~16~

2.3K 182 2
                                    

Hari kembali berlalu. Hari dimana sidang perceraian Jaemin dengan Jeno pun akhirnya tiba. Jeno sengaja berangkat lebih awal. Ia kira ia bisa menemui Jaemin dan meminta maaf padanya sebelum sidang perceraian dimulai. Tapi sampai ia dipanggil untuk memasuki ruang sidang, Jeno tidak menemukan Jaemin disana. Ia juga tidak menemukan orang tua Jaemin.

"Apa dia tidak datang?" gumam Jeno. Ada sedikit rasa senang di hati Jeno. Jika Jaemin tidak datang maka sidangnya akan ditunda. Maka ada kesempatan hari lagi bagi Jeno untuk mencari keberadaan Jaemin. Tapi disisi lain Jeno juga ingin segera bertemu dengannya dan mungkin hanya sidang inilah yang menjadi alasan satu-satunya baginya agar bisa menemui Jaemin.

Tepat sebelum hakim memasuki ruangan, pintu kembali terbuka. Jeno tersenyum melihat siapa yang hadir disana. Ada Jaemin bersama kedua orangtuanya dan juga pengacaranya yang berada di belakangnya. Jeno melihat Jaemin yang nampak jauh lebih cantik dari terakhir kali ia melihatnya. Jaemin memakai dress berwarna biru muda. Rambutnya di warnai menjadi silver dan dibiarkan tergerai indah menutupi leher dan pundaknya.

"Cantik" gumam Jeno. Pandangan Jeno masih terpaku padanya. Mengikuti langkah anggun Jaemin sampai ia duduk di kursinya. Jeno masih menatapnya. Membuat memori untuk mengenang wajah cantik manis yang amat sangat dirindukannya.

"Jeno-ssi" sebuah panggilan dan senggolan di lengannya membuat Jeno sadar dan kembali ke kenyataan. Ternyata pengacara mengkodenya karena seharusnya ia ikut berdiri seperti yang lain untuk menghormati hakim yang memasuki ruangan.

Sidang perceraian pun berlangsung. Jeno menjawab segala pertanyaan yang diajukan. Ia juga menambahkan beberapa yang menurutnya memang perlu. Jeno tidak menutupinya, ia mengungkapkan segala kesalahan dan perlakuan buruknya pada Jaemin. Jeno berulang kali mencuri pandang pada Jaemin. Berharap bisa bertatapan dengan mata caramel itu. Tapi itu hanyalah keinginan Jeno semata. Nyatanya Jaemin bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Jaemin nampak sangat acuh padanya. Ia juga hanya menjawab pertanyaan dengan seperlunya. Jaemin berubah menjadi sangat dingin sekarang.

***

Sidang perceraian keduanya sudah selesai. Keduanya sudah resmi bercerai dan bukan lagi merupakan pasangan suami istri. Jaemin beserta orangtuanya sudah keluar lebih dulu. Jeno berdiri, ia menatap kedua orangtuanya yang sama-sama menatapnya tajam. Keduanya masih tidak habis pikir. Tidak menyangka kalau putranya akan bercerai. Padahal belum lama ini mereka menghabiskan liburan bersama sang menantu. Yah walaupun pada saat itu mereka sudah menaruh curiga pasalnya Jeno tidak ikut dengan alasan pekerjaan. Mereka pikir itu hanya praduga negatif mereka saja, ternyata memang ada masalah diantara keduanya yang selama ini tidak mereka ketahui.

"Pulang. Kita bicarakan ini di rumah. Kau berhutang penjelasan pada kami sejelas-jelasnya" ucap ayah Jeno dengan nada tegas. Jeno tidak bisa menolak. Melihat binar kekecewaan dan juga kemarahan dari kedua orangtuanya sudah cukup mematikan langkah Jeno. Ketiganya lalu keluar dengan Jeno yang berjalan menunduk dibelakang kedua orangtuanya.

"Yut-"

Bugh~

Satu bogeman mentah Jeno dapatkan begitu ia melangkah keluar ruangan. Ia yang tidak tau dan tidak siap menghadapinya pun berakhir limbung. Tangannya menahan tubuhnya di tembok agar tidak jatuh tersungkur. Sudut bibir dan tulang pipinya terasa perih. Ia juga merasakan asin di dalam mulutnya. Jeno kembali menegakkan kepalanya dan menatap pelaku yang baru saja memukulinya.

Yuta. Pelaku yang melakukan pukulan padanya adalah Yuta, ayah Jaemin. Dibelakangnya Jeno juga bisa menangkap keberadaan Jaemin dan Winwin, ibu Jaemin. Bukan menatap pada Yuta yang kini menatapnya tajam dan penuh amarah, Jeno justru terfokus pada Jaemin dibelakangnya yang tidak menatapnya sama sekali. Hanya kedua orangtua Jaemin dan juga orangtua Jeno yang menatapnya. Jaemin adalah satu-satunya orang disana yang tidak menatapnya.

Tanpa RASA ~ [Nomin] ~ \\END//Where stories live. Discover now