsek. Beberapa korban terlihat masih berada di dalam dan terjepit badan mobil dengan tubuh yang sudah berdarah terutama bagian kepala. Jeno masih mengingat seberapa cepat truk tadi melaju. Langkah Jeno berhenti ketika sudah dekat dengan traffic light. Ia melihat 2 mobil paling depan yang tidak begitu parah kondisinya. Pengemudinya pun sudah keluar dibantu oleh beberapa orang. Jeno kembali melihat ke beberapa mobil yang ringsek itu. Dia melihat beberapa korban dari mobil itu yang terlempar ke jalan. Mata jeno menyipit kala melihat sebuah mobil yang terlihat tidak asing. Jeno menerobos kerumunan untuk melihat nomor polisi mobil tersebut.

Deg~

Jantung Jeno rasanya berhenti berdetak kala mendapati nomor polisi yang tidak asing di mobil yang juga tidak asing baginya. Jeno kembali melihat-lihat korban yang tidak jauh dari mobil tersebut.

Tes~

Air mata terjun bebas begitu Jeno berhasil melihatnya. Berhasil menemukan korban yang ia yakini sebagai pemilik mobil dengan nomor polisi yang dia kenal. Kaki Jeno lemas. Cup latte di tangannya ikut terjun bebas ke bawah. Tanpa pikir panjang Jeno mendekati salah satu korban yang tergeletak di jalan tersebut.

Tangan Jeno gemetaran. Dia masih berusaha menghalau dan berharap korban itu bukanlah sosok yang dikenalnya. Namun pakaian yang korban itu kenakan masih sama persis dengan terakhir kali Jeno melihatnya. Lalu mobil dengan nomor polisi yang sangat tidak asing itu. Tangan gemetaran Jeno berusaha membalik tubuh korban yang tergeletak bersimpah darah.

"TIDAK!" Jeno berteriak begitu bisa melihat wajah korban yang sedikit tertutupi rambut dan banyak noda darah.

"Tidak Jaemin-ah. Ini bukan kau kan? Yak! JAWAB!" ucap Jeno berteriak marah. Ia pun menyingkirkan rambut itu dengan tergesa dan melihat dengan jelas wajah penuh darah tersebut.

"Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin! Jaemin! Bangun! Tidak" Jeno menangis meraung sambil memeluk tubuh Jaemin yang sudah tidak bernyawa. Ia juga mengguncang tubuh lemah itu, berharap akan mendapatkan respon darinya.

"Aku tau kau tidak ingin bertemu lagi denganku tapi bukan begini caranya Jaemin. Jaemin-ah kumohon... Bangun! Jaemin bangun!" Jeno memeluk erat raga Jaemin. Menangis hebat menumpahkan segalanya. Beberapa orang disana melihatnya dengan tatapan kasihan.

Tidak lama kemudian mobil polisi dan beberapa ambulance berdatangan. Jeno tidak mau berpisah dengan Jaemin dan masih ingin memeluknya. Ia bahkan sampai diseret oleh beberapa petugas.

***

Plak~

Sebuah tamparan kembali Jeno dapatkan. Dari orang yang sama. Ia hanya bisa menunduk dan pasrah. Jeno bahkan tidak lagi merasakan perih walau ia yakin tamparannya sangat keras.

"Tidak cukup kah kau menyakiti putriku? Sampai harus dia mati kau baru puas begitu?" ucap Yuta marah.

Bugh~ Bugh~ Plak~ Bugh~

Pukulan dan tamparan kembali Jeno dapatkan secara bertubi-tubi. Jeno bahkan tetap menerimanya. Yuta yang terus memukulinya di atas tubuhnya yang sudah berbaring lemas.

"Brengsek! Sialan! Aku menyesal sudah mempertemukanmu dengan putriku!" ucap Yuta terus memaki Jeno.

Air mata juga keluar membasahi pipinya. Hati orangtua mana yang tidak sakit saat tiba-tiba mendapat telepon berisi kabar kematian putrinya. Yuta dan Winwin masih tidak percaya awalnya. Mereka segera terbang ke Korea untuk memastikannya. Tapi semua itu bukanlah sebuah kebohongan. Mereka harus menerima kenyataan pahit dan hanya bisa memeluk jasad putrinya yang sudah kaku.

Beberapa kerabat Jaemin memisahkan keduanya. Menjauhkan Yuta dari Jeno yang sudah tidak berdaya. Winwin sejak tadi hanya bisa duduk dan menangis.

"Pergi kalian. Sudah cukup kalian menghancurkan hidup kami" ucap Yuta dingin. Jeno dibantu oleh kedua orangtuanya yang ikut datang melayat untuk dibawa pergi. Jeno hanya pasrah. Dia sudah tidak memiliki tenaga.

"Dia bilang padaku untuk tidak muncul dihadapannya eomma. Tapi bukankah cara ini terlalu kejam. Apakah ini hukuman untukku? Katakan padanya eomma, aku akan menurutinya untuk tidak lagi muncul dihadapannya tapi tidak dengan akhir yang seperti ini. Eomma, kembalikan Jaemin. Aku mohon~" Jeno terus meracau tidak jelas di dalam mobil orangtuanya yang membawanya pulang. Jeno menumpahkan segalanya disana, diperlukan sang ibu yang sudah ia buat kecewa juga.

****

"Aku sudah memaafkanmu. Sekarang giliranmu untuk memaafkan dirimu sendiri" ~ JM

****

~END~

Mian typo bertebaran ^^

Votement juseyo~~

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Where stories live. Discover now